Sambil dengerin mulmednya, bisa kaliii..
***
I must admit you were not a part of my book
But now if you open it up and take a look
You're the beginning and the end of every chapter
You're the best thing I never knew I needed
When you were here, I had no idea
You're the best thing I never knew I needed
So now it's so clear, I need you here always
Never Knew I Needed - Ne Yo
***
You are the plot twist that makes everything before you suddenly make sense.
***
Dulu, Arya pikir hidupnya akan berjalan sesuai rencana.
Hidupnya selalu berjalan rapi. Serapi garis-garis sketsa bangunan yang ia gambar setiap hari. Ia tumbuh dengan kebiasaan merencanakan segalanya. Seperti saat merancang suatu bangunan, Arya selalu memikirkan hingga ke detail terkecil. Seperti saat menentukan titik untuk meletakkan stop kontak, atau jalur plumbing, Arya selalu memprediksikan semua faktor yang mungkin terjadi, sehingga tidak perlu ada kejadian tidak terduga ke depannya.
Baginya, hidup adalah proyek jangka panjang. Sesuatu yang harus dihitung, diukur, ditata ulang, dan dibuat seaman mungkin. Bahkan masa depannya ia rancang seperti denah rumah ideal, kokoh, bersih, fungsional, dan tidak menyisakan ruang kosong untuk hal-hal di luar rencana. Sekolah, kuliah dan lulus dari jurusan arsitektur di universitas teknik terbaik di Indonesia, lanjut S2, lalu menikah.
Lalu... tiba-tiba, semuanya runtuh.
Siapa sangka, hubungannya dengan Nadya yang sudah terjalin selama bertahun-tahun ternyata harus berakhir, tepat saat pernikahan sudah di depan mata. Padahal sebelumnya mereka sudah berhasil melewati ujian LDR, perselingkuhan, perbedaan jam kerja hingga perselisihan karena kepribadian yang tidak selaras sejalan. Tapi ternyata hubungan yang lebih dari satu dasawarsa itu akhirnya berhenti karena Arya sendiri. Karena dia yang terlambat memahami hatinya sendiri.
Gagal menikah dengan Nadya adalah retakan pertama di bangunan hidupnya yang kokoh. Retakan yang muncul tiba-tiba di dinding hidupnya, sesuatu yang ia kira sudah ia hitung matang-matang. Ia mencoba menambalnya, mencoba paham di mana perhitungannya meleset. Tapi justru dari sana ia sadar, tidak semua yang patah bisa diselamatkan dengan sekadar menambah fondasi.
Di titik itu, Arya berhenti menggambar. Bukan pensilnya yang diam, tapi dirinya.
Hidup Arya terlalu teratur. Terbiasa teratur. Tapi mungkin ada kalanya dia harus mengambil sedikit jeda untuk me-reka ulang kembali hidupnya.
Arya benci plot twist. Termasuk saat menonton film atau drama. Biasanya dia selalu menebak jalan cerita dan bagaimana cerita di film itu akan berakhir. Tapi, sebuah plot twist bisa mengacaukan segalanya. Semua prediksinya mendadak jadi tidak berguna. Dan dia benci itu.
Dan gagal menikah ia kategorikan sebagai sebuah plot twist di dalam hidupnya. Plot twist yang sangat twisting. Memutarbalikkan hidupnya hingga berubah dan keluar dari jalur yang sudah dia rencanakan sebelumnya. Sebuah tikungan tajam di jalan yang semula hanya lurus tanpa hambatan.
Lalu, kemudian semesta datang membawa plot twist lain, yang bahkan tidak pernah ada di dalam blueprint hidupnya.
Nala.
Nala, yang bukan sekadar orang baru, tapi variabel acak yang tidak pernah ia perhitungkan kehadirannya. Nala datang bukan sebagai desain yang siap pakai, tapi sebagai sketsa spontan yang muncul begitu saja. Tidak simetris. Tidak rapi. Tidak terduga. Tapi hangat, dengan cara yang membuat Arya bingung kenapa dadanya terasa lebih penuh setiap kali melihatnya.
YOU ARE READING
JEDA - The Spaces Between
ChickLitApa jadinya jika Arya, yang sedang dalam proses mengobati luka patah hati, bertemu dengan Nala, gadis yang memiliki commitment issue? Lucunya, Nala bekerja di sebuah event organizer yang juga menangani acara pernikahan. Dia mati-matian mewujudkan we...
