Philophobia : fear of emotional attachment; fear of being in, or falling in love.
***
Alarm di ponsel Nala berdering keras jam lima pagi. Memaksa Nala yang masih bergelung di balik selimut, harus mengulurkan tangan keluar dari kehangatan. Meraba-raba nakas di samping ranjang untuk mematikan alarm yang tidak berhenti berbunyi.
Kamar langsung senyap seketika, begitu Nala berhasil mematikan alarmnya. Cahaya kuning temaram dari lampu tidur berbentuk jamur payung masih berpendar lembut, mencegah kamar Nala dari gelap sepenuhnya. Nala tidak bisa tidur dengan lampu menyala terang, tapi juga terlalu takut untuk berbaring di tengah ruangan yang terlalu gulita. Thanks to kakak sepupunya yang sudah berinisiatif memberikan Nala lampu tidur jamur itu.
Sepulang dari Bali, Nala tidak langsung pulang ke kos. Dia menyempatkan diri untuk menginap beberapa hari di rumah tantenya, sekalian memberikan oleh-oleh yang ia beli.
Iya, Nala tidak hidup sendirian. Untungnya hidupnya masih belum semerana itu, sampai harus hidup sebatang kara di dunia. Selepas ibunya meninggal saat dia kelas dua SMA, Nala langsung diboyong pindah ke rumah tantenya, adik sang ibu. Beruntung tante Nala selalu memperlakukannya seperti anaknya sendiri.
Tapi, setelah berhasil lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang layak, Nala memutuskan untuk keluar dari rumah tantenya dan ngekos di sekitaran kantor. Nala tidak enak kalau harus terus-terusan merepotkan keluarga tantenya. Meski keluarga tantenya terlihat tidak keberatan sama sekali, karena di rumah ini pun tidak ada anak perempuan. Jadi keberadaan Nala justru dianggap sebagai penyempurna keluarga mereka yang hanya memiliki satu anak laki-laki.
"La, mau mandi duluan, nggak? Gue ada seminar pagi, nih!"
Terdengar suara sepupu Nala, Raga, berteriak dari luar kamar.
"Duluan aja, Mas. Gue masuk siang," balas Nala dari dalam. Kemudian hening. Sepertinya Raga langsung ngibrit ke kamar mandi.
Enaknya kerja di tim operation seperti Nala adalah tidak harus datang ke kantor sesuai jam kerja. Dia bisa langsung ke tempat janji temu dengan klien, atau vendor tanpa harus setor muka dulu ke kantornya. Tapi minusnya, jam pulangnya pun tidak fix seperti karyawan back office lain. Hari ini contohnya, Nala sudah punya janji temu dengan kliennya di venue tempat acara pernikahan akan digelar jam 11 siang.
Butuh setidaknya satu jam bagi Nala untuk mengumpulkan tekad keluar dari selimutnya yang mendadak begitu posesif pagi ini. Dia duduk sejenak di atas ranjang, lalu melakukan hal yang selalu rutin ia lakukan setiap kali bangun tidur di pagi hari, 'menulis satu hal yang ia syukuri hari ini' di aplikasi kalender di ponselnya. Untuk pagi ini, hal yang Nala tulis adalah 'Sampai di Jakarta dengan selamat'.
Usai menyelesaikan ritual paginya, Nala menyingkap selimut, lalu berjalan sedikit berjinjit menapaki lantai kamar yang dingin karena pendingin ruangan yang menyala semalaman. Nala membuka pintu kamar dan langsung disambut cahaya terang dari jendela besar yang terbuka di depan kamar.
Jendela besar itu menghadap langsung ke lapangan sekolah yang berada tidak jauh dari rumah tantenya. Dulu, Nala bisa menghabiskan waktu berjam-jam duduk di depan jendela itu, hanya untuk memandangi para siswa yang tengah bermain atau berolahraga di lapangan. Ditemani angin semilir yang membelai lembut helaian rambutnya, Nala selalu berkhayal kembali ke masa-masa saat ia masih sekolah dulu, ketika ibunya masih ada di dunia.
"Sarapan dulu, La!" suara Minda, tante Nala, langsung menyambutnya ketika Nala memijakkan kakinya di lantai satu.
Nala menarik satu kursi makan terdekat, lalu duduk. Di atas meja makan sudah tersaji nasi goreng dan telor ceplok setengah matang kesukaannya. Minda tidak pernah absen membuatkan telor ceplok setengah matang untuk sarapan setiap kali Nala menginap. Dulu, saat masih tinggal di rumah ini, Nala bahkan nyaris setiap hari sarapan dengan lauk telor ceplok itu. Untung saja dia tidak bisulan.
YOU ARE READING
JEDA - The Spaces Between
ChickLitApa jadinya jika Arya, yang sedang dalam proses mengobati luka patah hati, bertemu dengan Nala, gadis yang memiliki commitment issue? Lucunya, Nala bekerja di sebuah event organizer yang juga menangani acara pernikahan. Dia mati-matian mewujudkan we...
