1

16.7K 999 49
                                    

'Siapapun tolongin gue'

Nadyn terus melafalkan doa doa agar ada seseorang yang menyelamatkannya. Bibir pink bagian bawahnya terus ia gigit, Tangannya mencengkeram ujung Rok sejengkal diatas lututnya dengan kuat. Kelopak matanya memejam, bola mata indah yang samar-samar berwarna biru tua itu tidak terlihat. Keringat dingin mulai mengucur.

'Coba tadi gue ga beli kertas karton, gue ga bakal kejebak di medan tempur kaya gini'

Batinnya menyesal. Ia merutuki banyak hal untuk dirinya dan juga untuk koperasi sekolahnya. Pertama, coba saja ia tidak lupa membawa Kertas Karton untuk tugas Sejarahnya. Kedua, coba saja kalau Persediaan kertas karton di koperasi tidak habis. Dan ketiga, coba saja ia tidak keluar sekolah menuju tempat fotocopy terdekat untuk membeli Karton. Ia tidak akan terjebak di tengah tengah tawuran antar sekolahnya dan SMA Bina Bangsa, musuh bubuyutan Sekolah nya.

'Yatuhan tolong selamatkan hambamu ini'

Tepat setelah ia memanjatkan doa untuk kesekian kalinya, ia merasakan Sebuah tangan kuat mencengkeram pergelangan tangannya. Ia sudah sangat senang, ia ingin mengucapkan terima kasih karena ada yang menyadari keadaan dan keberadaannya disini. Namun setelah membuka mata, Wajahnya seketika pucat, wajahnya menampilkan kekagetannya walau hanya sebentar saat menyadari siapa yang berdiri menjulang dihadapannya dan memegang pergelangan tangannya itu. Cowok itu, Fabrian menyunggingkan senyum tipis. Mata elangnya menatap tajam kearah Nadyn.

"Hai."

Tanpa menunggu respon dari Nadyn, Fabrian langsung menarik Cewek itu. Membawanya lari dengan kencang melewati segala keributan yang sedang terjadi. Nadyn terus memberontak, Tentu saja ia tidak mau jika caranya diselamatkan seperti ini ditambah yang bersamanya saat ini adalah Pentolan dari sekolah bubuyutan. Nadyn malah khawatir ia akan lebih terancam bila seperti ini.

Saat sudah lumayan jauh dari lokasi tawuran, Nadyn bisa mendengar langkah kaki lain yang mengikuti atau lebih tepatnya mengejar mereka. Nadyn melirik melalui ekor metanya, Ia melihat Gilang yang berlari kencang juga Kevin yang mengekor. Tapi jarak mereka terpaut 4 meter, cukup jauh.

Sampai akhirnya mereka berbelok ke tikungan dan tidak melihat kedua orang itu dari pandangan.

"Aduh, tangan gue sakit!"

Rian-panggilan pendek Fabrian- Menoleh sekilas dan langsung berbelok ke gang kecil dikanan kiri jalan setelah mereka melewati tikungan itu. Ia langsung melepaskan cengkeraman tangannya di tangan Nadyn. Rian mendorong tubuh Nadyn sampai punggungnya membentur tembok dengan pelan. Matanya masih menatap tajam ke arah Nadyn. Pandangannya naik turun memperhatikan Tubuh Nadyn.

Nadyn langsung mengerutkan alisnya dan menepis kedua tangan Rian yang menahan bahunya.

"Apaan sih ah"

Rian menghembuskan nafasnya pelan lalu ikut bersandar ke dinding di sebelah gadis itu.

"Maaf dyn"

"Hm"

"Gue panik pas liat lo disana, takut ada apa apa."

Rian kembali beranjak ke hadapan Nadyn. Ia mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Nadyn yang hanya setinggi Dadanya lalu meletakkan kedua tangannya diatas bahu Nadyn. Tatapan matanya berbeda dengan tadi, yang sekarang lebih lembut hangat. Rian juga tersenyum kearah Nadyn, senyum yang jarang ia tunjukkan kepada siapapun.

"Maaf ya?"

Nadyn balik menatap Cowo dihadapannya ini. Ia mengangguk kecil dan tersenyum.

Senyum Rian makin melebar saat melihat jawaban dari Nadyn. Rian langsung menarik Nadyn ke pelukannya dan memeluknya dengan erat.

Nadynalla's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang