"Kau benar-benar gadis yang baik, Haneul. Bibi tahu kau bekerja untuk membayar sewa apartemen, tapi beristirahat satu hari tidak akan mengurangi biaya apartemen mu kan?"
"Bukan begitu bi-"
"Ya, aku tidak mau tahu. Kau harus istirahat di kamar mu. Jika aku pulang dan kau tidak ada dirumah, awas saja kau." Minseok menyampirkan tali tas ransel nya di salah satu bahu nya.
Minseok berjalan dengan baju hangat yang menutupi tubuh nya dan keluar dari kedai bibi Jung yang sedang ramai pengunjung.
"Haneul-ah, kau bisa kan ke kamar mu sendiri? Bibi masih harus melayani pelanggan."
"Ah ya, tidak apa-apa bi."
Haneul beranjak dari kursinya, sedikit membungkuk pada bibi Jung yang menatap nya penuh senyuman, dan mengambil kacamata bulat nya yang tergeletak begitu saja di atas meja makan kedai bibi Jung. Setelahnya, ia keluar dari kedai milik bibi Jung.
.
.
.
Haneul bersantai sesaat setelah dirinya membasahi seluruh tubuhnya dengan rambut yang setengah basah. Kaki nya ia angkat di atas sofa kecil yang hanya pas untuk di duduki oleh satu orang sembari netra nya terus menangkap tulisan-tulisan indah yang mampu membuat senyuman geli terselip di bibirnya.
Hujan juga mulai menyerukan suaranya di kota Seoul.
Sudah di katakan bukan? Haneul tidak memiliki tv walaupun besar nya hanya sebesar tv Minseok yang luas nya 14 inch.
Waktu 5 jam nya ini sudah terbuang hanya untuk membaca buku yang tadi ia pinjam di perpustakaan. Dan ini sudah buku ke tiga di bab 5 yang ia baca.
Membosankan memang. Tidak bekerja yang biasanya akan memakan waktu berjam-jam hingga akhirnya Haneul menapakkan kakinya kembali di apartemen kesayangan nya yang sudah ia pijaki selama 4 tahun. Ya, semenjak dirinya berumur 12 tahun.
Pandangan Haneul pada buku nya teralihkan, seperti ada magnet yang menghasut dirinya pada bunyi ketukan apartemen yang meraung-raung minta di buka kan pintu nya.
Apartemen Haneul tidak di lengkapi intercom jadi menyulitkan Haneul untuk mengetahui siapa yang tengah mengetuk pintu nya.
Itu pasti Minseok oppa. Batin Haneul lalu beranjak dari duduk nya.
"Ya! Tunggu sebentar, oppa!"
Haneul memutar kunci yang menancap tepat di lubang kunci itu, lalu memutar nya ke kiri dan segera menarik pintu apartemen miliknya.
"Kenapa datang nya cepat se-"
Haneul membeku. Tatapannya tersirat rasa benci, tak suka, dan terkejut. Rasa terkejut lebih dominan menguasai dirinya. Yang bisa Haneul lakukan hanya memutar bola mata jengah dan menghembuskan nafas sedikit agak kasar.
Haneul berniat menutup pintu kembali jika sebuah tangan tidak menahan pintu nya kuat. Apa daya? Kekuatan seorang perempuan tidak lebih dari kekuatan seorang laki-laki.
"Mau apa kau?" Haneul bertanya dingin.
Pemuda berjaket hitam membuka hoodie nya yang selama perjalanan nya terus ia gunakan. Dan sekarang, keadaan hoodie itu telah basah kuyup.
"Aku ingin meminta maaf pada mu." Ujar sehun sedikit terengah-engah, tapi itu tidak membuat Haneul iba atau merasa kasihan pada pemuda yang hampir merenggut keperawanannya.
"Buang jauh-jauh perkataan maaf mu."
Semua nya sungguh muak bagi Haneul. Permintaan maaf sekalipun tidak akan merubah Haneul yang membenci Sehun setengah mati.
"Kenapa kau membenci ku?" Nada Sehun berubah lirih.
Situasi ini cukup membuat Haneul sedikit khawatir melihat keadaan Sehun dengan nafas memburu dan berlari ditengah hujan hanya untuk mencari dirinya.
"Y.. ya begitulah. Sehun-ssi, k.. kau baik-baik saja?"
Sehun mengangguk. "Aku.. baik-baik.. saja-"
"Sehun-ssi!"
.
.
.
Haneul merasa dirinya sudah gila. Sangat gila. Menyeret seorang lelaki ke dalam kamar nya sendiri. Dia seperti mengurus bayi besar di dalam apartemennya.
Dia harus rela menuruni anak-anak tangga sampai lantai bawah, dan berlari ke arah kedai bibi Jung hanya meminta semangkuk bubur hangat dan satu kantung teh yang akan ia beri pada seseorang yang tergeletak lemas di apartemennya.
Bibi Jung sampai-sampai keheranan melihat Haneul yang tiba-tiba merubah raut wajah nya menjadi cemas.
"Aku harus hati-hati dengan nya." Gumam Haneul seraya menggigiti ujung kuku nya.
Dia masih berdiri di ambang pintu, memperhatikan tubuh panjang milik pria itu yang sedari tadi tidak bergerak dari ranjang nya. Sesekali hembusan nafas panjang bertubi-tubi keluar dari mulut Haneul.
Beberapa menit kemudian, tubuh itu mulai bergerak, perlahan mata nya mulai terbuka lalu bergerak-gerak seolah kebingunan dengan keberadaan asing yang menyembunyikan dirinya.
Mata nya berhenti bergerak saat mendapati gadis itu, tanpa kacamata, rambut yang tergerai namun sedikit basah. Sangat berbeda dengan yang disekolah.
Senyum simpul mulai terukir di wajah Sehun yang sedikit pucat.
"Kemarilah." Pinta Sehun namun Haneul tidak bergeming. Dia hanya diam mematung untuk melakukan antisipasi nya.
"Aku tidak akan melakukan apapun pada mu. Kemarilah."
Kali ini Haneul mendekat, dengan gerakan paling pelan yang dimiliki nya. Semua nya tidak ada yang tidak mungkin. Siapa tahu saat Haneul mendekat, Sehun akan melakukan hal sama seperti kejadian semalam.
Haneul tidak mau itu terjadi lagi.
Haneul berdiri di sisi ranjang. Masih ada tiga langkah yang harus ia capai untuk mendekat ke arah Sehun, tapi kembali ke niatannya. Dia hanya ingin mengantisipasi semua yang nanti nya akan terjadi di apartemen ini.
"Bantu aku bersandar."
Haneul menggeleng. Takut masih menjadi alasan terkuat nya.
"Sudah ku bilang kan? Aku tidak akan melakukan apapun padamu. Aku bersumpah."
Haneul hanya memandang nya dalam diam. Diam di tempat layak nya dia baru saja mandi oleh air keras yang membekukan sekujur tubuhnya.
2 menit terlewat, dan Haneul mulai memberanikan diri mendekati ranjang yang tidak terlalu besar namun masih muat untuk di tempati oleh dua orang di atas sana.
Dua.. orang?
"Aku mau makan."
"Ya! Manja sekali kau! Makan saja sendiri,"
"A-ah! Kepalaku." Sehun meringis, memegangi pelipisnya bersamaan dengan raut wajah meringis.
Melihat wajah Sehun yang kesakitan, Haneul terlewat panik. Nyatanya, ia mendekati Sehun yang setia memegangi pelipis nya, menarik lengan Sehun agar bisa ia bantu menyandar pada sandaran ranjang milik Haneul.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Haneul.
Tidak ada jawaban. Sehun sibuk memandangi raut muka Haneul yang tengah panik dan itu benar-benar tontonan yang lucu bagi nya.
"Kau manis sekali, Haneul."
TBC
Disini aku gambarin Sehun itu dia kek badboy ala ala gtu:3 tapi perlakuannya sama Haneul itu tetep manis.
Oh ya, sudah ada yg liat V live nya EXO? :** ganteng" ya:3 apalgi sehun nya pke baju tentara:3
Skalian mau ngucapin HABEDE CHANYEOL MA LOVELY VIRUS:****
KAMU SEDANG MEMBACA
From nerd to be..(?)
AcakAku hanyalah si gadis berkacamata bulat. Pengidap kutu buku akut yang tidak bisa lepas dari kehidupan ku. sebelum aku bertemu dengannya. A man who becomes a liar to me.
Part Four
Mulai dari awal
