In Your Tune | 33. Mini Version Of Serafina

Start from the beginning
                                        

”Iya ini, tadi gue lihat Kak Aldo nya.” Drucilla langsung mengetuk pintu dan membukanya sedikit. Suami Serafina menoleh, dia langsung menyunggingkan senyumnya.

”Halo Kak…, selamat buat kelahiran putri pertamanya.” Ujar Drucilla dengan bahagia. Aldo langsung menghampiri Drucilla dan Hara, membuka pintu lebih lebar karena melihat dua orang itu membawa barang yang cukup besar.

”Eh, Dru sama Hara. Waduh gede banget nih. Repot-repot aja. Makasih loh udah datang.”

”Kan udah janjian sama Sera tadi Kak.” Jawab Hara. Saat masuk ke dalam, Serafina yang sedang berbaring tersenyum melihat kedatangan Hara dan Drucilla.

”Seraaaaa!!!” Hara langsung menghambur pada Serafina setelah meletakkan kado yang mereka bawa di pojok. Begitu juga dengan Drucilla. Mereka berpelukan bertiga. Tentu saja pelan-pelan karena Drucilla dan Hara tidak mau menyakiti Serafina.

”Gimana melahirkan?” Tanya Hara penasaran. Sepertinya Serafina sehat dan segar bugar.

”Ya begitu lah… Nanti juga kalian merasakan.”

”Nggak nyangka gue… Officially a mom dong teman kita yang satu ini.”

Drucilla dan Hara menghampiri bayi Serafina. Tapi mereka hanya melihat, tidak menyentuhnya karena belum cuci tangan. Lagipula mereka berdua juga tidak bisa menggendong bayi. Drucilla juga tidak mau coba-coba dengan anak orang.

Oh my god…,” ujar Drucilla ketika melihat putri Serafina. “Ini mah mini version nya Sera sih. Fix, no debate. Kak Aldo cuma kebagian mulutnya doang ini mah.”

”Iya lagi…, kok bisa sih lo ngelahirin diri lo sendiri. Orang-orang kebanyakan biasanya anaknya numpang ngontrak doang di perut emaknya sembilan bulan. Pas keluar plek ketiplek bapaknya. Lah ini…, Serafina versi bayi.” Kata Hara menimpali.

Serafina tertawa puas melihat reaksi teman-temannya. Sementara suaminya hanya tersenyum. Dia sudah menerima kenyataan kalau semua milik Serafina diborong oleh anak pertama mereka.

”Iya dong… Mungkin kalau aku ngidamnya kesel sama suami sendiri anaknya baru mirip dia kali. Tapi pas hamil ya aku manja-manja aja sih.” Hara dan Drucilla hanya manggut-manggut saja.

Drucilla menatap papan nama di tempat tidur bayi Serafina. Shakira Aleana, berat tiga koma dua kilogram dengan panjang empat puluh sembilan sentimeter. Bayi cantik ini begitu kemerahan. Drucilla bahkan tidak bisa berkedip menatapnya.

Serafina memang sengaja menunda memiliki anak karena masih fokus pada pendidikannya. Tapi sekalinya jadi, anaknya bukan kaleng-kaleng. Ini lebih dari sekedar cantik kalau menurut Drucilla.

Orang tuanya juga bisa dibilang bibit unggul kan. Cantik dan tampan, apa yang bisa diharapkan dari keturunannya? Sudah pasti mirip juga. Kalau tidak tampan seperti ayahnya, ya lucu seperti ibunya.

”Kamu apa kabar Dru? Gimana rasanya menikah?” Tanya Serafina dengan penuh harap.

Serafina memang tidak tahu apa yang terjadi antara dirinya dan Indra. Cuma Hara yang tahu. Jadi wajar kan kalau Serafina menganggap pernikahannya dengan Indra normal-normal saja. Drucilla juga tidak berniat menceritakan yang sebenarnya pada Serafina. Bisa jadi panjang nanti urusannya.

”Baik…, ternyata jadi ibu rumah tangga banyak pekerjaannya. Nggak bisa leha-leha kayak dulu masih tinggal sama Mama.”

”Tapi nggak menyesal kan? Orang suaminya Indra.” Goda Serafina.

Drucilla tersenyum simpul. “Nggak dong…”

”Terus Indra nggak ikut?”

”Dia lagi banyak kerjaan Ser, tapi dia titip salam buat kamu sama Kak Aldo. Katanya selamat buat kelahiran anak pertamanya.”

“Indra tuh nggak pernah berubah ya… Sibuk sama dunianya sendiri. Makasih tapi buat doanya.”

“Dia mah kalau nggak sama dunianya sendiri mau ngapain coba? Orang aneh gitu.” Kata Hara dengan yakin.

”Enak aja! Laki gue tuh! Sembarangan aja.” Protes Drucilla.

”Ini si bucin akut mah belain lakinya terus.”

”Tapi aku juga pasti belain suami lah.” Ujar Serafina menimpali.

”Oke, bagus. Punya teman dua-duanya bucin akut nggak ketolongan.” Drucilla dan Serafina langsung tertawa mendengarnya. Hara kalau sudah menggerutu adalah hiburan gratis.

”Makanya lo pacaran sana. Biar tau rasanya bucin kayak apa. Jangan kerja terus. Stres sendiri kan akhirnya. Ujung-ujungnya ngajak gue jalan lo. Traktirannya mah kagak.”

”Teman udah banyak duit masih aja minta traktiran.”

”Traktiran kan gak harus mahal. Makan batagor di samping stasiun juga bisa. Emang dasar lo nya aja yang pelit! Dasar huru Hara.”

“Gue nggak mau nanggepin. Kasihan nih anaknya Sera baru lahir udah ngeliat teman emaknya ribut.” Syukurlah kalau Hara tidak menjawabnya lagi.

”Dru nggak mau coba gendong? Siapa tau aja latihan sebelum punya anak nanti?”

Drucilla langsung mematung. Dia tersenyum kikuk sambil menggeleng. “Nggak dulu deh Ser. Aku takut sama bayi baru lahir.”

Gue jamin dalam waktu dekat ini anaknya nggak bakalan hadir. Kata Drucilla dalam hati. Bagaimana bayinya mau hadir kalau proses buatnya saja belum dilalui. Kalau mengingat-ingat yang sudah terjadi, rasanya ingin Drucilla perkosa saja Indra.

***

Drucilla bener-bener yaa.. Kumat lagi kelakuan anehnya.

Jangan lupa love dan comment nya. Terima kasih.

 Terima kasih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
In Your Tune (End)Where stories live. Discover now