"Nungguin Rissa," jawab Arya enteng, sambil melirik Rissa yang langsung melotot kaget karena serangan mendadak itu. Singkat, tapi Arya sadar kalau raut wajah Nala sempat berubah sesaat. "Bercanda. Nungguin lo, lah."
Rissa dan teman-teman Nala yang lain langsung cekikikan sambil sikut-sikutan dengan heboh. Sampai Arya khawatir tulang rusuk salah satu dari mereka bisa retak, saking semangatnya mereka saling menyikut.
"Yaudah, La. Lo balik sama Mas Arya aja," ucap Rissa sambil melirik Arya. "Kita balik duluan, ya!"
Belum sempat Nala membalas, ketiga temannya sudah ngacir duluan. Meninggalkannya berdua saja dengan Arya.
"Mau balik sekarang?" Ucap Arya mencoba memecah canggung yang mendadak hinggap di antara keduanya.
Nala tidak langsung menjawab. Menimbang-nimbang sesaat, sebelum akhirnya mengiyakan ajakan Arya dengan satu anggukan kecil.
Jangan tanya bagaimana gembiranya manusia bernama Arya Abimanyu itu. Kalau bisa, dia mau langsung menggandeng gadis di depannya sampai ke mobilnya sekalian. Tapi untungnya dia masih sadar diri.
Arya mundur selangkah, memberi kode dengan tangannya agar Nala berjalan duluan ke arah mobilnya yang terparkir tidak jauh dari mereka.
"Lo lagi buru-buru nggak?" Arya bertanya sambil memakai sabuk pengaman.
"Kenapa emangnya?" Nala bertanya balik.
"Gue mau ajak lo mampir dulu, sebelum balik. Tapi itu kalo lo nggak buru-buru." Mata Arya menatap Nala intens saat bicara. "Kalo lo mau langsung balik, nggak apa-apa. Kita langsung pulang aja."
Ada secuil harapan terselip di kalimat Arya barusan. Dalam hati dia berdoa semoga Nala tidak punya acara malam ini, dan mereka bisa menghabiskan waktu lebih lama.
"Emang mau ke mana?" Nala tidak menjawab pertanyaan Arya sebelumnya, tapi justru penasaran ke mana pria itu akan membawanya. Di hari yang sudah sesore ini.
"Lo percaya sama gue nggak?" Pertanyaan ambigu meluncur dari mulut Arya. Membuat Nala kebingungan sendiri.
Nala ragu ingin menjawab, karena tidak yakin dengan konteks 'percaya' yang Arya pertanyakan tadi.
"Tergantung dalam hal apa dulu," jawab Nala kemudian. Diplomatis. Cari aman.
Arya nyengir. "Kalo gue mau ajak lo mampir dulu sebelum pulang, lo percaya kan, kalo gue nggak akan aneh-aneh?"
"Nggak ada yang lebih aneh dari orang yang nyamar jadi abang Gojek, Ar."
Sarkas memang, tapi entah kenapa, sindiran Nala itu justru terdengar lucu di telinga Arya. Dia sampai tertawa.
"Hahaha.. iya, gue akuin, yang satu itu emang absurd banget. Tapi kali ini nggak aneh kok."
Nala menghela napas sesaat sebelum menatap balik Arya. "Jangan malem-malem pulangnya. Gue besok ada meeting jam delapan."
"SIAAAAPP!!" Merasa mendapat lampu hijau, Arya langsung menginjak pedal gas dan meluncur keluar dari area parkir kantor Nala.
***
Jam enam sore. Langit yang semula berwarna oranye, perlahan mulai menggelap. Tapi jalanan Jakarta justru semakin ramai. Dipenuhi kendaraan dari para karyawan yang baru pulang dari tempatnya bekerja masing-masing.
Mobil SUV Arya berjalan pelan melewati gate parkir kawasan stadion Gelora Bung Karno, Senayan.
"Kita ngapain ke GBK, Ar? Lo ada kerjaan di sini?" Tanya Nala bingung. Matanya celingukan melihat orang-orang yang berseliweran di sekitar mereka. Beberapa dari mereka bahkan sudah mengenakan pakaian olah raga.
YOU ARE READING
JEDA - The Spaces Between
ChickLitApa jadinya jika Arya, yang sedang dalam proses mengobati luka patah hati, bertemu dengan Nala, gadis yang memiliki commitment issue? Lucunya, Nala bekerja di sebuah event organizer yang juga menangani acara pernikahan. Dia mati-matian mewujudkan we...
My Plot Twist
Start from the beginning
