13. Animals

6.5K 226 4
                                    

Happy reading :*

------------------------------------

Aku menghempaskan tubuhku kesofa dan menyandarkan kepalaku menengadah keatas langit-langit rumah. Aku mendengar derap langkah yang mendekat, lalu aku mengambil bantal sofa dan meletakkannya diatas wajahku.

"Kau sudah pulang Mel ?" Suara Kissanda. Sepertinya mereka berhenti didekatku.

Aku tak perduli "Ehm..." jawabku tanpa mengubah posisiku.

"Kau tidak kuliah ?!" Suara bentakan itu sudah pasti dihasilkan dari seorang Arjuna.

"Aku sedang malas" jawabku masih tak bergerak sedikitpun.

"Untuk kesekian kalinya kau tidak kuliah ?!" Seruannya meninggi.

Aku hanya mengibaskan tanganku "Kumohon pergilah. Aku sedang tak ingin berdebat denganmu" jawabku memelas. Hey, ini rekor baru untukku. Tidak membalas bentakkannya.

Aku sempat mendengar suaranya yang tergantung, namun dia mengurungkan niatnya. Aku yakin Kissanda yang menahannya. Dan aku merasa derap langkah yang menjauh. Aku bernafas lega.

"Mel--" Kissanda memegang lembut jemariku yang berada dipangkuank

"Ehm ?"

"Sky kembali ke Bandung?"

"Ehm..mm"

"Kamu jangan sedih dong. Bukannya kamu yang bilang dia akan segera jadi chef. Sudah pasti dia harus pergi"

"Ia, aku tahu"

"Aku pernah merasakan yang kau rasakan. Terpisah sekian lama dengan orang yang kita sayang. Tapi percayalah, waktu akan membawanya padamu. Kita sama Mel"

Oh, dia bicara seperti orang bijak yang mengetahui semua kebenaran. Kalau memang dia tahu, harusnya dia juga tahu bahwa dia sekarang berada diposisi yang salah.
Dan dia bilang apa tadi ?! Kami sama?! Hello, aku dan Sky berhubungan secara wajar, nah dia ? Tolong, jangan samakan atau bandingkan aku dengan perempuan yang terlihat malaikat ini.

She is animals

"Mel..." dia mengeratkan genggamannya karena aku tak juga menyahut "gimana kalau kita ke boutique aja. Aku akan ngajarin kamu sedikit cara menjahit"

Aku langsung menegakkan tubuhku dan bantal seketika terjatuh pasrah kelantai "Serius ?" Antusiasku dengan senyum yang mengembang.

"Ehm.." Dia mengangguk "bersiaplah. Mandi gih, kau terlihat kacau"

Tentu saja, rambutku saja sama sekali tak tersentuh dari semalam "Okey!" Aku langsung berdiri melepaskan genggamannya dan berlari menaiki tangga kekamarku.

Sesampai di boutique, Kissanda menepati janjinya untuk mengajariku. Dia mengajari tahap awal saja, cara menjahit yang benar dan rapi. Kain bekas potongan diberikannya untukku agar aku satukan menjadi garis lurus.

"Dari pagi kamu belum makan kan Mel ?" Tanya Kissanda dari mejanya.

Aku yang masih asyik menjahit dengan mesin jahit listrik ini , tak menggubrisnya.

Dia melangkah mendekatiku meletakkan sebungkus roti basah "Jangan siksa dirimu Mel, Aku gak mau hal kemarin terulang. Makanlah, ini sudah hampir siang " suaranya selalu, dan selalu terdengar lembut dan halus.

Aku melihat roti yang ada diatas meja jahit yang kupakai, lalu melirik keatas untuk melihatnya "Baiklah. Thanks" kataku, membuka roti itu dan menyobeknya lalu masuk kemulutku "apa tidak ada minumnya?" Aku menampilkan gigiku dengan mulut yang masih berisi roti.

"Skypaper"Where stories live. Discover now