Rhea langsung mendorong kasar Yura, tangan kanannya terangkat hendak menamparnya. Untung Bryan dengan sigap menahan tangan itu. Kyra hendak maju tapi Daryl menangkup pinggangnya hingga Kyra berada di pelukannya. Orang-orang di sekitar mereka memekik tertahan sedangkan Gilby hanya bisa menggigit jari kesal.
Kedua mata Kyra mengerjap saat batang hidungnya menyentuh milik Daryl. Kesadaran gadis itu kembali beberapa detik kemudian. Segera Ia mendorong dada Daryl hingga menjauh darinya. Daryl tersenyum miring dan mengedipkan sebelah matanya menggoda.
"Gue nggak suka ngancam. Apalagi ngancam cewek. Tapi pengecualian buat lo kalau lo nggak bisa jawab pertanyaan gue," ucap Maurer kalem saat dia berjalan mendekati Yura. Habis sudah kesabarannya melihat gadis itu terus berbelit-belit.
"Di mana Lynn?"
Yura menggeleng pelan, "gue nggak tahu!"
"Lo pikir gue bego? Lynn nggak mungkin pergi gitu aja! Lo pasti lakuin sesuatu kan?" tuduh Rhea.
"Atas dasar apa lo nuduh gue? Emang ada saksi?" kelit Yura.
Sudut bibirnya terangkat ketika Rhea bungkam dan menatapnya tajam. "Nggak ada kan?"
"Kita nggak perlu bukti karena memang hanya lo tersangkanya!" balas Kyra tanpa bisa menahan emosi.
"Kenapa?" tanya Yura santai, seolah dirinya bersih tak bersalah.
"Karena kalian saudara tiri!" bentak Rhea tak sabar. Omongan Yura hanya membuang-buang waktu.
Yura diam. Kyra diam.
"What??" pekik Daryl dan Bryan bersamaan.
Maurer menatap Yura dari bawah hingga atas dengan tatapan menilai. Kini dia tahu mengapa Yura kasar pada Lynn dari saat pertemuan pertama. Kasak-kusuk lingkaran manusia yang mendapatkan fakta baru berbisik nyaring.
"Lalu? Karena itu kalian nuduh gue?" Yura bertanya. Terkesan menantang.
"Rer! ada yang lihat geng Yura bawa Lynn paksa dari Toilet! Tapi nggak tahu ke mana karena saksi matanya lagi kebelet," celetuk Devi dengan suara keras.
Devi yang baru saja datang langsung menyeruak masuk melewati lingakaran manusia itu. Maurer iseng menyuruh Devi mencari tahu jika saja ada seseorang yang melihat Lynn. Diluar dugaan ternyata dia berguna. Senyum miring mengintimidasi membuat nyali Yura ciut.
Maurer memajukan langkahnya makin dekat dengan Yura, hampir tak ada jarak yang memisahkan mereka. Sebelah tangannya terselip di kantung celananya sedangkan tangan kirinya mengangkat dagu Yura. Tatapan tajamnya beradu dengan mata Yura.
"Katakan di mana Lynn atau gue buat lo nyesel seumur hidup karena udah berurusan dengan gue!" ancam Maurer serius.
"Ngaco! Gue nggak tahu! Gue juga nggak takut sama ancaman lo!" pekik Yura setelah mengumpulkan keberaniannya.
"Oh ya?" Maurer malah tersenyum lebar melihat kegigihan Yura. Gadis itu nampak menyedihkan di matanya ketika ia berakting tegar untuk mempertahankan harga dirinya.
"Gue nggak keberatan bantu lo untuk menunjukan betapa seksinya lo di depan publik," bisik Maurer di telinga Yura tapi, bisikannya keras hingga orang-orang yang berada di sekitar mereka masih dapat mendengar.
"Apa maksud lo?" tanya Yura dengan perasaan tak enak. Berurusan dengan Maurer pasti tak akan pernah memiliki akhir yang baik.
Mata Maurer tertuju pada lekuk tubuh Yura, tepatnya di bagian dadanya. Membuat gadis itu risih.
"Kancing lo nanggung! Masa cuman dua yang dibuka? Tambah satu dan dua lagi boleh lah..." kata Maurer.
Tak salah jika Maurer mengatakan hal itu, baju Yura yang ketat dengan kancing yang hanya dipasang sebatas dada dengan rok setengah paha pasti akan membuat pikiran cowok manapun menjadi liar.
VOCÊ ESTÁ LENDO
I'm Not A Troublemaker #1
Ficção GeralTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...
PART 16
Começar do início
