#2 There is no Coincidental only Destiny.

Start from the beginning
                                    

"Kendrick Xavier. Semua memanggilku Ken."

"Kebetulan sekali kita bertemu disini. Kau ternyata seorang penari bukan supir?" selidik Abby.

"Ada masalah dengan itu?" Ken mengatakannya dengan tajam dan dalam.

Abby mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum tipis. "Ah mudah tersinggung." Abby berdecak. "Pantas saja setiap gerakanmu selalu terlambat satu nafas. Hati-hati, jika terus melakukannya, gerakanmu akan semakin berat dan staminamu menurun."

Ken tersentak dan membenarkan penilaian Abby. Mereka bertatapan. Tapi Abby memutuskan saling tatap itu dengan berbalik dan pergi. Rambut hitam panjangnya berkibar menyentuh punggungnya diterpa angin musim semi. Dan Ken masih belum pulih dari rasa kagetnya.

Siapa Abby sebenarnya?. Mengapa ia bisa tahu kondisinya hanya dengan melihat?. Perlu seseorang yang sangat ahli berkomentar seperti itu!!!.

Ia bergerak untuk mengejar Abby dan mencari tahu. Tapi gadis itu telah menghilang dibalik kerumunan pengunjung square park yang selalu ramai di sabtu sore. Ken mencari penasaran dan menatap sekeliling dengan nafas terengah. Mengabaikan tatapan tertarik para kaum hawa padanya, yang selalu ia dapati dan kemudian ia abaikan dengan dingin dan acuh.

"Ada apa, kau seperti orang panik setelah bertemu gadis mungil itu, siapa dia? pengagum barumu? manis sekali," Jack berkomentar dan menggodanya saat Ken memutuskan untuk kembali ke timnya. Mereka sedang berbenah untuk pulang atau sekedar ngumpul bareng untuk makan malam bersama di restauran cepat saji murah.

"Dia bahkan tidak menatapku dengan kagum" gumam Ken, ia membungkuk meraih ransel dan mengecek poselnya. Hanya SMS dari bibinya agar ia jangan lupa makan malam.

"Apa?" Jack tidak percaya ada perempuan yang tidak menatap Ken dengan terkagum-kagum. "Bahkan yang nggak normal saja masih sempat terkagum-kagum padamu!"

"Kau tahu aku lebih dari sekedar tampang ini. Tapi gadis ini memperingatkanku soal pengaturan nafas yang selalu bibiku peringatkan padaku... menjaga kestabilan gerak dan stamina. Gadis ini tahu hanya dengan sekali saja melihat kita menari!"

Jack bersiul, "pasti membuatmu penasaran setengah mati ya?, gadis yang tidak terpesona padamu dan sepertinya ahli dalam tarian."

Dalam agenda pribadi Ken, cinta adalah hambatan yang tidak ia butuhkan. Ia dan perempuan punya masalah besar. Ia mudah melepas mereka, tapi mereka tidak mudah melepasnya. Jadi, Ken menghindar jauh-jauh dari para perempuan yang hanya tergila-gila dengan tampang dan tubuhnya. Ia lebih suka hubungan tanpa komitmen yang tidak akan mengganggu agenda masa depannya.

"Kau bicara ngawur. ayo kita makan, aku lapar." Ken menanggapi acuh perkataan Jack walau ada benarnya. Ia selalu tertarik pada perempuan yang membuatnya penasaran.

Abby jelas membuatnya penasaran.

*******

Trevor Ascott terlahir dan dibesarkan sebagai pewaris usaha hotel yang ayahnya bangun. Untungnya, ia memiliki minat yang sama dan belajar bisnis sejak ia sudah bisa menambah dan mengurangi dengan sangat lancar. Ia dididik penuh kasih sayang oleh orang tuanya dan tumbuh menjadi pria yang paling diminati wanita manapun di dunia. Tampan dan kaya. Sempurna.

Tapi ia pernah dikhianati dan dikecewakan. Cinta pertamanya hanya tertarik pada kedudukan dan hartanya. Bukan dirinya. Kenyataan bahwa apa yang ia miliki membuatnya mustahil mendapat cinta sejati seperti yang dimiliki orang tuanya.

Ia berubah menjadi begitu sinis dan hanya terfokus pada pendidikannya. Ia bersama banyak perempuan untuk kemudian ia campakkan begitu saja. Ia tidak percaya ada perempuan yang mencintainya apa adanya.

BROKEN WINGWhere stories live. Discover now