"Whatever," ujar Yura cuek.
Sengaja Yura melepaskan jambakannya dengan kasar. Yura menepuk tangannya dua kali, kedua anteknya langsung mencekal tangan Lynn dan mendudukan gadis itu ke kursi. Paham dengan apa yang ingin diperbuat oleh ketiga orang itu padanya, Lynn sama sekali tidak memberontak.
Bukan karena dia lemah. Bukan pula karena takut. Tapi mengalah. Lynn selalu membiarkan Yura berbuat apa yang dia mau. Selalu membiarkan Yura menyakitinya walau dirinya tak bersalah. Tanpa perlawanan, Lynn membiarkan tubuhnya diikat di kursi kayu. Senyum pogah kembali dilayangkan oleh Yura padanya.
"Kenapa? Lo merasa menang?" tanya Lynn datar tapi kedua matanya terkesan menantang.
Senyum Yura perlahan memudar, "apa maksud lo?"
"Pertanyaan gue masih sama seperti biasanya, saat setelah lo nyakitin gue," ucap Lynn kalem. "Apa lo puas?"
"Nggak!" jawab Yura langsung dengan nada tinggi. "Gue nggak bakal pernah puas!"
Lynn tersenyum kecil seolah mengejek, Yura menatap Lynn tajam. Selalu seperti ini, Lynn dengan kekalemannya dan Yura dengan emosi yang memuncak.
"Apa lo pernah berpikir, kenapa lo nggak pernah puas meskipun sudah berkali-kali nyakitin gue?" tanya Lynn lagi masih dengan nada rendah.
Posisi Lynn memang tidak menguntungkan. Duduk terikat di kursi dengan tangan di belakang. Rambutnya acak-acakan karena kekasaran Yura tapi, Lynn sama sekali tak takut walau di depannya ada tiga orang musuh yang siap menyakiti dirinya kapanpun mereka mau. Yura tak menjawab namun, tatapan matanya lurus menghujam Lynn.
"Karena lo nggak punya alasan buat nyakitin gue! Karena lo nggak tahu apa salah gue! Karena lo nggak ada tujuan selain nyakitin gue!" tandas Lynn.
"Omong kosong! Gue punya alasan buat nyakitin lo! Gue tahu apa salah lo! Gue punya tujuan buat nyakitin lo!" bantah Yura tak mau kalah.
"Apa alasannya?" tanya Lynn langsung.
Mata Yura dan Lynn bertemu. Keduanya sama-sama diam. Lynn kukuh dengan pertanyaan singkatnya dan Yura dengan emosinya karena tak mendapat jawaban. Apa? Sebuah pertanyaan sederhana namun memuakan bagi Yura.
"Apa perlu gue jelasin? Berkat lo, gue dan nyokap tersingkirkan! Dan gue nggak akan pernah puas sampai lo benar-benar jatuh!"
"Apa lo pikir penderitaan lo itu salah gue? Apa lo pikir itu salah Nyokap gue? Apa lo pikir gue dan nyokap mau berada dalam lingkaran ini? Bokap, Nyokap lo, dan Nyokap gue tidak seharusnya berada di perahu yang sama. Tapi mereka memaksakan dan pada akhirnya perahu itu tenggelam dan menjadi sampah di lautan! Dan sekarang lo ingin kita berdua juga berada di atas perahu yang sama dengan mereka?" tanya Lynn dengan kilat kesedihan yang terlihat jelas di matanya.
"Kalau memang harus berada di kapal yang retak itu bersama dengan mereka, gue akan lakukan asal lo bisa hancur!" tandas Yura tegas.
Gilby dan Xia yang mendengar percakapan mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya tak percaya. Mereka tahu jika Yura membenci Lynn sejak pertama bertemu, tapi tidak menyangka jika alasannya sangat bersifat pribadi. Keluarga.
"Jangan bilang kalau kalian bersaudara!" ujar Gilby dengan sebelah tangan membekap bibirnya.
Yura dan Lynn sama-sama diam, tak menjawab. Yura berjalan keluar ruangan diikuti Gilby dan Xia, meninggalkan Lynn yang terikat di gudang sendirian. Bunyi kunci pintu yang terkunci menyadarkan Lynn kalau dirinya akan lama berada di ruangan ini. Gudang ini berada di pojok dan jarang dipakai. Harus menunggu seseorang sadar dia menghilang karena diculik bukan karena ingin membolos.
◆◇◆
Kyra dan Rhea tentu saja curiga dengan Lynn yang pamit ke Toilet tapi tak kunjung kembali. Sudah satu jam sejak Lynn pergi, apa yang dilakukannya selama itu di Toilet? Mereka sepakat Kyra yang ijin keluar untuk memeriksa Lynn. Setelah mendapat ijin dari guru dengan langkah cepat Kyra menuju Toilet. Tapi nihil. Kosong. Tidak ada siapapun di sana.
Kyra kembali menuju kelas tapi gadis itu tidak masuk. Saat guru mengarah pada papan tulis, Kyra segera melambaikan tangannya untuk menarik perhatian Rhea. Ketika Rhea memandangnya dengan bingung segera Kyra menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menandakan Lynn tak ada di sana. Tanpa dikomando Rhea segera memulai aktingnya yang luar biasa hebatnya.
"Aww, Pak saya ijin ke Toilet pak! Tolong pak!" seru Rhea lantang dengan tangan mencengkram perut seolah benar-benar kesakitan.
"Tunggu temanmu kembali dulu," ujar guru tersebut.
"Ta-tapi Pak, perut saya benar-benar sakit! Bapak mau saya pup di sini? Seingat saya, baunya masih menyerupai bau ampas pada umumnya, belum saya upgrade seperti bau parfum Lady Gaga!" celoteh Rhea tanpa memperdulikan senyum geli dan kikikan kecil sekitarnya.
"Ya sudah, sana! Keluar kamu!"
Tanpa disuruh dua kali, segera Rhea berlari keluar dari kelas dengan tubuh sedikit membungkuk. Kedua tangan masih memegangi perutnya. Akting yang luar biasa dari seorang Rhea. Kyra yang bersembunyi di belakang tembok meski tidak dapat mendengar percakapan mereka tapi, langsung ngeh alasan apa yang digunakan gadis itu ketika Rhea memperlihatkan aktingnya yang sekelas dengan artis-artis papan atas.
"Be kreatip dong, masa akting kebelet pup sih?!" sergah Kyra begitu Rhea muncul.
"Bilang lo mau mau cebokin gue kek," imbuh Kyra asal.
"Garing lo! Lynn ke mana nih? Hp dia?"
"Hp dia ada di tas. Gue udah periksa waktu mau keluar tadi. Firasat gue nggak enak nih," jujur Kyra dengan menggigit kuku ibu jarinya. Kebiasaannya ketika panik.
Mereka berdua menyusuri koridor dari lantai satu ke lantai dua lalu ke lantai tiga dan kembali lagi ke bawah. Tapi nihil. Mobil milik Lynn masih ada di parkiran. Bisa dipastikan gadis itu tidak keluar dari area sekolah.
"Lynn udah ketemu?" tanya suara berat tepat di belakang Kyra. Gadis itu terlonjak kaget.
"Belom! Kok lo bertiga ada di sini sih?" sahut Kyra.
"Kok lo pada tahu kita nyari Lynn? Kok bisa lo pada keluar kelas?" tanya Rhea curiga.
"Tahu lah cinta... Lo berdua pake acara kode-kodean gitu! Sekarang udah ganti jam pelajaran, gurunya keluar kita ya juga keluar," jawab Bryan kalem.
"Lo udah cari di semua tempat?" ganti Maurer yang bertanya.
"Udah dan dia nggak ada di mana-mana!" ucap Kyra dan Rhea hampir bebarengan.
"Kayaknya ada yang aneh deh! Kalaupun dia cabut, dia bakal bilang ke kita, bukan pergi tanpa ngomong gini!" kata Rhea khawatir.
"Lo aneh deh! Bisa aja Lynn pergi sendiri kan? Lo berdua aja yang terlalu parno!"
"Kita nggak akan panik kalau di sekolah ini nggak ada Yu..." omongan Kyra berhenti begitu menyadari satu nama yang pasti ada dibalik hilangnya Lynn.
"YURA!" seru Kyra dan Rhea bebarengan.
◆◇◆◇◆◇
Love Me Harder (KYRA-DARYL) udah publish...
https://www.wattpad.com/story/53042526-love-me-harder-2
Wrecking Ball (RHEA-BRYAN) baru saya publish juga. Baru synopsis sih...
Baca ya... Jangan lupa vomentsnya!
https://www.wattpad.com/story/53268182-wrecking-ball-3
Maaf ya kalau alur cerita sedikit lambat. Jangan khawatir, saya nggak suka buat tulisan yang terlalu panjang dan mbuleti kok ^^
Kalau kalian baik, nanti saya cepet updatenya.
Jadi seminggu saya update 3 buku! 5 buku kalau sama cerita horror saya -.-
Salam lope lope
Melinda
BINABASA MO ANG
I'm Not A Troublemaker #1
General FictionTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...
PART 15
Magsimula sa umpisa
