Ia memang bukan tipe pria yang suka celap celup seperti Vander, tapi ia juga bukan pria suci yang tak pernah menjamah wanita. Hubungannya dengan Olivia juga hubungan kekasih biasa, dan Jimin berani bersumpah jika ia tak pernah melakukan hal berlebihan dengan Olivia. Jimin hanya ingin menjaga Olivia. Sampai ia tahu jika Olivia mengkhianatinya.

Selama itu Jimin hidup dalam pertanyaan apa yang kurang darinya hingga Olivia bisa menyukai laki-laki lain? Kakak sepupu Olivia yang juga mengambil profesi sama?

Jimin bukan dokter sama seperti pria itu. Tapi Jimin yakin jika ia telah melakukan banyak hal untuk Olivia. Membuat gadis itu tertawa, menemaninya saat marah dan sedih, dan banyak meluangkan waktunya dengan Olivia dibanding dengan keluarganya sendiri disela-sela kesibukannya dengan pelatihan Red Blood. Tapi semua itu ternyata tak bisa membuat Olivia tetap menatapnya. Olivia melirik ke arah lain dan memutuskan menyerahkan tubuhnya begitu saja.

Bukan berarti Olivia tak menawarkannya pada Jimin, entah sudah berapa kali Olivia melakukannya tapi Jimin menolaknya dengan halus. Mungkin sebagai wanita perasaan Olivia terluka karena Jimin justru tak menghargai keberaniannya. Tapi demi Tuhan, Jimin hanya ingin menjaganya. Jimin hanya ingin membuktikan pada banyak orang jika ia bisa menahan nafsunya sampai mereka menikah.

Namun Olivia malah berpikiran lain. Jadi apa lagi yang bisa Jimin lakukan setelah Olivia meninggal? Tidak ada. Ia terlalu malas untuk memulai semua dari awal, malas untuk saling menyesuaikan diri dengan orang lain. Dan nyaman dengan dirinya sendiri. Jadi itulah yang ia lakukan. Toh kesibukannya di Red Blood tidak pernah ada habisnya. Sampai ia bertemu dengan Mira.

Bukan pertemuan pertama lah yang membuat ia melirik Mira lebih lama. Tapi pertemuan kedua mereka. Membawa Mira keluar dari situasi berbahaya saat itu, dimana bokong telanjang wanita itu terpampang dekat wajahnya. Jimin mulai memikirkan Mira lebih dari yang seharusnya.

Ia memang kembali ke Amerika setelah malam pertemuan itu, tapi tak lama kemudian memutuskan untuk kembali ke Meksiko untuk mencari Mira. Tapi ia tak menemukannya. Jimin bahkan mengunjungi rumah pelacuran dan mulai mencari tahu tentang Mira, namun banyak yang bilang jika Mira terlibat masalah dan mungkin sedang melarikan diri. Sayangnya Jimin tak bisa berlama-lama disana, jadi ia pun kembali ke Amerika lagi. Tak mengira jika malam ini ia akan melihat wanita itu lagi. Di negaranya sendiri. Membuatnya tanpa sadar terus mengikuti Mira dan tak ingin menjauh darinya.

Jimin sama sekali tidak mengira jika Mira akan menciumnya ketika ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar wanita itu. Jimin memang sudah membayangkan hal ini setelah pertemuan kedua mereka, tapi apa yang terjadi sebenarnya tidak pernah sama dengan bayangan Jimin. Dalam bayangannya ia akan mencium Mira dengan lembut dan manis, bahkan saling tersenyum agar Mira lebih nyaman.

Namun begitu bibir mereka bersentuhan, insting primitif Jimin sebagai laki-laki bergejolak begitu saja tanpa bisa Jimin tahan. Lagipula Mira dulu lah yang mendesak bibirnya membuka, jadi bukan salah Jimin jika detik selanjutnya ia melumat bibir wanita itu dengan panas dan mencuri erangan mereka.

Jimin tidak pernah berciuman seperti ini sebelumnya. Bahkan dengan Olivia. Mira seolah bisa membangunkan orang lain dalam dirinya, yang bertindak lebih kasar dan beringas dari yang pernah ia kira.

Jimin mencengkeram kedua pergelangan tangan Mira yang sedang memegang rahangnya. Menahan Mira agar tidak menjauh dikala bibir mereka saling bertemu dengan lidah yang saling mengait.

Sial.

Rasanya amat sangat nikmat. Dan Jimin tidak mau berhenti. Terus bergerak membuat Mira berjalan mundur hingga tubuh wanita itu membentur banyak benda, termasuk dinding dan pintu kamar Mira. Mereka bahkan tak perlu repot-repot untuk menyalakan lampu kamar, karena mereka terlalu sibuk satu sama lain.

SAVEWhere stories live. Discover now