Tangan Jimin mulai tidak bisa diam ketika intensitas ciuman mereka semakin memanas. Mengusap lengan telanjang Mira bahkan mendekap punggung wanita itu agar semakin menempel padanya.

Jimin akan berhenti jika Mira mengatakan bahwa apa yang Jimin lakukan sudah keterlaluan. Namun Mira malah mengimbangi permainannya, membuat Jimin tak bisa berpikir jernih lagi.

Tangan pria itu menurunkan tali gaun Mira, karena belum bisa merasakan payudara wanita itu, Jimin pun menurunkan resleting yang ada pada punggung Mira. Jantungnya bergejolak senang ketika tangannya menangkap satu payudara Mira yang telanjang. Tidak terlalu besar, namun terasa luar biasa dalam genggamannya. Dan Jimin mulai gila.

Belum lagi ketika kaki Mira membentur pinggir ranjang, Jimin membaringkan tubuhnya dengan kasar. Mengerang protes kala Mira membalik tubuh mereka agar bisa melepas jas dan juga kemeja Jimin.

Kraaak.

Sepertinya bukan hanya Jimin yang tidak sabar untuk merasakan kulit telanjang mereka. Mira pun demikian sampai-sampai ia merobek kemeja pria itu dan menemukan dada telanjang Jimin. Mengelusnya sebentar sebelum Jimin membalik keadaan mereka lagi. Kini Mira lah yang berada dibawah. Membuka lebar kakinya sehingga Jimin bisa berlutut diantara pahanya. Berkutat melepas sisa kemeja dan menurunkan celananya dengan tergesa. Begitu juga dengan Mira. Mencoba menurunkan gaunnya, tapi Jimin bergerak lebih dulu. Menarik turun celana dalam Mira dan membiarkan gaun Mira tetap menggumpal di sekitar pinggangnya.

Jimin turun dari ranjang untuk melepas celana sepenuhnya dan menarik Mira ke tepian. Hanya untuk membuka lebar kaki wanita itu, mengusap kewanitaannya dan berseru senang ketika mendapati bagian tersebut telah basah dan sangat siap untuknya.

"Aku sudah tidak tahan Mira."

Hanya itu yang Jimin katakan sebelum menekuk kaki Mira dan membukanya lebih lebar agar bisa menyatukan tubuh mereka.

"Aaahh...." Mira melonjak dari pembaringan akibat penyatuan Jimin yang menurutnya tidak terlalu lembut.

Bukan berarti Mira tidak suka. Namun untuk kali pertama, Jimin terlalu kasar. Tapi Mira sendiri tidak butuh kelembutan saat ini, dimana tubuhnya terus terasa panas dan ingin dimasuki dengan kuat dan cepat. Dan Jimin bisa melakukannya.

Tapi Mira tidak menyangka rasanya akan senikmat ini. Dinding kewanitaannya memijat dengan sempurna, merasakan kejantanan Jimin yang terasa penuh ketika keluar masuk di dalam tubuhnya.

Jimin memang kasar, tapi Mira tidak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya. Bahkan ketika pria itu membungkuk agar bisa menikmati payudaranya dengan mulutnya itu, Mira seakan semakin melayang.

Jimin mengerang, Mira mendesah. Mereka berdua bertingkah seolah tak pernah bercinta sebelumnya. Berteriak tanpa malu dalam kamar gelap tersebut. Hanya ada sedikit cahaya dari koridor pendek yang menghubungkan kamar dengan pintu masuk. Dan kegelapan tersebut semakin membuat percintaan mereka semakin panas dan nikmat.

"Oohh Jimin... Please..."

Mira mengaitkan kedua kakinya untuk melingkari pinggang Jimin ketika ia merasa klimaksnya akan datang. Dan ketika hal itu terjadi, Jimin berhenti menunggunya. Mengerang bagai binatang dan tak bisa menahan diri lebih lama. Jimin ikut mengeluarkan pelepasannya dengan cepat. Dan ia pun segera ambruk diatas tubuh Mira. Saling terengah dan mencoba menyadari apa yang baru saja terjadi. Namun sebelum otaknya bekerja, tangan lembut Mira menyentuh dadanya untuk mendorong Jimin agar merebah.

Kini giliran wanita itu yang berdiri untuk melepas sisa gaunnya. Menyentuh kejantanan Jimin yang tidak setegang tadi, namun tidak melemas juga.

"Sebentar.." desah Jimin seolah bisa menebak apa yang akan Mira lakukan selanjutnya.

SAVEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora