Irene dan Vander itu seperti anjing dan kucing yang tidak bisa akur. Irene yang serius dan lurus harus berhadapan dengan Vander yang mesum dan semaunya sendiri.
Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Tapi ada kalanya mereka juga bisa bekerja sama dan...
Menurut informasi yang Irene dapat, raja Gustav sempat menutup tempat ini setelah kejadian kebakaran tiga puluh dua tahun silam. Namun lima belas tahun yang lalu, raja tersebut memberi ijin untuk membangunnya kembali, menjadikan tempat itu tempat peristirahatan bagi tamu kerajaan. Namun ratu Suzanne tak mengindahkannya dan tempat ini pun perlahan dilupakan hingga dijadikan tempat penyimpanan bahan makanan. Irene tahu tidak akan ada apa-apa disana. Namun ia heran sebab tempat tersebut tidak dijaga sama sekali. Karena ada bahan makanan yang perlu dijaga oleh beberapa orang.
Tapi negara Norden sendiri memiliki tingkat kriminalitas yang cukup rendah. Bisa Irene simpulkan jika tempat ini pastilah dipercaya sangat aman hingga dibiarkan begitu saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Irene berjalan pelan menuju ke atas. Hanya untuk melihat seperti apa tempat pengasingan ibunya dulu, meski kini tempat itu telah direnovasi. Ia berencana hanya sebentar disana untuk melihat-lihat saja. Dan tak menemukan apapun yang berarti bagi perasaannya. Keluarga Kristersson sendiri masih ada di Norden. Tapi kedua orang tua Sofia yang tidak lain adalah kakek nenek Irene sudah lama meninggal. Hanya tersisa dua adik Sofia yang kini hidup bahagia didekat perbatasan Norden dan Swedia. Hanya sejauh itu yang Irene ketahui tentang keluarga dari pihak ibunya.
Irene sudah berkeliling selama sepuluh menit, dan selama itu pula matahari berangsur turun membuat suasana disana sedikit lebih gelap dibanding sebelumnya. Tidak adanya orang disini pasti karena semua pergi ke kota untuk merayakan hari penobatan pangeran Hugo.
Kabarnya rakyat Norden sangat menyayangi pangeran tampan tersebut, dan berharap banyak padanya. Irene sendiri tidak ambil pusing dengan itu semua. Berpikir bahwa urusannya di sini telah selesai, wanita itupun segera berputar untuk kembali ke bawah. Saat itulah ia melihat ada yang tidak biasa. Sesosok tubuh bersandar tak sadarkan diri disebuah sudut yang hampir tak kelihatan sama sekali.
Irene mendekati tubuh itu dengan segera, sedikit heran karena orang tersebut hanya mengenakan kaos tipis beserta celana panjang kain saja ditengah cuaca yang sedingin ini. Baru saat itulah Irene sadar jika tangan orang itu terborgol ke atas. Kepalanya terkulai ke depan dengan rambut hitamnya yang menjuntai.
"Sir...?" Panggil Irene memastikan. Berjongkok untuk memeriksa keadaannya yang sepertinya masih bernafas, tapi demi Tuhan tubuhnya amat sangat dingin.
Irene mendorong tubuh itu agar bersandar pada dinding dibelakangnya dan terkesiap tak percaya ketika mengenali wajahnya.
"Vander?"
Irene dengan segera menepuk pipi Vander. Memastikan dengan seksama jika ia tidak salah orang. Namun wajahnya yang putih pucat dan kulitnya benar-benar dingin, membuat Irene panik dan yakin jika pria ini terkena hipotermia hingga tak sadarkan diri. Wanita itu berdiri untuk melepas mantel yang ia kenakan. Mencoba melepas atasan Vander yang terasa dingin dan baru ingat jika tangan pria itu terborgol ke atas.
Irene melipat mantelnya lagi agar tidak terasa dingin, melihat kanan kiri untuk mencari sesuatu agar ia bisa melepas borgol yang mengikat tangan pria itu. Ketika sadar jika ia punya sesuatu pada dompet lipatnya. Dengan menggunakan kawat yang didesain khusus, Irene melepas borgol di tangan Vander, membuat tubuh itu langsung jatuh tersungkur dibawah kakinya karena sandarannya terlepas begitu saja.