Maurer terkik geli, "siapa yang mau pose kayak ABG labil? Ya kudu mesra lah, lo kan cewek pertama gue."

Lynn memijit kepalanya yang mendadak pusing. Apa nggak cukup ketemu makhluk astral ini di sekolah saja? Acara makan malam indahnya rusak sudah!

"Gue nggak mau deket-deket sama lo! Lo kan biangnya gosip! Dan gue nggak pernah nembak lo! Jadi lo nggak perlu repot-repot ngaku nerima cinta gue dan bilang kalau gue adalah cewek lo!" kesal Lynn. Jika ini adalah film dragon ball, maka background-nya adalah bara api yang membara seperti super saiya ketika berubah.

"Lo udah buat hati gue sakit Lynn, asal lo tahu, gue itu cowok sensitif yang hatinya terbuat dari kaca. Gampang retak dan hancur so, lo buat hati gue hancur berkeping-keping!" ucap Maurer alay. Tangan kanannya meremas dada kirinya, tepat pada area jantung berada. Membuktikan betapa sakitnya dia mendengar omongan Lynn.

Seorang ibu-ibu bertubuh gempal yang baru saja duduk di sebelah mereka, mendengar omongan ngaco Maurer barusan. Ibu itu bahkan tidak mengerti sama sekali duduk permasalahan mereka tapi, turut menyumbang komentar sadis.

"Neng, nggak tahu diri banget sih? Cowoknya cakep begini masih aja disakitin! Iye... Neng juga cantik tapi, nggak seharusnya Neng songong kayak begitu. Dulu nih ye, waktu Ibu masih muda, Ibu cantiknya itu ngelebihin Neng loh. Tapi Ibu nggak sombong dan selalu rendah hati. Si Somat tukang cendol sama Agus satpam kece kompleks sebelah, Ibu tolak dengan halus. Nggak kayak si Neng gini, yang bisanya melukai hati tulus seorang pria! Nanti kalau jadi perawan tua baru tahu rasa loh!" Sinis si Ibu panjang lebar.

Wajah Maurer memerah menahan tawa. Cowok itu mengangguk-angguk menyetujui wejangan si Ibu. Lynn melongo di tempatnya, otaknya mengolah tiap kata yang keluar dari mulut Ibu itu. Sadis... Lynn baru ngeh kalau dia disumpahin jadi perawan tua!

"Tuh, dengerin si Ibu. Cowok ganteng kayak gue jangan di sia-sia... jadi cewek itu yang kalem dan lembut supaya murah jodoh!" tambah Maurer dengan muka serius, tapi bibirnya berkedut menahan tawa. Hawa panas menyelimuti Lynn seketika. Dia tahu, cowok ini hanya ingin mengejeknya.

"Daripada sama Neng ini, mending sama anak Ibu deh! Cantik banget! Persis kayak Ibu pas muda dulu! Lagi antri makanan dia," bak seorang sales handal Ibu ini menawarkan anaknya.

Maurer tersenyum sopan dengan mata melirik Lynn meminta bantuan. Tapi Lynn tak acuh, membuat Maurer paham jika boomerang akan segera datang menyambutnya.

"Nah ini dia!" seru Ibu itu girang.
Seorang gadis yang memiliki tubuh sama gempalnya dengan Ibu itu, tidak tinggi, datang dengan membawa nampan. Rambutnya kriwul sadis, hidung mancung ke dalam, memiliki bibir tebal mirip Angelina Jolie, hanya kurang terbentuk sempura.

"Ini anak Ibu, cantik banget kan?" tanya Ibu itu girang. "Neng, ini ada yang mau kenalan!" Ucap Ibu itu pada anaknya.

Lynn tersedak oleh tawanya yang tertahan, mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil menepuk dada. Maurer kelabakan sendiri, tak ingin dicap sombong Maurer mengulurkan tangan kanan, menyambut tangan si gadis yang tengah tersipu malu.

"Pretty..." kata gadis itu memperkenalkan diri.

Lynn membekap mulutnya rapat-rapat supaya tawanya tak menyembur keluar. Lynn tertawa bukan karena menghina fisik atau nama si gadis tapi, karena melihat tampang blo'on Maurer yang tak dapat disembunyikannya.

Gadis itu langsung duduk tepat di hadapan Maurer dengan tangan yang masih bertaut. Matanya mengedip genit tapi malu-malu. Lynn yang sadar jika dia akan mati menahan tawa jika lama-lama di sini langsung pamit saat itu juga.

"Sepertinya dia terpesona melihat anak Ibu sampai tidak dapat berkata-kata. Saya ikhlas kok kalau dia menemukan cinta barunya, saya pamit dulu ya Bu..." kata Lynn sopan. Ibu itu tersenyum anggun lalu mengangguk.

Maurer memelototi Lynn dengan tampang memelas. Bak seorang gadis yang tak memiliki hati, dia melambaikan tangan ala Miss World dengan senyum Iblis mengejek, lalu dia berbalik dan berjalan anggun. Sengaja Lynn menggoyangkan pinggulnya ke kiri kanan untuk membuat Maurer sebal.

◆◇◆

Pagi yang harusnya indah rusak sudah dengan fotonya yang beredar di dinding mading bersama dengan sebuah artikel jahil. Bukan foto telanjang yang terpampang! Lebih memalukan dari itu! Foto dirinya dan Maurer kemarin malam!
Di foto itu terlihat Lynn sedang menyuapi Maurer, Foto lainnya tampak saat Maurer menyekal pergelangan tangan Lynn. Foto terakhir terlihat wajah keduanya sangat dekat dengan mata saling berpandangan. Sungguh terlihat mesra. Entah siapapun tukang foto ini, jelas dia sedikit banyak mengerti teknik photography.

Foto-foto itu belum apa-apa ketimbang artikel disampingnya. Judul dengan huruf kapital yang terkesan lebay, tentu Lynn mengutuk manusia yang terlibat di dalamnya. "MAURER TERGODA! PASANGAN INI JADIAN!!" Lynn sama sekali tidak mau membaca isi artikel itu. Bukankah sudah jelas isi di dalamnya? Tergoda? Siapa juga yang mau menggoda cowok stress itu!

Lynn berjalan dengan langkah yang menghentak-hentak. Devi yang menjadi teman sekelasnya yang juga anggota klub mading menjadi sasaran kejengkelannya saat ini. Dibukannya pintu kelas dengan kasar. Kakinya langsung melangkah ke bangku tempat Devi berada.

"Cabut artikel dan foto itu! Gue nggak nyangka kalo anak mading bakal buat artikel nggak penting dan penuh dengan fitnah seperti ini!" seru Lynn.
Mading itu memang dilapisi oleh kaca, hingga tidak bisa merobek artikel begitu saja, Harus menggunkan kunci untuk membuka tutup kaca tersebut, atau paling tidak memecahkan kacanya.

"Bu-bukan! Anak mading nggak pernah nempel artikel begitu! Gue udah nanya satu-satu tadi! Lagian kan kita anak baru, gue juga masih pemula di sana," jawab Devi agak gagap. Takut melihat wajah marah Lynn.

"Terus siapa??" tanya Lynn keki.

"Gue!" sela suara berat yang Lynn sudah hapal pasti siapa pemiliknya.
Lynn memandang Maurer horor. Sakit jiwa! "Cabut artikel murahan lo sekarang!"

"Nggak! Gue mau seluruh anak sekolah tahu kalau lo itu cewek gue dan kita kencan kemarin malam," ujar Maurer dengan kedua tangan terselip di saku. Koor membahana makin membuat riuh suasana.

"Gue nggak kencan sama lo! Siapa sih tukang foto abal itu?!"

"Gue!" Bryan tersenyum lebar dengan mengacungkan tangan kanannya.

Lynn baru saja akan membuka mulutnya untuk meluapkan emosi tapi, sebuah suara yang memanggilnya membuat dia harus menelan kembali semua sumpah serapahnya.

"Lynn, Maurer. Ditunggu Bu Mita di ruang BK!" seru sebuah kepala yang mendadak muncul dari balik pintu,
Lynn menghela nafas berat lalu mengangguk dan menuju ruang BK diikuti Maurer yang berada tepat di belakangnya. Pasti ini adalah aksi balas dendam karena kemarin dirinya meninggalkan Maurer dalam keadaan tersiksa.

Skor 2-1 untuk Maurer, tak apa. Bukan masalah besar. Sebentar lagi, dirinya yang akan menyamakan skor itu. Tunggu saja nanti! Seulas senyum cantik misterius yang dapat ditangkap oleh Maurer mau tidak mau mengharuskan cowok itu untuk bersikap waspada.

◆◇◆◇◆◇

Saya buat kuis lagi... Kali ini geng cewek ya... Udah ada nomornya loh. Dedikasinya nggak saya berikan pada orang pertama yang berhasil jawab. Kenapa? Karena kurang adil.

Kalian kan memiliki waktu yang berbeda buat baca cerita saya jadi, kasihan pembaca yang lagi sibuk saat saya update cerita ini.

Jadi milihnya gimana kak?
Kalian kasih gombalan maut untuk para tokoh di cerita ini. Terserah siapa aja boleh. Nulisnya setelah jawabannya kalian ya...
Contoh:

1. Kyra 2. Rhea 3. Lynn. Gombalin Maurer. Cinta yang kutulis bersamamu akan lebih indah ketika Lynn pergi dari sisimu.

Eh~ bukan gombalan ya? Gitu deh! Kak, aku nggak bisa gombal... Sama! Dibuat lucu-lucuan aja juga boleh kok. Waktu kuisnya 5 hari ya... Kalian jangan pelit2 dong... Ikut komen nyenengin saya dikit kenapa sih?

Salam lope lope

Melinda


I'm Not A Troublemaker #1Where stories live. Discover now