Chapter 4

181 37 16
                                    

"Kau kenapa kemarin tiba-tiba lari?"

Aku memutar bola mataku ketika mendengar pertanyaan Mike, suaranya terdengar agak berat. Aku baru saja datang dan tiba-tiba ia menghampiriku bersama dengan keripik kentang.

"Maksudnya?" Tanyaku, kurebut bungkus keripik kentang itu dari genggamannya.

Kami berjalan menyusuri koridor sekolah. Sesekali Mike menyapa teman sekelasnya yang juga melewati koridor.

"Yaa, setelah aku kembali dari toilet, kau tiba-tiba langsung berlari keluar dari ruang musik. Apa Luke mengganggumu?"

Aku terdiam sejenak. Sebenarnya bukan mengganggu, hanya saja aku merasa agak iritasi dengannya, dengan cara ia menatap seseorang. Matanya itu ...

"Tidak kok, aku hanya sedang kelaparan, kan sudah kubilang, kau menarikku saat baru satu langkah aku keluar dari kelasku. Aku belum makan sejak pagi." Aku membalas dengan alasan yang cukup jitu menurutku.

"Kau serius?"

Aku menghela nafas, "Mike, dua rius malah." Kataku, mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahku padanya.

Dia tertawa dan kembali memakan keripik kentangnya, "aku bosan dengan warna rambutku." Ujarnya.

"Kapan kau pernah tidak bosan dengan warna rambutmu, 'eh?" Celetukku yang membuat dia mencibir.

"Mungkin kau berpikir itu aneh, tapi bagiku, ini adalah punk rock." Dia membentuk simbol anak metal dengan tangannya. Aku hanya bisa menggeleng melihat kelakuan temanku ini.

"E-eh?" Dia memekik,

Aku terkejut dan melirik pada Mike heran, kutolehkan kepalaku pada sekumpulan gadis-gadis yang sedang tertawa.

Mereka melangkah melewati kami. Grup gadis kaya dan populer. Percayalah, bisa tiga kali seminggu mereka mengganti tatanan rambut yang sebenarnya tidak ada kerennya sama sekali. Mereka lebih mirip perkumpulan kentang goreng berambut aneh yang bergaya modis.

Mike memperhatikan salah satu dari mereka. Yang aku tahu hanya namanya, Geordie Gray. Dia cukup manis. Kurasa Mike menyukainya.

"H-hai Geordie,"

Geordie menatapnya sekilas, namun kemudian ia melangkah pergi bersama teman-temannya tanpa memperdulikan sapaan Mike. Aku tergelak.

"Whoaa, dia sangat menyukaimu sepertinya, sampai dia tidak mau membalas sapaanmu." Aku menyenggol sikunya.

Dia menatapku sedih, "kau jahat."

"Pfft, sudahlah, mungkin lain kali dia akan menyesal karena tidak membalas sapaanmu." Aku memukul pelan punggungnya.

"Kapan?" Tanyanya.

"Nanti, setelah kau bisa mencium seekor unicorn," candaku.

Dia mencibir, "seharusnya kau menghiburku,"

"kutraktir pizza nanti."

Itu cukup untuk membuatnya diam dengan cengiran kepuasan yang memenuhi wajahnya.

"Hey, omong-omong kemarin sebenarnya kau kemana sih, aku tidak menemukanmu di taman ataupun di kantin." Kata Mike, lagi-lagi dia bertanya, dia selalu saja memperpanjang sesuatu.

"Aku ke perpus, Mike. Kau tahu selain dua tempat itu dimana aku berada," jawabku.

"Kemarin sempat kutanyakan kau pada temanmu, si Nash itu, katanya dia tidak melihatmu."

Nash. Oh.

Kemarin kulihat dia bersama seorang gadis, tapi aku tidak bisa melihat jelas wajahnya, dia membelakangiku, rambutnya panjang dan berwarna cokelat muda. Kejadian itu tersimpan jelas pada pikiranku, menempel rekat pada otakku. Hal yang membuatku sedikit khawatir.

A Half Beat ➳ Luke.Hemmings [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang