"Kerjakan halaman 12 di buku PR. Dikumpulkan saat jam istirahat kepada ketua kelas."

Bu Mita segera pergi keluar kelas dengan menahan amarah. Maurer, Daryl, dan Bryan mengikuti langkah wali kelasnya. Sepeninggal Bu Mita, penghuni kelas 10-3 sibuk berkasak-kusuk membicarakan Maurer dkk. Lain halnya dengan Kyra, Lynn, dan Rhea. Mereka bertiga saling berpandangan ngeri, takut dengan bayangan yang ada di benak mereka menjadi nyata. Mereka akan dibuang ke..... PANTI!

Suara announcer yang memanggil nama Lynn, Kyra, dan Rhea untuk segera menuju ruang BK tak mengagetkan ketiga gadis itu. Mereka seperti sudah menduga hal itu akan terjadi. Mereka segera bangkit berdiri dan berjalan menuju ruang BK diikuti oleh tatapan mata penuh tanya dari teman-teman sekelasnya.

◇◆◇◆

Keputusan pihak sekolah akan membuang mereka berenam untuk mengikuti semacam kegiatan di panti asuhan selama sebulan penuh setelah pulang Sekolah membuat mereka lesuh. Awal bulan depan yang berarti seminggu lagi, mereka harus menjadi pengasuh bagi anak-anak yatim.

Lynn berjalan menuju Toilet sendiri sedangkan kedua sahabatnya sudah berjalan terlebih dahulu menuju kelas. Langkah Lynn terhenti ketika Yura menghadang langkahnya dan melipat tangannya di dada. Memperlihatkan seluruh kesombongan yang berada dalam dirinya.

"Waah, resmi deh lo jadi anak panti. Kenapa nggak dari kemarin-kemarin aja sih?"

Lynn memincingkan matanya menatap Yura dengan pandangan yang sulit diartikan. Sedetik kemudian dia memutuskan tak menghiraukannya lalu memilih berjalan melewati Yura. BRUKK! Lynn jatuh terjembab di lantai dengan kedua tangan yang menyangga tubuhnya. Tapi lututnya merasakan sakit yang lumayan karena langsung menatap lantai.

"Upps, sengaja! Oh iya, luka lo di sudut bibir keren juga. Gimana rasanya digampar bokap lo sendiri?" ejek Yura dengan senyum menyebalkan.

Lynn tak segera menjawab, dia bangkit berdiri dan membersihkan kakinya juga rok sekolahnya yang kotor terkena pasir.

"Gue tanya kenapa nggak di jawab hah?!" bentak Yura sambil mendorong tubuh Lynn kebelakang.

"Lo kenapa sih, selalu adu domba gue Ra?" yanya Lynn berusaha bersabar.

"Kenapa? Lo masih tanya kenapa? Semuanya gara-gara lo sendiri, ELO!!"

"Gue? Gue nggak pernah nyakitin Lo. Bahkan ketika Lo udah ngerebut semua yang Gue punya!" tandas Lynn dengan menahan emosinya.

"Lo cuman pura-pura baik Lynn. Lo nggak ada bedanya sama Nyokap Lo yang munafik itu!"

"JANGAN HINA NYOKAP GUE!!" bentak Lynn nyaring.

Untung mereka bertengkar di tempat yang sepi, dekat Kantin dan jam pelajaran saat ini sedang berlangsung. Kalau tidak, pasti akan membuat perhatian seisi sekolah terpusat pada mereka.

"Marah? Marah aja lo! Lo inget Lynn, Gue akan buat dia benci Lo dan semakin benci sama Lo! Dan Lo bakal di buang, bener-bener di buang sampai nggak di anggap!" desis Yura tajam kemudian berlalu dari hadapan Lynn.

Yura meninggalkan gadis itu dengan mengatupkan rahang nya rapat- rapat. Lynn berusaha menahan tangisnya. Matanya berkaca-kaca tapi buru-buru dia menengadahkan wajah ayunya menahan bulir-bulir air mata yang siap meluncur kapan saja sembari mengucapkan kata-kata yang yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.

"Nggak boleh nangis! Lo kuat! Lo kuat! Nggak boleh cengeng!"

Lynn terlonjak kaget karena seseorang menepuk pundaknya pelan. Dia membalikan tubuhnya, Maurer! Lynn sedikit terkejut melihat Maurer dan kedua temannya yang memandang dirinya dengan iba.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Maurer pelan.

Lynn menggeleng pelan lalu tersenyun kecil, segera dia berbalik hendak meninggalkan Maurer, tapi tangan kanannya dicekal oleh Maurer membuat langkahnya tertahan.

"Apa?" tanya Lynn bingung.

"Sudut bibir lo memar. Kenapa?"

Lynn tersentak dengan pertanyaan Maurer barusan, namun dia berusaha menyembunyikan keterkejutannya lalu melepaskan cekalan Maurer dan berjalan menuju kelasnya.

◇◆◇◆

"Sayang, belanja yuk. Seminggu lagi kita akan ke Panti, pasti deh banyak keperluan yang harus dibawa." Bryan menaik turunkan alisnya menggoda.

Rhea langsung manyun begitu Bryan menghampiri dirinya yang kini duduk di meja Lynn saat jam istirahat kedua ini. Rhea tak menghiraukan perkataan Bryan dan malah sibuk memperhatikan smartphone di tangannya. Bryan memilin-milin rambut Rhea yang sebahu, membuat Rhea risih lalu mengibaskan tangan jahil itu jauh-jauh. Bryan tertawa geli melihat Rhea yang jengah dengan kelakuannya.

"Apa lo ketawa-ketawa?! Pergi sana jauh-jauh! Gue males ngomong apalagi belanja bareng Elo! Ogah!" pekik Rhea keki.

"Sayang, kok kamu gitu banget sih sama calon pacar sendiri?"

Bryan kini makin mendekatkan tubuhnya kepada Rhea menatap wajah gadis itu dengan seksama. Kagum dengan kecantikannya, tapi reaksi Rhea biasa saja. Padahal tatapan Bryan biasanya mampu menbuat gadis-gadis memuja bahkan tergila-gila.

"Jangan panggil gue sayang! Gue gak bakal jadi cewek lo!" bentaknya sembari mendorong tubuh Bryan kebelakang.

Bryan hanya mundur selangkah lalu nyengir lebar mendengar jawaban Rhea yang menurutnya menarik.

"Kalo gitu kita juga belanja Ra!" ajakan Daryl mampu membuat Kyra menoleh kebelakang menatap Daryl tepat di manik mata.

"Siapa lo? Males banget Gue!" seru Kyra kesal.

"Calon tunangan Lo, baby," sahut Daryl santai sambil mengerlingkan sebelah matanya membuat Bryan tertawa dan Maurer menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Kyra hanya bisa membuka mulutnya tanpa bisa mengeluarkan suaranya, penghuni kelas yang dapat mendengar pembicaraan mereka kini sibuk menjalankan ritual gosip mereka tentang hubungan Kyra dan Daryl. Kuping Kyra langsung memanas mendengarnya.

"Diem Lo! Gara-gara Lo sama temen lo ini kita ikut dibuang ke Panti. Ngapain sih Lo pake sok jagoan berantem sampe acak-acakan gitu?!" cecarnya.

"Bela diri. Kita diserang masa diem aja," ujar cowok itu kalem.

"Jangan lebay deh! Kita ke Panti setiap pulang Sekolah saja sampai sore kan? Nggak pake acara nginep, anggap saja mendapat pengalaman baru," sela Lynn sebelum Kyra membalas omongan Daryl.

"Pengalaman apa'an?!" sergah Kyra galak.
"Mestinya Lo bertiga nggak perlu masuk sekolah dong! Jadi pihak sekolah nggak tahu kalo Lo berantem, pinterrr," lanjut gadis itu menggebu-gebu.
"Kita mau menimba ilmu demi masa depan," sahut Daryl dengan wajah datar. Mimik wajah dan omongan sama sekali nggak sinkron.

"Bo'ong aja lo! Bilang aja mau pamer!"

"Udah ah, lo berdua berantem mulu. Gue kawinin sekarang lo!" ancam Lynn.

Kyra menjitak dahi Lynn, Lynn mengusap-usap dahinya yang baru saja dijitak dengan tangan kanannya.

"Dengan senang hati Lynn. Ntar Gue jadiin Lo penghulu kita deh." Ujar Daryl dengan senyum mautnya membuat Kyra mendelik padanya.

◆◇◆◇◆

Hai...
Saya update loh..
Hehe
Ada yang pernah baca Papan Ouija?
Ceritanya kemarin saya delete tp uda di upload lg.
Ada tambahan 2 chapter loh di awal dan tengan cerita...
Yang belum baca silahkan baca ^^

Typo bertebaran~


I'm Not A Troublemaker #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang