Irene dan Vander itu seperti anjing dan kucing yang tidak bisa akur. Irene yang serius dan lurus harus berhadapan dengan Vander yang mesum dan semaunya sendiri.
Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Tapi ada kalanya mereka juga bisa bekerja sama dan...
"Kau tak perlu bekerja disana lagi." Kata Vander terdengar tak mau dibantah. "Sudah lama aku menyuruh mu berhenti kan? Apa uang yang kami beri untukmu itu kurang?"
"Bukan begitu. Aku hanya bosan tidak melakukan apa-apa."
"Kau bisa belajar sesuatu dari Luna. Luna pasti mau mengajarimu."
Luna mengangguk antusias, "Bukan kau saja yang perlu belajar, Mira. Tapi aku juga perlu belajar banyak dari mu."
"Kau mau belajar apa dari ku?" Tanya Mira penasaran.
"Tentu saja belajar bagaimana cara memuaskan pria."
Jawaban Luna membuat Jose memukul kepalanya dengan gulungan kertas yang sempat ia lihat. Pria itu terlihat kesal dan tak habis pikir dengan jawaban ceplas-ceplos yang Luna beri.
"Atau kau bisa berlibur." Saran Vander menarik perhatian mereka lagi.
Khususnya Mira dan Luna yang mematung cukup lama seolah baru mendengar kata itu.
Berlibur?
Vander mengabaikan mereka dan beralih pada Jose mengingat tujuan ia datang ke markas Los Vagos hari ini.
"Apa Joachim ada di dalam?"
"Dia baru saja tiba tiga puluh menit yang lalu. Sepertinya bukan hanya kau saja yang tampak marah, tapi dia juga." Jawab Jose.
Vander hendak melangkah memasuki ruang utama ketika suara Mira membuat ia kembali berhenti.
"Vander..."
Pria itu menunggu. Namun Mira hanya menggeleng. Tak nyaman rasanya ia mengungkit pertemuannya dengan Jimin kemarin lusa.
Vander pun kembali berlalu. Membuat Mira merapatkan dirinya pada Luna.
"Dia sepertinya sedang marah?"
"Sepertinya memang begitu." Jawab Luna. "Tapi apa yang Vander katakan ada benarnya Mira. Kau bisa berlibur. Kita kan sudah punya banyak uang sekarang. Jadi kita bisa pergi kesana kemari tanpa pusing."
"Vander menyarankan Mira untuk berlibur. Bukan dengan kau juga Luna." Celetuk Jose membuat Luna melirik sebal padanya.
"Aku juga sudah lama tidak berlibur Jose. Bahkan sejak aku lahir sepertinya aku tidak pernah berlibur."
"Minggu lalu kita bahkan dari Brazil kalau-kalau kau lupa. Aku bahkan masih punya foto mu yang berfoto dengan latar belakang patung Tuhan Yesus yang besar itu."
Luna berdecak kesal mendengar balasan Jose. "Itu bukan liburan, kita kesana untuk melakukan pekerjaan."
"Bekerja sekaligus berlibur. Yang jelas sudah ada kata libur nya kan?"
"Yang kami inginkan adalah berlibur untuk menyenangkan diri. Tanpa repot-repot mengurusi kehidupan orang lain. Tinggal di tempat yang nyaman dengan pemandangan yang indah, tidur di ranjang yang empuk, makan selalu disiapkan. Pergi kesana kemari untuk membeli barang lucu yang kita inginkan. Persis seperti para selebgram yang sering melancong kesana kemari itu." Luna berbalik antusias pada Mira yang sejak tadi hanya mendengarkan.
"Kau juga bisa menjadi selebgram Mira. Kau kan punya wajah yang cantik. Buat rekaman tentang liburan mu dan edit dengan cantik nanti upload ke sebuah vlog atau akun sosial media mu. Jika banyak yang menyukainya kau bisa mendapatkan uang."
"Tidak semudah itu ya Luna." Celetuk Jose kembali membuat Luna melirik sebal padanya.
"Diam sajalah Jose! Aku sedang mengajak Mira bicara. Bukan kau. Pendapat mu belum dibutuhkan saat ini."
Luna kembali menoleh pada Mira dan tersenyum. "Bagaimana kalau ke Eropa? Banyak tempat indah disana. Atau Jepang? Atau Korea? Ah benar Korea saja. Banyak pria tampan disana."
Jose tertawa mendengar semua penuturan Luna saat itu.
"Orang tampan di Korea itu hanya idol-idol nya saja. Tidak dengan yang lain. Jangan terlalu berekspektasi tinggi Lu, atau akan kecewa nanti. Kau boleh mengagumi idol Korea mu itu, tapi jangan terlalu berharap lebih. Karena cover selalu bisa menipu."
"Cih... Kau iri kan karena kau kurang tampan dibanding Sunghoon Enhypen."
Mira hanya bisa tertawa mendengar perdebatan Luna dan Jose yang memang tak ada habis-habisnya. Selalu ada saja topik yang mereka perdebatkan.
"Sudah... Sudah... Aku bahkan belum tentu ingin liburan. Kalau ingin pun aku akan mencari tahu kemana aku harus pergi."
"Kalau kau mau mencari yang terdekat, kau bisa ke Hawaii, Mira." Saran Jose membuat Mira mengucapkan terima kasih padanya.
Mendengar kata terdekat yang tentunya masih berada disekitar benua Amerika, membuat Mira memikirkan satu kota yang membuat ia penasaran sejak dulu. Yaitu kota dimana Vander tinggal. Austin. Mira yakin Jimin juga tinggal di kota yang sama dengan Vander.
Mira selalu ingin tahu apa saja yang Vander lakukan di Amerika ketika sedang tidak terhubung dengan Los Vagos. Kehidupan seperti apa yang pria itu jalani selama ini. Dan ada rahasia apa yang mencoba Vander sembunyikan dari kehidupannya.
Benar. Dibanding liburan ke luar negeri, kenapa Mira tidak ke Austin saja. Lebih dekat dan mungkin membuat ia lebih mengenal Vander. Iya kan?
🖤🖤🖤
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.