[1]

33.6K 816 107
                                    

Ada istilah don't judge the book from the cover. Istilah itu juga berlaku pada diriku sendiri. Orang banyak mengira kalau aku ini anak baik-baik yang tidak suka berkelahi, rajin belajar dan menurut perintah orang tua. Wajarlah mereka mengira demikian, karena aku mempunyai kulit putih bersih dengan tinggi sekitar 175cm dan berat proporsional. Selain itu juga aku mempunyai wajah yang cukup menarik.

Aku memang tidak suka berkelahi, namun jika ada yang mengusikku, tidak segan-segan aku akan menghajarnya. Aku juga tidak rajin belajar, hanya keharusan saja untuk mengerjakan tugas sekolah. Tetapi aku selalu mendapatkan rangking pertama. Terkadang aku heran dengan teman-temanku, apakah mereka sama juga sepertiku yang tidak suka belajar. Dan yang terakhir, siapa bilang aku orang yang penurut. Aku hanya terpaksa mengikuti kehendak orangtuaku saja. Jika tidak diikuti perintah mereka, selain aku tidak bisa mendapatkan uang saku, aku juga diancam akan dimasukkan ke asrama.

Aku membayangkan harus berbagi kamar dengan orang lain. Aku juga harus menycuci bajuku sendiri. Makan ala kadarnya. Setiap malam dilarang menyalakan televisi, dan tentunya aku tidak bisa sepuasnya bermain bersama teman-temanku. Tidak... tidak... tidak.. Lebih baik aku mengikuti kemauan mereka daripada hidupku lebih sengsara.

Saat ini aku duduk di bangku kelas 3 SMA yang berada di jalan Dago Bandung. Di sekolah, aku termasuk siswa yang digemari oleh para wanita, tidak terkecuali Indah, salah satu teman dekatku. Dari kelas 1 hingga kelas 3, Indah selalu duduk di belakangku. Kebetulan kita sama-sama sekelas selama di SMA.

Pernah pada saat kita masih kelas 2 akhir menjelang kenaikan kelas 3, dia hendak menyatakan cintanya kepadaku.

"Gam.... kamu sibuk nggak?"

"Nggak Ndah.. Emangnya kenapa?"

"Aku mau bicara serius sama kamu."

"Emangnya loe mau bicara apaan? Loe hamil ya?"

"Bukan itu... Aku mengenalmu sejak kelas 1. Tapi sampai sekarang aku belum pernah lihat kamu punya pacar. Padahal kamu kan ganteng. Jangan-jangan kamu belok ya??" ucapnya sambil memberikan isyarat tangan pada saat mengucapkan kata 'belok'.

"Sembarangan loe ngomong. Gue normal tau. Bahasa Inggrisnya straight."

"Terus kok sampai sekarang kamu belum punya pacar?"

"Emang belum ada yang cocok aja Ndah... Ada sih kecengan, tapi gue belum berani deketinnya."

"Haa.... Siapa? Cantik nggak? Anak kelas berapa? Cantik kan mana sama aku?"

"Loe tadi pagi minum jus cabe rawit ya? Mulut loe kok jadi kayak beo sih?"

"Kamu kayak nggak tau perasaan wanita aja. Aku kan agak sedikit cemburu."

"Haaa.... Maksudnya?"

"Yaaa..... masa sih nggak tau."

"Oooo....gue tau sekarang. Loe suka sama gue kan?"

"Iyalah.... siapa sih cewek disini yang nggak suka sama kamu?"

"Heheheheh.. Maaf.... maaf..... baru tahu. Tapi permasalahannya beda Ndah. Kalau gue sampai pacaran sama loe, itu namanya sebuah penyimpangan."

"Haaa..... Aku kan perempuan? Dari sisi mana penyimpangannya?"

"Tadi kan gue udah bilang Ndah, kalau gue ini normal, straight. Nah kalau sampai pacaran sama perempuan berarti gue belok dong." Ucapku sambil memberikan isyarat tangan sama dengan yang Indah lakukan.

"Aku bener-bener nggak ngerti? Maksud kamu itu apa sih?"

"Semenjak gue brojol nih, gue udah suka sama lelaki."

Rumah Kebon WaruWhere stories live. Discover now