"Hallo?"

"Nora, Maaf menelpon pagi-pagi begini, Ibu baru saja selesai bekerja dan mendadak ingin mendengar suaramu. Bagaimana keadaanmu sayang?"

Bibirku langsung melengkung membentuk senyum mendengar suara Ibu yang lembut dan penuh kasih sayang.

"Aku sudah lebih baik Bu. Ibu sendiri bagaimana ?"

"Ibu juga baik sayang. Sedikit sibuk, tapi baik." Jelasnya sambil tertawa.

Ya Ibu selalu sibuk dari dulu hingga sekarang. Tapi walaupun intensitas pertemuan kami berkurang, itu tidak mengurangi kehebatannya menjadi Ibuku. Dia selamanya role model dalam hidupku.

"Bagaimana dengan Shawn? Dia sudah bangun?"

"Ya..." aku mengintip ke arah dapur, "Dia sekarang sedang di dapur, menghisap-hisap apel."

"Awww, bayi lucu itu. Belum apa-apa Ibu sudah rindu padanya. Pada kalian semua."

"Aku juga merindukan Ibu."

"Ibu tau sayang." Bisa ku bayangkan Ibu tersenyum lembut waktu mengatakan itu, "Bagaimana dengan Jamie? Dia bersamamu?"

"Tidak. Di pergi pagi-pagi sekali meninggalkan kami berdua di tempat yang sunyi seperti ini." Gerutuku.

"Yang Ibu tau, 10 meter dari rumah itu ada penginapan yang cukup ramai sayang. Kau tidak sepenuhnya tinggal terisolasi seperti yang kau pikirkan sekarang. Jamie tidak akan seceroboh itu."

Aku tidak tau soal itu.

"Tapi tetap saja Bu. Tadi malam dia marah waktu aku menutup mata karena aku kira dia akan memukulku. Dia berteriak-teriak sampai Shawn terbangun, hanya karena aku berkata jujur kalau sempat terbesit di pikiranku dia akan seperti Ayahnya. Ibu harus lihat apa yang dia--"

"Kau katakan padanya dia seperti Ayahnya?"

"Ya..." aku mulai tidak yakin apa menceritakan ini akan membuat Ibu berpihak padaku, "Dia sangat marah Bu, kukira dia akan memukulku..."

"Astaga Nora, kenapa kau mengatakan itu?! Kau tidak tau kalau kau melukai hatinya!!"

Aku mendengus, "Ibu jangan berlebihan..."

"Kau baru saja menyamakan Jamie dengan Pria yang membunuh istrinya sendiri tujuh tahun lalu, Nora. Menurutmu Ibu berlebihan?!!" Kata Ibu di ujung sana. Aku tidak pernah mendengar Ibu semarah ini hingga jadi terpaku waktu mendengarnya sekarang.

Ibu menghela nafas sedih, "Anak malang... Jamie sangat terpukul karena kejadian itu, dia sampai harus bertemu psikiater dan sekarang kau samakan dia dengan Pria itu. Nora berhentilah membenci dan coba lihat kenyataan, dia mencintaimu!!"

"Rachel Parker di bunuh..." bisikku kehilangan suara.

"Ya." Ibu menghela nafas, "Dia dipukul habis-habisan waktu suaminya sedang mabuk dan Jamie sedang di luar dengan teman-temannya. Dia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya setelah hari itu. Kau juga ada disana dulu, tapi dudah jelas kau tidak mengingatnya. Kau terlalu fokus pada kebencianmu."

Astaga...

"Ibu kecewa padamu Nora..." suara Ibu kali ini lebih tenang, tapi justru lebih menyakitiku dari pada saat dia marah tadi.

"Aku tidak tau Bu, aku bersumpah!"

"Ibu harus pergi."

"Bu... aku... aku minta maaf."

"Bukan hati Ibu yang kau lukai Nora." Katanya, tapi hati Jamie. "Ibu menyayangi kalian." lalu sambungan terputus.

Aku kembali meletakkan telpon itu ketempatnya dan menghela nafas. Menyenderkan kepalaku ke dinding.

Chasing MemoriesWhere stories live. Discover now