Tubuhku limbung, tiba-tiba kakiku lemas tidak dapat menopang tubuhku lagi. Aku merosot ke lantai, hanya dengan memikirkan hidup tanpa Double J saja aku begitu ketakutan.

"Kinara... Tatap mata gue," tungkas kak Katia memegang rahangku agar menatap mata kak Katia. Aku dan kak Katia sekarang sudah duduk di lantai marmer yang dingin. Badanku begitu lemas, aku hanya bisa menuruti apa perintah kak Katia.

"A-Apa lo punya hubungan sama Barata? Apa..." Tanya kak Katia menggantung. Aku hanya bisa menahan nafas sambil menatap ke dalam mata kak Katia dengan diam. Aku merasa Kak Kata terlihat ragu dengan apa yang ada di pikiranya, tapi kata-kata itu akhirnya terlontar juga, "Apa dia ayah biologis Double J?"

Bibirku benar-benar kelu, aku tak tahu apa yang harus aku jawab. Apakah aku harus jujur atau aku harus membohongi kak Katia lagi. Jantungku berdebar sangat kecang, darahku bersedir. Hanya lontaran kalimat pertanyaan singkat kak Katia mampu membuat tanganku merubah menjadi dingin. Gugup. Aku berusaha menatap ke arah lain tapi cengkraman kak Katia sangat kuat membuat aku hanya bisa memegang lengan kak Katia memohon dengan tatapan memelas agar kaka Katia melepaskan cengkramannya. Tangan kak Katia tiba-tiba gemetar, ia melepaskan cengkramannya dari rahangku, kak Katia sekarang juga ikut bersimpuh di dinginya lantai marmer.

"Oh god," Kak Katia terlihat berfikir menyambung-nyambungkan puzzle demi puzzle lalu membangun asumsinya sendiri. "Oh Jesus! Jared... Jared kalo diliat mirip banget sama laki-laki itu... FUCK! gue kira cuma kebetulan karna Jared mereka keliatan sama-sama bule."

"Kalo.. Double J anak Barata.. Shit! Barata udah punya istri.. God Kinara, Levina lagi hamil.. Gimana mungkin elo merusak rumah tangga temen gue..." Kak Katia meracau panik.

Aku menggeleng cepat, mengusap kasar pipiku yang basah. Lalu memegang tangan Kak katia, mencegahnya berasumsi lebih liar daripada ini.

"Bukan. Laki-laki tadi bukan ayah mereka."

Semua yang diasumsikan kak Katia salah, tapi aku tahu bahwa aku sudah tertangkap basah. Aku tidak pernah bisa menyembunyikan apa-apa lagi dari kakakku, entah bagaimana, dia selalu tahu kalau aku berbohong.

"Kinara Hadikusuma, you better not be lying to me right now," bentaknya.

Aku kaget setengah mati atas bentakannya dan mencoba untuk membela diri. "Bukan, bukan dia bapak anak gue tapi..." Cicitku,

"Tapi siapa?" tanyanya tak sabar

Aku meneguk ludahku sendiri tenggorokanku serasa kering sekali, "Mereka anaknya... Raka...," jawabku akhirnya.

Kak Katia mengerutkan dahinya, sepertinya ia mencoba mengingat nama Raka, dulu memang aku sering bercerita tentang Raka. "Raka? Teman SMA kamu itu? Terus apa hubungannya sama Barata yang tadi ketemu sama kita?"

Aku mengangguk. Tapi dengan cepat aku menggeleng. "Iya temen SMA gue. Gue gak yakin pasti. Tapi gue pikir Barata yang tadi itu adiknya Raka."

Aku bia melihat bahu Kak Katia merosot, mungkn sedikit lega aku tidak akan menghancurkan rumah tangga temannya. Tapi mungkin saja aku akan menghancurkan rumah tangga wanita lain yang sudah menjadi istri Raka. Tidak menutup kemungkinan hampir satu dekade Raka sudah mempunyai pendamping hidup, kan?

"Pantesan elo langsung pingsan liat suami Levina," Kak Katia mengambil duduk di sampingk, ada jeda beberapa saat begitu ia kemudian bertanya, "Apa Raka tahu tujuh taun lalu lo hamil?"

Aku menggeleng sebagai jawabanku, hanya untuk mengeluarkan suara saja aku tak sanggup.

"GOD. Kinara..." Aku bisa mendengar Kak Katia mendesah.

Dia terdiam beberapa saat kemudia bertanya dengan sangat hati-hati, "Kenapa lo nggak mau bilang ke Raka?"

"Soalnya dia... Raka.. teman gue. Kejadian itu semacam kecelakaan, juga nggak sengaja."

Broken Vow (SERIES 2)Where stories live. Discover now