"Eits, lo ngomong apa sih? Siapa bilang kalo kita jawab lo kasih surat itu buat Maurer? Kita bilangnya, surat romantis itu buat seseorang yang lo sayangin!" ucap Kyra dengan tawa tertahan.
"Bener?" tanya Lynn memastikan. Lynn melepaskan kedua tangannya yang tadi digunakan untuk mencekik Rhea.
Kyra dan Rhea kompak mengangguk. "Terus lo bilang nggak nama cowok yang gue suka?" tanya Lynn lagi. Kompak kedua sahabatnya menggeleng.
Bel berbunyi. Anak-anak kembali duduk ke bangkunya masing-masing termasuk Rhea. Gadis itu memekik tertahan karena Maurer dan kawan-kawannya belum memasuki kelas. Artinya tidak ada Bryan! Anugerah bagi Rhea walau hanya pada jam pelajaran pertama saja Bryan tidak masuk.
Pada jam pelajaran keempat, ketiga anak manusia itu muncul dengan Maurer yang berjalan di depan. Daryl dan Bryan berjalan bersisian. Pak Toyo yang saat itu mengajar di kelas hanya menggelengkan kepalanya melihat kehadiran mereka.
"Saya heran, kok bisa hukuman kalian ke Panti itu dicabut!" kata Pak Toyo dengan mata tajam menusuk Maurer.
"Bapak jangan gitu dong, hati saya kan jadi terluka!" sahut Maurer dengan tangan kanan di dada kiri seolah mencengkram jantungnya dengan ekspresi tersakiti.
"Padahal saya sangat mengharapkan kalian mendapat hukuman ke Panti itu!" ucap Pak Toyo dari dalam lubuk hatinya terdalam.
"Bapak mah tega! Kalau saya jelas tidak mau mendapat hukuman ke Panti, kasihan pacar saya kalau dia juga ikut ke sana. Nanti dia kecapekan,"
"Siapa pacar kamu?" tanya Pak Toyo tanpa minat.
Maurer mengarahkan padangan matanya pada Lynn yang juga tengah menatapnya. "Tuh Pak, yang duduk di sana... yang memandangi saya dengan tatapan penuh cintanya," ujar Maurer sok puitis.
Lynn langsung membuang pandangannya ke arah lain. Seisi kelas kontan berteriak histeris campur suitan nyaring sambil melirik Lynn. Beruntung Rhea duduk di bangku terpisah dengan Lynn jadi, dia tak mendapat serangan mendadak gadis itu. Tapi Kyra tidak dapat lolos cubitan kecil diperutnya, membuat dia tersedak di tengah tawanya.
"Duduk!" perintah Pak Toyo.
Maurer diikuti Daryl dan Bryan berjalan menuju bangku mereka. Tak lupa Maurer memberikan kedipan genit pada Lynn. Gadis itu membalas dengan tatapan laser yang jika di film Power Ranger mampu melumpuhkan monster besar yang senang menghancurkan kota.
Bel istirahat berbunyi, setelah Pak Toyo keluar Lynn langsung berdiri sambil berkacak pinggang persis di depan Maurer. Maurer mengangkat sebelah alisnya ke atas.
"Lurusin fitnah lo! Gue nggak nulis surat itu buat lo dan gue bukan cewek lo!"
Sudut bibir Maurer terangkat, membentuk seulas senyum yang membuat ubun-ubun Lynn mengeluarkan asap.
"Siapa yang fitnah sih? Kalo surat itu memang bukan buat gue, gimana bisa gue pegang surat itu coba? Dan gue putuskan untuk nerima cinta lo so, lo cewek gue sekarang!"
Sengaja Maurer mengucapkan dengan suara lantang agar seisi kelas dapat mendengarnya. Mereka yang tadinya mau keluar untuk pergi ke Kantin mengurungkan niat seketika ketika melihat Lynn berdiri dengan berkacak pinggang tadi. Mereka mau melewatkan sinetron gratis yang sedang panas-panasnya.
Kasak-kusuk dan bisikan jahil kembali terdengar. Perkataan Maurer yang seolah membenarkan jika mereka sudah pacaran membuat Lynn geram. Sadar jika berbicara dengan cowok di depannya ini hanya akan menguras tenaga, Lynn meninggalkannya dan berjalan menuju Kantin.
Daryl mencekal pergelangan tangan Kyra yang hendak berjalan mengikuti Lynn. Kyra menatapnya penuh permusuhan.
"Mau makan bareng? Nanti gue suapin," tanya Daryl jahil.
Kyra langsung mengibaskan tangannya hingga cekalan Daryl terlepas.
"Ngimpi lo!" sahut gadis itu, lalu kembali melanjutkan langkahnya mengikuti Lynn.
"APA?!" sentak Rhea galak ketika menyadari Bryan daritadi memandangi wajahnya sambil cengar-cengir.
"Lo cantik..." puji Bryan tulus, masih dengan cengiran di wajahnya.
"Sinting!" desis Rhea sambil berlalu mengikuti kedua sahabatnya.
"Mereka PMS ya?" tanya Bryan ketika menghampiri Maurer dan Daryl.
Kedua cowok itu hanya nyengir lebar. Mereka bertiga kini bergulat pada pikiran masing-masing. Terutama Maurer! Memikirkan tindakan apa lagi yang akan dilakukannya untuk mengerjai Lynn. Gadis itu terlihat menggemaskan dimatanya dengan ekspresi marah dan jengkelnya.
◆◇◆◇◆◇
Yura dan Gilby memasuki Kantin dengan tampang pogahnya. Kedua kaki melangkah bergantian dengan punggung yang tegak. Dagunya sedikit terangkat, gaya yang menurut mereka anggun bak model intenasional. Rhea yang melihat kedua orang itu bergidik jijik.
Diluar dugaan Rhea, ternyata Yura dan Gilby mendatangi Lynn yang duduk berhadapan dengannya. Kyra di samping Rhea. Lynn sedikit terkejut ketika mengetahui Yura dan Gilby langsung duduk di sisi kanan-kirinya.
Yura sama sekali tidak terintimidasi dengan tatapan Kyra dan Rhea yang menghujamnya sedangkan, Lynn sendiri bersikap cuek, seolah hanya ada angin di sisinya.
"Wah, sepertinya gue harus ngucapin selamat sama lo karena cinta lo pada Maurer nggak bertepuk sebelah tangan,"
Lynn masih tidak menanggapi, gadis itu masih asyik dengan suapan baksonya. Rhea juga kembali berkonsentrasi pada makanan di atas piringnya. Kyra mengalihkan tatapannya pada Gilby yang kini menatapnya tajam.
"Apa lo?!" sentak Kyra pada Gilby.
Gadis itu mengalihakan padangannya ke kiri, agar tak melihat wajah Kyra yang mengancam.
"Sepertinya gue punya kejutan-kejutan yang meriah buat lo! Kado selamat datang dari gue, Mmm... mungkin kadonya bakal gue kasih besok atau lusa atau seminggu lagi. Lo pasti suka," ujar Yura.
"Nggak butuh! Simpen kado itu buat diri lo sendiri!" ketus Lynn.
Yura menyisipkan helaian rambut Lynn ke belakang telinga dengan lembut. Terkesan di buat-buat. "Jangan dong, gue kan ingin menyambut anak yang nggak dianggap!"
Lynn mengibaskan tangan Yura kasar. Dengan senyum samar Yura pergi begitu saja. Beruntung Kantin sangat ramai, hingga tak memungkinkan orang lain mendengar percakapan mereka. Gilby yang bangkit berdiri, memandang Kyra sekali lagi.
"Daryl punya gue! Gue nggak akan biarin lo ngerebut dia!" ancam Gilby, setelah itu dia lagsung kabur dengan langkah cepat.
Kyra, Rhea, dan Lynn saling berpandang mendengar ancaman lampir satu itu. Mereka menggelengkan kepala pelan melihat tingkah absutd kedua orang itu. mereka paham kehidupan SMA mereka akan cetar membahana seperti kata Syahrini.
◆◇◆◇◆◇
Yuhuuu~
Sepertinya ini pertama kalinya saya post cerita di hari Sabtu. Saya besok sepertinya nggak bisa update, Makanya saya post hari ini aja.
Saya baru post cerita baru. Judulnya Interview (bukan) Dunia Lain. Bercerita tentang Lolita Herpes yang mewawancarai hantu-hantu famous dari Indonesia.
Ahh~ horror ya kak? Ngga mau ah takut! Nggak serem kok ceritanya. Kalian mampir yah, pembacanya masih sedikit soalnya.
Kalian baik hati kan? Kalo bantu baca cerita itu, minggu depan saya update cerita ini hari Sabtu lagi deh...
Ditunggu vomments nya ya ^^
Salam lope lope
Melinda
YOU ARE READING
I'm Not A Troublemaker #1
General FictionTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...
PART 13
Start from the beginning
