Irene dan Vander itu seperti anjing dan kucing yang tidak bisa akur. Irene yang serius dan lurus harus berhadapan dengan Vander yang mesum dan semaunya sendiri.
Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Tapi ada kalanya mereka juga bisa bekerja sama dan...
"Apakah itu raja Gustav?" Seru Ariya tertahan ketika menangkap gambar seseorang yang mengenakan mahkota raja. Begitu kurus, sayu, dan terlihat tua.
"Anda benar nona." Sahut sang sopir menjawab.
Ariya memang duduk di depan bersama sopir yang mereka sewa. Membiarkan Irene duduk sendiri dengan dunianya sendiri.
Ariya masih tak percaya jika raja tampan, gagah, dan disayangi banyak rakyat Norden dulu itu kini telah berubah secara fisik. Raja Gustav masih tetaplah tampan, namun tidak terlihat gagah dan berwibawa seperti dulu.
"Kabarnya raja Gustav memang sedang sakit. Dan ini kali pertama beliau disorot setelah istana menyembunyikan sosoknya selama tiga bulan terakhir." Sang sopir kembali menambahi.
Ariya masih duduk mematung tak percaya, bahkan ketika lampu telah berubah warna dan mobil yang ia tumpangi telah melaju pergi, Ariya masih memutar kepalanya untuk melihat sosok raja Gustav yang terekam pelan serta menjauh.
Kondisi raja yang sampai saat ini sangat ia hormati benar-benar terlihat memprihatinkan. Dan Ariya mulai mengerti kenapa penobatan pangeran Hugo harus dipercepat, semua karena kondisinya yang Ariya yakini tak akan hidup lebih lama lagi. Mungkin hanya keajaiban Tuhan lah yang bisa membuat raja Gustav masih bisa berdiri dengan kokoh saat upacara penobatan hari ini.
"Tolong menepi di depan."
Suara Irene dalam bahasa Norden yang amat sangat lancar dari arah belakang Ariya membuat wanita itu tersentak dan menoleh. Terutama saat mobil berhenti dan Irene keluar dari mobil begitu saja. Ariya pun mengikuti tindakannya.
"Ada apa?" Tanya Ariya mendekati Irene yang kini sudah membuka pintu bagasi dan mengambil koper kecilnya.
"Aku akan turun disini dan mencari penginapan."
Hah? Adalah ekspresi yang Ariya tampilkan saat ini.
"Apa?" Serunya mengira telah salah dengar. "Sebentar lagi kita akan tiba di rumah ku."
"Tak aman jika aku harus tinggal di rumah mu. Lagipula kau sendiri yang bilang jika pertemuan kali ini sangatlah rahasia. Hubungi aku jika ayah mu ingin bertemu dengan ku, dan aku akan memberikan tempat dimana kita bisa bertemu. Untuk sekarang kau bisa menghabiskan waktu mu bersama keluarga mu. Kau sudah lama tak bertemu mereka kan?"
"Lalu kau?"
"Aku bisa mengurus diriku sendiri." Irene membenahi tas tangannya dan juga kopernya agar lebih mudah ia bawa. "Aku sudah mentransfer sejumlah uang agar kau bisa membayar perjalan dari Stockholm. Jadi kita berpisah disini..."
"Tidak." Seru Ariya ketika Irene berbalik menjauhinya.
Ariya ikut membuka pintu bagasi dan hendak mengambil kopernya sendiri, tapi Irene mencegahnya.
"Pergilah Ariya. Sudah ku katakan jika ayah mu ingin bertemu dengan ku, maka aku akan siap melakukannya. Untuk saat ini biarkan aku sendiri."
"Tidak bisa. Ini Norden, bukan Amerika." Kekeuh Ariya.
"Apa kau pikir aku bisa hilang disini?"
"Bukan begitu." Balas Ariya.
"Aku hanya ingin jalan-jalan sebentar. Lagi pula ayah mu pasti masih sangat sibuk dengan upacara penobatan hari ini. Sedangkan aku tidak mau berbaur dengan keluarga besar mu. Beramah tamah dengan mereka maupun bertemu dengan mereka. Jadi biarkan aku menikmati perjalanan ku kali ini. Atau aku akan pulang ke Amerika begitu saja."
Ancaman Irene membuat Ariya terdiam. Bahkan tak berdaya untuk menolak saat wanita itu mendorongnya masuk ke dalam mobil sewaan mereka lagi.
"Pergilah. Besok hubungi aku dimana aku bisa bertemu dengan ayah mu." Kata Irene ketika membungkuk melalui jendela mobil.
Wanita cantik itu memerintahkan sang sopir untuk pergi dan masih berdiri disana sampai mobil yang Ariya tumpangi menghilang di belokan yang lalu lintasnya cukup padat.
Pupus sudah harapan Ariya untuk mempertemukan Irene dengan raja Gustav.
🖤🖤🖤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.