BAB I

15K 546 81
                                    

Sinar matahari yang sangat terasa menyengat, membuat tetesan keringat keluar dari pori-pori berkat suhu yang cukup panas. Beberapa murid sesekali menyeka keringatnya menggunakan sapu tangan, atau lengan baju sebagai alternatif lap keringat.

Berkat teriknya sinar matahari, lapangan upacara habis termakan keringat. Membuat para murid harus benar-benar menyiapkan banyak air minum agar mereka tetap segar. Murid baru Sport School adalah murid pilihan yang mampu bersaing dengan ribuan murid lainnya. Sedikit saja mengeluh, murid baru akan dipastikan tidak dapat bersekolah di sini. Sekolah yang menampung siswa-siswi berbakat dari berbagai penjuru kota.

Setelah upacara selesai dalam setengah jam, murid dipindahkan kedalam aula yang sejuk berkat air conditioner. Meski banyak yang terlihat pucat dan kelelahan, mereka tetap terlihat sangat antusias.

•••

"Anak-anak kita akan bergilir untuk mengisi kolom absen eskul mari kita mulai putarkan bukunya," perintah salah satu guru terbaik yang memiliki hati seringan kapas. Penyayang, penyabar, meski banyak murid yang membuatnya jengkel, Bu Hana.

"Eh kamu eskul apa Dri?" Alya menepuk pundak Driana dan sedikit berbisik.

"Gatau deh, kayaknya coba basket deh," Driana sontak menjawab dengan tangannya yang masih menulis.

Lonceng istirahat berdering kencang, membuat siapapun yang mendengarnya sudah pasti kegirangan.

"Waktu istirahat, selamat beristirahat semuanya. Pergunakan waktu dengan baik. Kita lanjutkan setelahnya," ujar Bu Hana dengan cepat. Beliau mengkhawatirkan kondisi murid yang benar-benar kelelahan selepas upacara pertama.

"Baik, bu!" sahut mereka kompak ketika suara high heels yang dikenakan Bu Hana terdengar menjauh.

Driana, Verdixi, Alya, Alex, dan Nowella menuju kantin dengan perasaan lapar, memancing perut mereka untuk berbunyi dengan nyaring.

Setelah sampai dikantin, kelimannya terpaku ditempat. Kantin yang begitu ramai namun seketika sunyi, lalu ramai kembali dan sunyi kembali. Seperti sebuah lelucon pada masa orientasi kali ini. Mereka sudah cukup merasa terhibur. Mereka pun duduk dibangku yang telah disiapkan oleh pihak sekolah untuk mengisi perut.

"Duh, lapar! Pesen makanan yuk!" seru Alya, berharap perutnya dapat terisi dengan cepat.

"Seperti biasa aku aja yang pesenin," jawab Verdixi yang mempunyai sifat yang justru berubah-ubah. Kadang ia dewasa, namun sering ia terlihat sedikit lebih kekanak-kanakan.

"Oke, deh!" lanjut mereka serentak.

"Aku mau es teh sama mie rebus soto aja dehh," Nowella mulai memberikan pesanan.

"Kalau kalian?" Verdixi bertanya semangat, cukup semangat untuk kali ini.

"Kita sama aja deh!" Akhirnya mereka semua memakan dan meminum makanan yang sama seperti pesanan Nowella. Tanpa ambil pusing, Verdixi bergegas untuk memesan.

Setelah makanan siap, mereka melahap dengan penuh kelahapan seperti orang yang sudah berjam-jam tidak makan. Kantin pun Sunyi, ternyata tak ada satu orang pun yang bicara yang terdengar. Hanya bunyi mangkuk dan juga sendok karena terlalu lapar atau mungkin memang sudah menjadi sebuah aturan disini. Memang pembagian kelas terbilang cukup lama sekali, bisa dibayangkan sekitar empat jam.

Selepasnya, murid melanjutkan memutar data absen eskul yang akan diserahkan oleh pihak sekolah dengan segala ancang-ancang ketertiban. Setelah selesai mendatakan absen eskul, para murid siap untuk melakukan apel upacara dilapangan dengan panggilan yang baru saja tertuju untuk para murid baru yang baru menyesuaikan diri.

Terdengar suara panggilan untuk para murid agar bisa cepat memasuki lapangan upacara. Setelah semua murid siap dalam barisannya, tak menyangka pembina upacara memasuki lapangan dengan wajah dan raut muka yang sangat kecewa.

"Anak-anak Ibu sangat kecewa, baru tadi kalian masuk sekolah tapi ada aja yang membuat kericuhan. Maaf ibu tak akan menyebutkan nama kelasnya. Ibu harap kalian bisa mengerti peraturan disekolah ini, jangan main-main. Kami sangat menegaskan soal ketertiban dan kedisiplinan maupun kejujuran,"

Apel upacara pun selesai dengan wajah kusut, murid-murid bubar barisan tanpa penghormatan, membuat semuanya merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan besar pada masa orientasi.

Murid baru sudah kekelasnya masing-masing, melanjutkan data eskul yang akan di konfirmasi untuk Ibu kepala sekolah.

"Ayo dong masa mukanya kusut gitu?" tanya Bu Hana sembari memberi semangat.

"Kita capek banget bu," ujar seorang murid lalu dilanjut dengan celotehan kecil, "bener banget, bosen."

"Ibu punya kabar penyemangat kalian, besok eskul sudah dimulai!!" bu Hana memberikan kabar baik yang membuat para murid gembira akan kabar baiknya sekaligus menjadi sebuah tantangan bagi mereka.

"Yeaayy!!"

TO BE CONTINUE

The Basket Girl  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang