Chapter 5

189 42 13
                                    

-Luke's POV-

"Terima kasih."

Petugas kasir itu memberikan uang kembaliannya padaku. Aku tersenyum dan berjalan keluar dari minimarket itu sambil membawa dua kaleng nescafe dingin untukku dan kakakku. Kulangkahkan kakiku pada perempatan setelah minimarket tersebut.

Hari ini bagiku agak melelahkan. Aku dan bandku berlatih di rumah Michael, tapi kami cukup menikmatinya. Kami berencana untuk mengunggah video kami di youtube nanti, siapa tahu ada seorang produser yang berminat pada kami kemudian berniat untuk memproduseri band kami. Kuharap sih begitu.

Gluk ... Gluk ...

Kuseruput cairan kopi dari kaleng itu. Segar sekali, memang enak diminum saat dingin.

Aku berhenti tepat di luar sebuah toko roti yang cukup besar. Segera kugerakan kakiku masuk kedalam toko tersebut.

Ting, ting.

Suara bel berdering ketika pintu itu terdorong oleh tubuhku.

"Selamat datang." Seorang pria dengan celemek putih yang sedang mengganti beberapa loyang yang sudah kosong dengan loyang kue yang masih penuh tersenyum ketika melihat kedatanganku, "oh, itu kau Luke." Katanya sambil membuka sarung tangan putih yang menutupi kedua telapaknya.

Ada beberapa pengunjung selain aku, mereka terlihat sibuk memilih roti mereka masing-masing, begitupun para pekerja toko roti ini yang melayani pesanan mereka.

"Hai, kak." Sapaku. Kulempar kaleng nescafe itu padanya, dengan sigap ia menangkap kaleng ramping itu dan membukanya.

"Hey, thanks." Jawabnya.

Aku duduk di salah satu kursi di toko itu, begitupun dia. Dia adalah kakak pertamaku, Ben Hemmings. Setelah kuliah, ia memilih untuk membuka usaha sebuah toko roti. Awalnya hanya ada beberapa pembeli, lama-lama para pembeli itu kian membanyak dan toko roti milik Ben menjadi cukup laris di daerah ini.

"Ada apa kau sore-sore kemari?" Tanya Ben.

Aku masih diam memperhatikan kaleng nescafe-ku yang sudah kosong. Biasanya aku kemari jika ada sesuatu yang ingin kuceritakan padanya. Maklum, Ben tinggal terpisah denganku, dia tinggal di salah satu apartemen di dekat sini agar bisa dengan mudah mengelola toko rotinya, jadi biasanya ia pulang ke rumah hari Sabtu atau Minggu.

"Hmm, kurasa tidak ada. Aku hanya merindukan keberadaanmu di rumah, kak." Kataku pelan.

Dia terkekeh dan mengacak-acak rambutku, buru-buru kurapikan kembali rambutku.

"Bagaimana kabar Mom dan Dad?"

"Yaa, mereka baik-baik saja. Dad agak demam kemarin, tapi sekarang sih sudah lumayan membaik." Jelasku, "kurasa Dad merindukanmu, kak. Dia sering memintaku untuk mengantarnya kemari."

"Hmm, aku juga merindukan mereka. Baiklah, minggu depan aku akan pulang. Sampaikan itu pada Mom dan Dad ya." Ucap Ben, "kau mau makan sesuatu? Roti keju, cokelat, nanas, atau pandan?" Tawarnya.

Aku menggoyangkan kedua tanganku, "nope, thanks, kak. Kurasa aku sudah kenyang." Tolakku.

"Oke. Kudengar kau membuat sebuah band?" Ujarnya.

"Hm? Kok kakak bisa tahu?" Tanyaku, aku tidak pernah bercerita soal bandku ini pada Ben. Mungkin Jack yang memberitahunya.

"Tentu aku tahu, Jack menceritakan padaku soal berisiknya kamarmu setiap teman-temanmu datang." Tawanya.

Aku memutar bola mataku, kan benar, pasti Jack yang mengatakannya. "Yaa, aku memiliki band berisikan empat anggota idiot, aku, Mike, Calum, dan Ash." Jelasku.

A Half Beat ➳ Luke.Hemmings [ON-HOLD]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt