Chapter 12

102 8 0
                                    

"Hey Weissy, mau pulang bersamaku?" Mikey menepuk pelan bahuku.

"Oh? Tidak, Mike, terima kasih," tolakku.

Mikey memandangku dengan pandangan yang sulit diartikan, "kau yakin? Hujannya akan semakin deras,"

"Nah, I'm ok," kulepaskan telapaknya dari bahuku.

"Well, just take care of yourself, don't get sick!" Peringatnya, telunjuknya mengarah padaku.

"Tidak akan, sampaikan salamku untuk Paman Clifford ya," kataku dan dibalas anggukan kecil dari Mike.

Mike kemudian berpaling dariku dan melajukan kakinya. Kedua tangannya melebarkan jaket kelabu miliknya, berupaya sebisa mungkin menjadikan jaket itu sebagai tameng hujannya. Michael berlari menghampiri sebuah mobil sedan hitam yang berhenti tepat diluar gerbang kampus. Dia segera memasuki mobil, tak lupa ia melambaikan tangan padaku.

Kubalas lambaiannya sebelum akhirnya mobil itu melaju pergi. Seperti biasa, kuambil payungku dan melepas kantong pembungkusnya, membiarkan payung putih dengan gambar siluet burung itu terbuka lebar, bersiap untuk menjadi satu-satunya perisai yang kumiliki untuk melindungiku.

Kulihat beberapa teman sekelasku menerobos hujan tanpa payung, kurasa mereka lebih memilih untuk sakit dibandingkan pulang terlambat.

Saat baru saja kugerakkan kakiku maju beberapa langkah, pandanganku menangkap sosok familiar yang tengah berdiri dengan jaket tebal yang melapisi tubuhnya.

"Nash," lirihku, lebih terdengar seperti sebuah bisikan kecil.

Kurasa ia tidak membawa payung hari ini. Kedua telapaknya ia sisipkan kedalam masing-masing saku jaketnya, kebiasaan yang tak pernah berubah. Beberapa kali ia menengadah menatap awan hitam yang sepertinya belum puas untuk menyudahi tangisannya.

Kulirik gagang payung dalam genggamanku. Aku tersenyum, mungkin kami dapat pulang bersama.

"Hey, Na-"

"Hey, Nash, kau tidak membawa payung?" Lacey menghampirinya dengan sebuah payung pink berenda.

Aku tertegun dalam posisiku, mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Eh, Lace, iya, kukira tidak akan hujan hari ini." Ia tertawa renyah.

"Begitukah? Bagaimana kalau kita pulang bersama? Payungku cukup besar untuk berdua," usul Lacey.

Nash melirik payung milik Lacey, sedetik kemudian ia mengangguk, "tentu saja, untung saja kau ada disini,"

Lacey tertawa pelan dan mengangkat payungnya, "ayo!" Ia menyodorkan gagang payung itu pada Nash.

Nash mengangguk, menggenggam erat gagang payung tersebut, tangan kanannya yang bebas menarik Lacey dalam dekapannya, dan kemudian keduanya beranjak pergi menerobos hujan.

Oh iya, aku baru sadar, sekarang kan dia memiliki seseorang yang lebih pantas untuk memayunginya setiap hujan tiba. Entah kenapa, aku tidak dapat menerima kenyataan bahwa Nash telah memiliki seorang kekasih. Cukup, kenapa aku terus bersikap bodoh seperti ini? Kenapa sangat sulit bagiku untuk merelakannya bersama orang lain?

Kontan kumundurkan kakiku beberapa langkah, mengurungkan niatku untuk pulang.

"Eh," pekikku.

"Hey, kau belum pulang?"

Kutarik nafasku perlahan, "Luke, kalau aku sudah pulang, tak mungkin aku masih berada disini."

Dia hanya menyengir, "dimana Hazzel? Bukannya biasanya kalian pulang bersama?"

A Half Beat ➳ Luke.Hemmings [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang