3. Sekali Seumur Hidup

Começar do início
                                    

"Aku tak bisa menjanjikannya" Ucapnya acuh hendak pergi.

"Kita belum selesai!" Cegahku menghentikan langkahnya.

"Dan jangan pernah membahas masalah ini dengan siapapun!" Pelan namun mengancam. Dia mengatakannya tanpa berbalik melihatku, dia pergi begitu saja.

Aku mematung, mencoba menenangkan diriku

'Apa ini benar? Apa benar Aku harus menikah dengan pria dingin itu yang telah berhasil mengjungkir balikkan duniaku?'

"Kau disini ternyata" tanpa berbalik aku sudah tau itu suara Naomi yang sedang berdiri di belakangku "Aku mencarimu kemana-mana, lalu aku melihatmu dari lantai atas sana. Pria yang tadi teman bicaramu, siapa?"

Baguslah, Naomi tidak melihatnya.

Aku mengusap kedua mataku sambil menarik nafas, lalu berbalik melihatnya "Akh--bukan siapa-siapa"" senyumku mendekatinya "Aku lapar, kita balik kekantin lagi" Aku merangkul pundaknya berjalan beriringan dengannya.

"Salahmu sendiri ninggalin aku. padahalkan aku cuma sebentar ketoiletnya" Naomi memanyunkan bibir kecilnya.

"Akh....ia maaf, Ada urusan sebentar tadi"

"Hey...kau masih punya hutang cerita padaku, tentang sosok calon suamimu. kau belum menceritakanya sama sekali" Katanya saat kami memasuki koridor.

"Nanti saja--, kita cari makan dulu" Elakku, sedang tak ingin mengatakannya yang sebenarnya. Pasti nanti dia bakal heboh.

Tiba-tiba langkahku dan Naomi terhenti, melihat seseorang pria bertopi menumpahkan minumannya dibaju Arjuna dan terlihat jelas itu tidak sengaja.

"Oh shittt" rutuk Arjuna.

"Maaf, sungguh aku tak sengaja" seseorang yang berpenampilan seperti lelaki itu ternyata perempuan, aku yakin karena suaranya. wanita itu mengambil tissue dari tasnya gendongnya dengan cepat dan berusaha membersihkan pakaian Arjuna.

"Berhentilah!" Bentaknya

"Tapi ak--"

"Singkirkan tanganmu itu dariku. menjijikan! " Ucap Arjuna tajam menghempaskan kasar tangan wanita itu.

Sebelum pergi Arjuna sempat beradu pandang denganku yang terpaku di posisiku. Arjuna berlalu begitu saja.

"Dia kasar sekali. Pria dingin itu, baru ini aku melihat dia seperti itu" Rutuk Naomi, namun aku tetap terdiam.

'Apa dia emosional karena aku membahas masalah kekasihnya, lalu melampiaskannya pada perempuan itu yang jelas-jelas tidak sengaja. Ini Kali pertama aku melihatnya bersikap seperti itu'

###

Tante andra memperhatikanku yang tengah mencoba gaun pengantin dengan dibantu salah satu pegawai butik. Tante Sandra tersenyum melihatku dari atas ke bawah "Kau sangat cantik sayang" Pujinya berjalan mendekatiku.

"Terimakasi tante" jawabkku sambil memandang pantulan diriku dicermin. Mataku menunjukkan sebuah keraguan dan pertanyaan.

Tante Sandra mencoba menarik ekor gaun yang kugunakan kebelakang.

"Aku cukup puas dengan gaun yang ini. kita pilih yang ini aja ya--Mel?" Sarannya tanpa melihatku, sambil terus memegang gaun yang kugunakan.

"Iiia tante" jawabku singkat "Tante" panggilku pelan.

"Ia sayang?" Sahut tante Sandra tanpa mengalihkan pandangannya.

"Aku--aku ingin menikah sekali seumur hidup " seperti ada yang tercekat ditenggorokanku, aku menahan getaran suaraku.

Pernyataan itu berhasil mengalihkan pandangan tante Sandra untuk melihatku dari cermin "Kamu bicara apa Mel?"

Aku menundukkan wajahku.

Tante Sandra berjalan kehadapanku, menatapku intens "Kamu tak berniat untuk menikah lalu berceraikan..."

"Tentu saja tidak tante" potongku cepat mengangkat wajahku "Aku hanya berfikir, apa mungkin ini bertahan. Ini terlalu cepat tante"

"Bagus kalo gitu" senyum tante Sandra "Tidak Ada yg terlalu cepat. Kalian masih punya banyak waktu untuk saling mengenal, Mel.. cuman bedanya distatusnya aja"

"Tapi tante, Aku takut menyesal" ucap ku sambil menundukkan kembali kepalaku.

"Tidak akan ada yang menyesal, tante yakin dengan pilihan tante" Dia tersenyum manis sambil memegang daguku agar melihatnya "Kecuali kalau kamu udah punya pria idaman yang lain.."

"Enggak tante, aku gak punya" aku menjawab cepat.

'karena pria idamanku akan segera menikah denganku, tapi Dia tidak punya perasaan yang sama denganku. Dan aku bukan pilihannya' batinku.

"Lalu...?"

"Arjuna..." ucapku hati-hati.

Mendadak suara tawa tante Sandra memenuhi ruangan lalu sejenak menahan tawanya "Astaga, apa kamu bercanda Mel? Bagaimana mungkin Kamu berfikir Juna punya kekasih ?" tante Sandra memegang perutnya yang sakit karena tawanya barusan.

Aku mengerutkan keningku.

Tante Sandra kini menatapku serius "Kamu jangan pernah berfikir seperti itu. Juna tidak mempunyai kekasih, jangankan teman perempuan teman pria aja dia tidak punya. Tidak seorangpun pernah dia bawa kerumah. Jadi dari mana kamu bisa berfikir dia punya kekasih?"

"Apa? Benarkah...?" Aku tak percaya.

"Apa ada hal yang tak kuketahui? Apa dikampus dia mempunyai teman perempuan?" tante Sandra melihatku dengan tatapan curiga.

Aku tertawa sumbang "Akh--tidak tante? " aku mengibaskan tanganku "Aku hanya terpikir aja, mana mungkin pria tampan sepertinya tidak ada peminatnya" jawabku asal 'termasuk aku' sambung batinku.

"Oh.. baguslah, tante pikir ada hal yang tidak tante ketahui tentang Juna" tante Sandra tampak merasa lega "Wajar saja Kamu berfikir seperti itu, tapi Kamu harus percaya bahwa anak tante itu tak akan mengecewakanmu " Dia memegang kedua bahuku.

"Belajarlah untuk mencintainya, memperhatikannya dan mau menerimanya. Tante gak bisa memungkiri kalo Juna mempunyai banyak kekurangan, hanya saja tante berharap agar kamu mau bersabar untuknya" tante Sandra menatapku penuh harap "Tante yakin, Kalian tidak akan menyesal. Kalian hanya akan menikah sekali seumur hidup"

Aku mengangguk.

Tante Sandra melepaskan tangannya "Tante Akan mengurus administrasinya" Dia berjalan kearah meja yang ada disudut ruangan untuk mengambil tasnya "Kalo kamu udah selesai, jumpai tante didepan yah" tante Sandra berjalan keluar ruangan.

Aku hanya mengangguk, kembali menatap diriku di cermin.

'Kalo mereka bukan sepasang kekasih, lalu apa sebutan yang pantas untuk kedua orang yang berciuman dengan nafsu dan cinta dimata mereka? Apa mereka cuma berteman? Aku rasa di negara barat pun tak Akan hanya menganggap itu sebagai tanda pertemanan?! Entahlah, Aku sendiri bingung' Batinku bingung.

Kembali dengan ingatan yang terjadi di perpustakaan.

'Aku tak perlu belajar tante. Karena Dari sejak pertama kali aku melihatnya, bahkan mendapati kenyataan pahit dengan sikap dinginnya kepadaku, Itu semua sama sekali tidak mengubah perasaanku padanya'  mengangkat wajahku kearah langit-langit ruangan itu.

"Sekali seumur hidup?" aku tertawa. menertawai keadaanku.

"Semoga saja" ucapku pada diriku sendiri berjalan keruang ganti.

###

Holah....

Kembali lagi,
part selanjutnya Adalah Hari H pernikahan Imel Dan Juna
Hohoho

Oh yah, yg Ada di mulmed itu Adalah Naomi

Cantik yah...iiia memang
Dia cukup pantas dibayanganku menjadi Naomi
Dengan rambut ikal sosisnya Dan mata sipitnya
Hihihi

Ok deh... sampai disini dulu ya
Salam manis Dan tepuk jidat dariku yah
Pipit Fitri simatupang
:* :* :*

"Skypaper"Onde histórias criam vida. Descubra agora