Chapter 13

95 12 0
                                    

Azure mendudukkan tubuhnya di bangku taman kampus, tangannya sibuk membolak-balikkan halaman buku yang baru saja ia pinjam.

"Hm, seharusnya aku tidak pinjam buku ini," katanya seraya menarik nafasnya perlahan. Baru kemarin ia mencalonkan diri menjadi salah satu anggota mading MIC, berhubung tak ada ekskul lain yang ia minati.

Ia bergumam sedikit sambil sesekali mewarnai beberapa kalimat penting dengan stabilo pink miliknya.

"Hai,"

"Ah?" Azure memekik saat tiba-tiba Hazzel menyapanya, "oh, h-hai?" Sapanya.

Edelweiss tersenyum, "tadi kulihat kau meminjam buku di perpustakaan, kenapa kau tidak membaca di perpustakaan saja?"

Azure menggeleng, "e-eh, anu, aku ... Hmm ... Lebih suka di taman," ucapnya sebelum akhirnya ia membenahi buku-buku pinjamannya dan berdiri, "ka-kalau boleh aku pergi seben–,"

Sebelum ia sempat melarikan diri lagi, Edelweiss menahan lengannya. Azure terkejut, "ada apa denganmu?" Tanya Edelweiss, "apa kami pernah melakukan kesalahan padamu?"

Azure menunduk dan perlahan Edelweiss melepaskan lengan gadis itu, "maaf," ucapnya.

...

"Cam, aku serius," ujar Nash pada sahabatnya yang tetap asyik mendengarkan musik.

"Nash, aku tidak mengerti apa yang selama ini ada dalam pikiranmu," ucapnya.

"Astaga, jelas-jelas semua yang baru saja kuceritakan tadi adalah sesuatu yang mengganjal pikiranku belakangan ini," Nash mengacak rambut cokelat gelapnya.

Cameron mendengus, "jadi," dia membuka mulut, "kau bingung karena Edelweiss sama sekali tidak berbicara denganmu?"

Nash mengangguk dengan raut memaksa, "ya, dan itu aneh, aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, dia berubah,"

"Jujur ya, kurasa kau yang berubah," sergah Cameron.

"Aku? Cam, kau–"

"Dengar, sejak kau berpacaran dengan gadis dari kelas hukum itu berapa kali kau mengobrol dengan Edelweiss? Kau lebih sering menyibukkan dirimu dengan pacarmu, justru kau yang melupakannya, jelas saja dia tidak menghubungimu," terang Cameron.

"Hm? Tapi kan, Lacey itu pacarku, jelas aku lebih sibuk dengannya,"

Cameron menghela nafas perlahan, merasakan rasa kesal karena sahabatnya yang tak kunjung mengerti apa yang berusaha ia jelaskan, "begini ya, kau pikir saat kau sakit dan sedih siapa yang lebih perhatian? Lacey atau Edelweiss?"

"Cam, aku belum sakit sejak dua bulan yang lalu, dan tidak ada sesuatu yang membuatku sedih belakangan ini, kenapa kau bertanya seperti itu?" Tanya Nash.

"Kau benar-benar," Cameron menepuk dahinya, "terserahmu saja ya, aku lelah meladenimu, kau mau bermasalah dengan Edelweiss, Lacey, gadis-gadis klub malam, bahkan jika kau berkencan dengan Mrs. Zanderberg sekalipun aku tidak akan perduli,"

"Heyy, sahabat macam apa kau? Aku hanya ingin meminta pendapatmu kenapa jadi jauh-jauh sampai gadis-gadis klub malam? Dasar playboy," sindir Nash.

"Aku tidak dengar," Cameron mengangkat tangannya sambil terus mendengarkan musik dengan earphone-nya.

"Tch, terserah, aku akan mencari Matt," kata Nash yang beranjak dari mejanya.

"Bagus, yang jauh ya," seru Cameron.

Nash memutar bola matanya dan melaju pergi dari kafeteria.

Kata-kata Cameron terus membayangi pikirannya. Soal Edelweiss. Dia bahkan tidak menjawab pesan yang dikirim Nash untuknya. Jujur memang Nash khawatir, takut akan kehilangan sahabatnya itu. Belakangan ini memang ia selalu memikirkan tentang masalah apa yang membuat Edelweiss bahkan tak menyapanya, pergi menemuinya pun tidak.

A Half Beat ➳ Luke.Hemmings [ON-HOLD]On viuen les histories. Descobreix ara