Don't Move, I'll Come To You

97 18 4
                                        

My feelings aren't something for you to solve. They're mine. Just stay as you are, and I'll meet you halfway... or all the way.

***

"Gue mau ke luar kota, La. Ada kerjaan." Dari balik kemudi, Arya berucap, dengan mulut yang setengah penuh dengan burger tanpa acar.

Nala menoleh sambil mengernyitkan dahi. "Kapan? Berapa lama?" Mulutnya ternyata bekerja lebih cepat dari yang ia duga.

Apa pedulinya berapa lama Arya pergi? Apa juga urusannya kalau Arya harus pergi ke belahan dunia lain?

"Besok pagi berangkat. Maunya sih, Minggu udah pulang. Tapi liat sikon di sana lagi. Bisa lebih cepet, bisa juga lebih lama." Lalu Arya menyeruput kopinya, dan menoleh, balas menatap Nala. "Lo nggak apa-apa kan, gue tinggal sebentar?"

Uhuk.. uhuk.. uhuk..

Nala sampai tersedak saking kagetnya. "Maksudnya gimana?"

Arya memutar bola matanya, lalu menatap langit-langit kabin mobilnya dengan wajah jahil. "Yaaa.. mana tau, ntar lo kesepian karena nggak ada yang gangguin lo atau nggak ada yang tiba-tiba nongol di depan kantor lo?"

"Jadi lo sadar kalo ganggu gue?" Nala bertanya sarkas.

Skak mat.

Gantian Arya yang tersedak. Lumayan parah karena dia sampai harus megap-megap mencari udara. Nala sampai harus menepuk-nepuk pelan punggungnya. Berharap tindakan kecil itu bisa membantu Arya.

Arya buru-buru meraih minumannya lagi, menenggaknya beberapa kali, lalu menarik napas dalam-dalam. Tangan kirinya melambai pelan ke arah Nala, mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Pelan-pelan makannya, Ar."

Arya menarik napas dalam sekali lagi, lalu mengambil selembar tissue untuk menghapus air matanya yang tanpa sadar ikut keluar saat tersedak tadi. "Jadi lo ngerasa keganggu sama gue ya, La?"

Lampu hijau. Nala menangkap ini sebagai kesempatan untuk memukul mundur Arya, sejauh-jauhnya. Seharusnya dia memanfaatkan ini sebaik-baiknya, karena belum tentu akan datang kesempatan yang sama lagi nanti. Tapi anehnya, Nala malah memilih diam.

Matanya memandangi burger di tangannya yang tinggal seperempat. "Kalo gue jawab 'iya', emang lo bakalan berhenti?"

Pertanyaan itu langsung menghujam Arya lagi, tanpa aba-aba. Menusuk hatinya yang belum siap menerima serangan lanjutan atas penolakan Nala akan keberadaan dirinya di sekitar gadis itu. Tapi Arya mencoba untuk tetap tenang. Dia teringat lagi ucapan Bhanu untuk tidak memaksa dan mengikuti ritme yang dimiliki Nala.

"Nggak juga, sih." Arya menjawab santai, seolah pertanyaan Nala barusan tidak berefek apa-apa untuknya. "Tapi kalo ngerasa keganggu, nggak mungkin lo mau makan berdua gue kayak sekarang. Iya, kan?" Lanjut Arya penuh percaya diri.

Tepat. Serangan balasan Arya gantian menohok gadis yang duduk di sebelahnya. 2-1 skor sementara, dengan keunggulan masih ada di pihak Nala.

"Tapi serius, La. Pas gue lagi nggak ada besok, jangan sering-sering pergi sama Dewa, ya." Pinta Arya.

"Kenapa nggak boleh?" Nala bertanya balik. Walaupun dia sebenarnya sudah tahu jawabannya, tapi dia masih ingin mendengarnya sendiri.

"Yah.. lo tega sih, sama gue kalo gitu caranya." Arya merengut sedih. Berlagak sedih sih, lebih tepatnya. Biar kelihatan agak drama.

Nala tertawa. Baru kali ini dia bertemu dengan pria yang kelewat jujur. Terang-terangan memproklamirkan diri untuk mengejarnya. Biasanya, pria-pria yang sebelumnya pernah mendekatinya tidak pernah segamblang ini. Biasanya mereka hanya akan melempar kode-kode yang mereka harap bisa Nala tafsirkan sendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 5 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JEDA - The Spaces BetweenWhere stories live. Discover now