20. katakanlah aku egois

Magsimula sa umpisa
                                    

"Non, ini dokter Samuel. Dokter pribadi Non Kissanda" Jelas Bi Ri menyadari aku melihat dokter itu.

Aku tersenyum "Anda bisa memeriksanya sekarang" ucapku sopan.

"Baik Nona" Dia sedikit menunduk berjalan melewatiku.

Aku masih diam dalam posisiku, melihat dokter itu memeriksa keadaan Kissanda dan menyuntikkan sesuatu pada lengan kanannya, hingga dalam hitungan detik Kissanda berhenti menggumankan sesuatu yang menyedihkan di pendengaranku.

Selesai dengan pemeriksaannya, Dokter Samuel membereskan peralatannya dan memasukkannya ke dalam tas kotaknya, lalu berjalan menghampiriku dengan senyuman.

"Apa anda mengetahui bahwa Nona Kissanda memiliki riwayat depresi?"

Aku terdiam. Mengingat cerita Kissanda tentang kematian kedua orang tuanya yang tepat didepan matanya.

Dokter itu menghela nafas sejenak "Saya tidak mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya, namun yang pasti kejadian yang baru di alaminya membawa dia kembali pada luka dan ketakutan yang lama. Dan Arjuna-- aku rasa Arjuna masih terus dan mungkin akan selalu menjadi alasan dia melupakan seluruh kenangan pahit masa lalunya tersebut"

Aku masih terdiam. Mencoba mencerna perkataan dokter lelaki yang ada didepanku "Oh yah, kamu punya hubungan apa dengan Kissanda?"

Aku langsung tersadar dari lamunanku "Aku? Aku--" aku bingung hendak menjawab apa, hingga aku menelan salivaku "aku saudara jauh Arjuna" Sial. apa tidak ada jawaban yang lain? Sayangnya, otakku memang lagi buntuh total.

"Mmm... Lalu dimana Arjuna mbak--?"

"Imel. Nama saya Imel" Aku berusaha menyunggingkan senyuman, namun aku yakin ini terkesan hambar "aku tidak tahu pasti, mungkin dia masih di kantor atau kuliah. Entahlah"

"Baiklah. saya harap di saat seperti ini, Arjuna harusnya berada di dekat Kissanda. Takutnya depresi Kissanda malah semakin parah dan membuat dia menjadi total kehilangan jiwanya"

Apa maksud dokter ini Kissanda akan gila? Apa mungkin Kissanda bisa menjadi gila jika suatu saat nanti Arjuna tidak lagi bersamanya? Bukan maksudku mengatakan bahwa Arjuna akan memilihku, tapi bisa saja suatu saat nanti jika akhirnya Arjuna menyadari kesalahan dalam hubungan mereka, dan memilih mengakhirinya. Apa itu berarti Kissanda akan mengalami gangguan jiwa?

Bahkan gangguan jiwa itu lebih parah di bandingkan harus kehilangan nyawa.

"Saya permisi dulu kalau begitu mbak, ini ada resep yang bisa kalian beri pada Nona Kissanda"

Aku tersenyum ramah menerima kertas yang tertuliskan resep tersebut. Aku hanya melirik punggungnya yang keluar dari kamar, tidak berniat mengantarnya hingga ke depan. Lalu aku kembali menatap siluet tubuh yang terlelap di balik selimut hingga celuk lehernya. Aku berjalan mendekatinya, menatap intens wajahnya yang sama mengenaskannya denganku. Akh, tidak. Dia lebih mengenaskan di bandingkan dengan diriku.

"Maaf--" Satu kata sederhana itu mewakili rasa bersalahku yang membuat dia kembali mengingat sesuatu yang mengantarkannya pada titik terpahit hidupnya. Aku jahat. Apa? Apa aku memang sejahat itu?

Air mata lolos dari pelupuk mataku.

Mengapa menjadi wanita sesakit ini? Kenapa, menikah serumit ini? Dan Apa sesulit inikah jalan untuk mempertahankan pernikahan? Lalu, apa aku harus berhenti memperjuangkan sesuatu yang seharusnya adalah memang milikku?

#####


Keadaan Kissanda semakin memburuk, di tambah Arjuna yang tak kunjung pulang kerumah bahkan dia pun tidak pernah masuk kuliah setelah kejadian itu. Aku tidak punya pilihan, aku tidak tega melihat dan mendengar setiap igauan lirih dari Kissanda. Matanya memang sesekali terbuka namun dengan pandangan kosong. Ini menakutkan, aku tidak ingin menjadi orang jahat.

"Skypaper"Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon