12. Sahabat jadi cinta?

Mulai dari awal
                                    

"Oh yah?"

"Sky !" Aku langsung berjalan meninggalkannya, menuju permainan kincir angin.

Aku masih sangat ingat, terakhir habis bermain ini aku muntah-muntah dan kepalaku sangat-sangat berdenyut. Uh, aku benci saat seperti itu. Dan itu terjadi saat malam dimana-- esoknya Sky akan berangkat ke Bandung!

Jeg!

Langkahku terhenti dan berlahan menatapnya yang masih nyengir dibelakangku. Melihat mimik wajahku yang serius dia langsung terdiam dengan alis matanya yang saling bertautan.

Aku berjalan mendekatinya dan berhenti kurang lebih dengan jarak 1 meter "Apa kau mengajakku kesini, untuk mengulang hal yang sama?"

"What ?" Dia menatapku bingung dan berjalan mendekatiku "What have'n ?"

"Kau mengajakku persis dimana 8 tahun lalu kau juga mengajakku kesini untuk perpisahan. Iakan?!! Kau akan meninggalkanku lagi?! Secepat ini?! Kau baru kembali dan sekarang sudah akan pergi, kau MENPERMAINKANKU!" Teriakku penuh kekesalan dengan airmata yang entah sejak kapan mengalir.

"Imel kecilkan suaramu" ucapnya penuh kepanikan mendekatiku.

Aku melihat kesekeliling kami, tidak terlalu banyak orang. Karena ini sudah tengah malam, bahkan pasar malam pun akan segera tutup ,hanya beberapa saja permainan yang masih beroperasi "Apa maksudmu mengajakku kesini?"

Dia berhenti tepat didepanku "Karena aku merindukan tempat ini dan saat-saat bersamamu"

"Lalu meninggalkanku?"

"Mel...aku--"

"Kapan? Kapan kau akan pergi?" Kataku lirih membiarkan butiran sialan ini mengalir.

"Besok--" tampak ketakutan, dia mengatakannya. Dia sudah tahu pasti aku akan marah.

Aku mencoba meredam emosiku dan menarik nafas menghembuskannya berlahan "Hanya 3 hari kau disini ? Untuk apa Sky? Untuk apa kau datang kesini jika pergi secepat ini?"

Tanyaku lirih menahan sesak yang bergemuruh didadaku "untuk mengucapkan Happy birthday ? Hm...?Lewat telfon, WA atau lainnya pun kau bisa melakukannya!?" bibirku gemetar menahan tangisku, sungguh aku masih sangat merindukannya. Aku masih ingin bersamanya, aku belum siap menjalani keadaanku yang sekarang yang masih terasa sangat rumit.

Aku.butuh.dia !

"Mel.. kau tahu kalau aku akan memegang cabang restoran kami disana, tidak banyak waktu lagi Mel. Aku harus pulang untuk mempersiapkannya. Mengertilah " erangnya menyisir rambutnya kasar dengan jari-jarinya. Terlihat dia amat sangat frustrasi "besok pagi jam 8 aku harus sudah berangkat Mel"

"Hm...."aku tersenyum mengejek menggigit bibir bawahku, mengalihkan pandanganku kearah yang lain "pergilah! Dan tak usah kembali !" Ucapku berbalik.

Dia segera menarik tanganku "Kau mau kemana? Kau tidak bisa pergi dengan keadaan seperti ini"

Aku menghempaskan tangannya "Tentu saja mau pulang! Kau pikir, kemana lagi?!!" Bentakku dengan pupil mataku yang melebar sempurna menatapnya geram.

"Aku yang akan mengantarmu !" dia kembali menarik tanganku untuk berjalan mengikutinya .

Aku menghempaskan tangannya. Lagi. Hingga aku mendengar geramannya melirikku. Lalu aku mengangkat tangan kiriku dan menunjukkan cincin yang melingkar dijari manisku "Kau lihat, aku sudah menikah. Aku sudah punya suami yang bertanggung jawab atas diriku! Jadi, kau.tidak.perlu mengkhawatirkanku !" Kataku dengan penuh penekanan yang berhasil membuatnya membeku ditempat. Diam tak berkutik menatapku.

"Skypaper"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang