You can't go back and change the beginning, but you can start over and change the ending.
***
Waktu sepertinya memang sudah menjadi musuh bebuyutan Arya sejak dulu, hanya saja dia yang belum sepenuhnya menyadari sampai hari di mana orang yang dia pikir selalu ada untuknya benar-benar pergi.
Dulu, Arya justru mengira bahwa waktu selalu berpihak kepadanya, karena dia bisa memiliki dua wanita yang ia sayangi di saat yang bersamaan. Hingga dia lupa, bahwa waktu pun memiliki batasnya sendiri.
Lalu ketika waktu tiba-tiba berbalik mengkhianati, Arya mendadak kehilangan arah. Perubahan jalan hidup yang terlalu tiba-tiba membuatnya membenci setiap waktu yang dulu pernah ia buang sia-sia.
Kini Arya sangat benci membuang-buang waktu. Dia tidak ingin lagi menyia-nyiakan waktu yang ia punya. Baginya, setiap detik kini begitu berharga. Setiap menit akan menentukan ke mana nasibnya akan mengarah.
Itu juga yang mendorongnya untuk melakukan tindakan yang cukup impulsif. Tubuhnya bahkan seperti bergerak sendiri, sebelum otaknya memberi instruksi. Karena begitu ia sadar, kini dia sudah duduk di dalam kabin mobilnya yang terparkir di depan sebuah bangunan yang ia kenali sebagai tempat di mana Nala tinggal.
"Fix, gue udah gila," gumamnya frustasi, sambil mengacak asal rambutnya yang kecoklatan.
Kehilangan kabar dari Nala lebih dari seminggu membuat mood-nya naik turun, seperti roller coaster. Bolak-balik membuka room chat di ponselnya, berharap akan masuk pesan balasan dari gadis itu. Tapi nihil.
Arya bahkan sampai lupa, berapa kali dia sengaja mengambil jalan memutar agar melewati kantor Nala. Dengan harapan, dia bisa berpapasan atau sekedar melihat Nala dari kejauhan.
Parahnya lagi, kini tubuhnya bahkan sudah bisa bergerak mengikuti naluri dengan sendirinya. Padahal sebelumnya, Arya sama sekali tidak berniat untuk datang ke tempat ini. Tapi setiap sel di dalam dirinya seperti bekerja sama untuk memberontak. Mengutamakan rasa di atas logika.
Padahal Nala juga bukan siapa-siapa di hidupnya, tapi kenapa Arya bisa sampai sebegitunya? Satu pertanyaan yang sejak kemarin lalu masih belum berhasil Arya jawab atau temui jawabannya.
Mereka berdua bahkan belum ada setahun saling mengenal. Tapi kenapa Arya sampai jungkir-balik seperti sekarang?
Arya menyandarkan kepala di atas tangannya yang terlipat di atas kemudi, tapi dengan mata yang terus mengarah ke pintu masuk kos Nala yang tertutup rapat di depan sana.
Dia makin yakin kalau dirinya sudah gila, ketika ada satu ide yang mendadak muncul di pikirannya, yang menyuruhnya untuk turun dan mengetuk pintu itu. Sambil diam-diam berdoa bahwa Nala memang ada di dalam sana, dan mau menemuinya. Lagi.
Saking seriusnya pergumulan yang terjadi di dalam kepalanya, Arya sampai tidak menyadari kalau ada orang yang berjalan mendekati mobilnya.
Tok, tok, tok.
Arya terlonjak kaget begitu mendengar kaca mobilnya diketuk. Untung saja kaca mobilnya dilapisi kaca film gelap yang menghalangi orang dari luar mengintip ke dalam kabin.
Seorang gadis berdiri di samping mobil Arya dengan posisi agak membungkuk, menyejajarkan wajahnya dengan ketinggian jendela mobil. Wajahnya sampai nyaris menempel ke kaca mobil yang gelap, saking mencoba untuk mengintip ke dalam.
Pelan, Arya menurunkan kaca mobilnya. Tidak langsung full, karena dia tetap harus menjaga jarak aman dari orang asing.
"Mas Arya, ya?"
Kedua alis Arya sontak terangkat, bingung karena bisa-bisanya gadis di depannya ini tahu namanya.
"Saya Rissa, temennya Nala." sambung gadis itu lagi. "Waktu itu juga kita satu jeep pas naik ke Batur."
YOU ARE READING
JEDA - The Spaces Between
ChickLitApa jadinya jika Arya, yang sedang dalam proses mengobati luka patah hati, bertemu dengan Nala, gadis yang memiliki commitment issue? Lucunya, Nala bekerja di sebuah event organizer yang juga menangani acara pernikahan. Dia mati-matian mewujudkan we...
