Tak sabar, Maurer mendorong paksa tubuh Lynn hingga duduk manis di bangku penumpang. Pintu itu langsung ditutup rapat, kemudian dia memutar dan duduk di bangku kemudi.

Lynn melipat kedua tangannya di dada dengan pandangan mata lurus ke depan. Maurer memperhatikan setiap inchi wajah dan tubuh gadis itu. Meneliti, ada luka serius atau tidak.

"Lo baik-baik saja kan?" tanya Maurer setelah dapat mengontrol emosinya.

"Hmmm," guman Lynn pelan tanpa mau balas menatap Maurer.

"Kalau ditanya, jawab yang benar!" ketus Maurer.

"Iya... iya... gue baik!" ucap Lynn malas.

"Kenapa lo nggak mau lihat muka gue? Salting ya?" tanya Maurer iseng.

"Dih! Nggak banget! Gue males lihat tampang lo! Gue masih dendam sama lo!" sahut Lynn kesal. Kepalanya menoleh ke samping kiri, arah yang berlawanan dengan tempat Maurer duduk.

Maurer merubah posisi duduknya menjadi sedikit menyamping. Kedua tangannya terulur untuk membekap erat kedua pipi Lynn. Diputarkannya wajah itu ke arahnya dengan paksa. Lynn tidak melawan, gadis itu terperangah dengan perlakuan Maurer padanya. Belum lagi wajah mereka saat ini sangat dekat.

"Gue udah nyelametin lo dari si brengsek Ethan dan lo masih dendam sama gue? Harusnya lo bilang 'terima kasih ganteng' ke gue!"

"Lo hsgyujzxx uxxna..." balas Lynn tidak jelas.

Maurer mengunyek-ngunyek pipi Lynn seperti yang biasa dilakukannya pada pipi ponakannya. Pipi itu dihimpit dengan telapak tangannya gemas hingga ucapan Lynn terdengar tidak jelas.

Lynn mencengkram kedua pergelangan tangan Maurer lalu membuangnya asal. Maurer tertawa keras ketika melihat kedua pipi Lynn menjadi semerah tomat. Gadis itu nampak semakin lucu dengan pipi yang menggembung.

Tidak terima ditertawakan, Lynn memukul bahu Maurer keras, "Lo resek!"

"Gue nggak sudi ngomong makasih sama lo! Gue dendam sama lo! Surat cinta itu jelas-jelas bukan buat lo! Gara-gara lo gue digosipin anak satu sekolah! Gue dendam! Dendam! DENDAAAM banget sama lo!" tambahnya menggebu-gebu.

"Ya udah. Yang penting kita kan udah jadian," balas Maurer kalem.

"Nggak! Dalam mimpi buruk gue!"

"Gue antar lo pulang. Ini bukan penawaran tapi perintah!"

Baru saja Lynn akan melayangkan protes, cowok itu sudah melajukan mobilnya meninggalkan gedung parkir sekolah. Pemaksa!

◆◇◆◇◆◇

Saat berjalan menyusuri koridor pagi ini. Banyak mata menatapnya merendahkan. Kasak-kusuk dan bisik-bisik tetangga menghujami langkahnya. Lynn mengernyit bingung. Entah gosip apa lagi yang menyebar. Tatapan mata mereka terlihat berbeda. Terlihat jijik padanya, bukan tatapan yang sama seperti ketika dirinya digosipkan bersama Maurer lalu.

Lynn manatap kerumunan mading curiga. Saat gadis itu ingin mendesak masuk ke dalam lingkaran, Maurer menarik tubuhnya.

"Jangan lihat!"

Lynn melepaskan dirinya dari Maurer dan hendak menerobos lingkaran itu lagi.

"LEPAS!" bentaknya ketika Maurer mencekal tangannya kembali.

Suara Lynn yang keras membuat orang-orang di sekitarnya kembali memandangnya, termasuk orang-orang yang berkerumun di depan mading. Mereka sedikit menyingkir ke samping seolah memberi jalan padanya. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Lynn segera membelah kerumunan itu dan berjalan terus hingga berdiri pada posisi paling depan.

Gadis itu membeku ketika melihat foto wajahnya yang hampir ditindihi oleh seorang cowok. Foto itu memperlihatkan wajahnya dengan sangat jelas tapi, posisi cowok itu membelakangi kamera hingga hanya puggungnya yang terlihat.

Maurer segera menarik Lynn keluar dari kerumunan menuju kelas. Pintu terbuka keras, Maurer muncul bersama dengan Lynn. Tak ada yang berani menyapa mereka. Kyra dan Rhea belum datang, sedangkan Daryl dan Bryan entah di mana.

Maurer mendudukan Lynn di kursinya. Cowok itu berlutut bak pangeran dalam negeri dongeng di sebelahnya. Tangannya menggenggam tangan Lynn hangat. Para gadis menjerit tertahan dalam hati. Membayangkan jika mereka yang berada pada posisi Lynn saat ini. Lynn memandang sosok Maurer dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Lo tenang aja, gue yang bakal beresin masalah itu. Oke?!" kata Maurer menenangkan.

Lynn tidak menjawab ataupun mengangguk. Pikiran gadis itu seperti berada di tempat lain. Kejadian ini hampir sama seperti dulu. Ketika dirinya difitnah hingga ayahnya mengirimkannya ke tempat yang jauh.

"Lynn. Ikut saya ke Ruang BK!" suruh Bu Mita dari ambang pintu.

Lynn menurut. Dilepaskannya tangan hangat Maurer. Gadis itu berjalan dibawah tatapan iba teman-teman sekelasnya.

"Hanya Lynn! Saya tidak menyuruh kamu ikut, Maurer!" tegas Bu Mita saat Maurer mengikuti langkah Lynn dari belakang.

Lynn berbalik menatap Maurer seolah memberi peringatan. Maurer mengerti arti tatapan itu. Gadis itu melanjutkan langkahnya mengikuti Bu Mita tanpa menghiraukan tatapan penuh celaan yang ditujukan padanya.

Di ruang BK, sudah ada Bu Erny dan Yura. Lynn sama sekali tidak kaget dengan kehadiran saudara tirinya itu. Bu Mita mempersilahkannya duduk di sofa single. Lynn menurut. Posisi duduknya berhadapan dengan Yura.

"Saya langsung saja pada pokok permasalahan. Kamu pasti tahu gambar yang dipasang di mading itu kan?" tanya Bu Mita tanpa basa-basi.

Lynn mengangguk. Matanya bertabrakan dengan mata Yura. Gadis itu tersenyum miring seolah memberi tahu jika dirinya adalah pemenangnya.

"Bisa kamu jelaskan apa yang terjadi?" Bu Mita bertanya lagi, beliau sama sekali tidak berniat untuk menghakimi.

Tatapan Lynn beralih memandang Bu Mita tegas. "Saya tidak melakukan hal seperti yang dituduhkan. Saya hampir dilecehkan tapi, seseorang menyelamatkan saya."

"Bohong! Saya saksi matanya!" celetuk Yura.

"Siapa yang melakukan hal itu?" selidik Bu Erny.

Lynn tidak segera menjawab. Kedua matanya menantang Yura Yura mendengus. Gadis itu memainkan lidahnya di dalam mulut. Suara pintu yang diketuk pelan bersamaan dengan pintu yang terbuka mengalihkan perhatian kedua guru itu.

"Selamat pagi," kata suara yang terdengar berat dan tegas.

Tubuh Lynn menegang seketika. Suara yang menorehkan luka di hatinya namun, sangat dirindukannya. Sosok Ayahnya yang tidak dijumpainya dua tahun ini sama sekali tidak berubah. Masih tetap gagah dan dingin seperti dulu.

◆◇◆◇◆◇

Hai... hai...
Saya nggak akan berhenti promosi di lapak saya sendiri ya...
Baca juga
Wrecking Ball (Rhea-Bryan)
Love Me Harder (Kyra-Daryl)

Nggak ada yang suka horor ta? Saya buat cerita horor juga loh ^^

Nama kalian mau berada pada satu kota yang sama dengan Lynn-Maurer? Komen makanya... komentar yang menyentuh hati nanti saya pakai namanya (itu kalau kalian mau sih)

Ditunggu voments-nya ya...

Salam Lope lope

Melinda


I'm Not A Troublemaker #1Donde viven las historias. Descúbrelo ahora