21. "Aku berhenti--!"

6.8K 259 2
                                    

Aku mematuk diriku di cermin. Rambut yang kugerai, dengan make-up tipis dan lipstik merah menyala di bibirku. Merasa sempurna aku melangkah pasti keluar dari kamarku. Menghela nafas berkali-kali, menyakinkan diriku bahwa dia tidak akan menolakku. Tidak. Akan.

Aku tersenyum optimis meraih gagang pintu, membukanya secara berlahan dan tampaklah siluet tubuh yang tengah duduk bersandar di sisi tempat tidur sedang membaca buku. Aku tertegun.

Mendengar pintu kamarnya di buka, dia mengangkat dagunya berlahan menatapku datar.

Aku menyunggingkan senyuman keraguan di bibirku, kaku. Dia menautkan alisnya.

"He--hey--" kataku ragu mulai menampilkan deretan gigi putihku.

Tadi saja aku sudah sangat merasa percaya diri, tapi kenapa sekarang aku malah merasa kikuk mati gaya gini. Dan ini lagi, hembusan angin kenapa sangat terasa kencang, kakiku sampai gemetar karena rasa kedinginan dengan lingerie tipis sialan ini. Tatapan yang di berikan ya serasa menelanjangiku. Yah, baju ini jelas menampilkan tubuhku seluruhnya.

"Apa yang kau lakukan?" Dia mengeluarkan pertanyaan yang membuat aku spontan menganga."Kau mau berenang, malam-malam gini?"

Aku langsung mengatupkan rahangku menahan segenap emosi yang nyaris meluap dalam diriku, aku mengalihkan mataku sejenak lalu kembali beralih melihatnya "Aku ingin tidur denganmu!"

Mati aku, mulut sialan!

Aku merutuki diriku sendiri, memejamkan mataku dan menghirup udara dengan sesak. Aku sukses menjatuhkan harga diriku untuk pertama kalinya saat ini, didepan suamiku sendiri.

"Keluar!"

Suara dingin dan datar itu membuat mataku terbuka berlahan. Apa yang kudengar barusan? Aku hanya salah dengarkan? Dengan gemetar, aku mencoba memberanikan diriku menatapnya.

Dia melirikku "Apa sekarang kau tuli? Kubilang keluar!"

Aku mengerjabkan mataku "Apa salah aku ingin tidur denganmu?" Ucapku lirih dengan genangan air di pelupuk mataku. Ya Tuhan, kenapa dengan mulutku ini. Kenapa sekarang aku sangat menginginkannya, bahkan tidak memperdulikan harga diriku lagi?

"Kau tidak sadar, kau tampak seperti wanita murahan yang sedang mengemis kehangatan"

"Tapi aku memintanya kepada suamiku sendiri" Rungutku.

Oh-- ini gila. Ada apa denganku?!

"Aku bukan suamimu. Itu tidak akan bisa berubah"

Waktu serasa berhenti. Mata kami saling beradu. Aku sungguh kalah malu sekarang. Kenapa aku tidak memikirkannya? Dari awal aku bukan istrinya, tidak kemarin, sekarang ataupun selamanya. Tidak.

"Keluarlah! Atau aku sendiri yang akan menyeretmu!" Tegasnya.

Namun tidak sedikit pun aku berniat melangkahkan kakiku. Kenapa? Karena sekarang kakiku terasa terpaku di tempatnya dan serasa berat untuk di gerakkan. Bahkan mataku pun tak bisa kukedipkan, dengan nakalnya dia mengeluarkan tetesan air yang membentuk sungai kecil di pipiku. Aku merasa ingin detik ini juga, aku di panggil yang mahakuasa, atau setidaknya aku di kembalikan ke masalalu dan menarik perasaanku yang pernah jatuh cinta pada pria ini.

Sungguh, aku tidak bisa berfikir lagi. Sampai kurasakan sebuah cekalan kuat menggenggam tanganku, menarik paksa aku mengikutinya dan dengan cepat tubuhku terhuyung keluar "Draakk!" Suara dentuman pintu tertutup keras menyadarkanku atas apa yang baru saja terjadi. Dia menyeretku keluar dengan kasar, hingga masih bisa kurasakan perih di lengan kananku.

Aku tersenyum, memeluk tubuhku. Berjalan berlahan ke kamarku. Aku kehilangan akal. Dengan masih memeluk tubuhku, aku terlelap dalam anganku. Aku lelah, aku ingin semua ini sampai di sini. Sudah cukup. Aku berhenti!

"Skypaper"Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum