Pria itu berputar dan menatap si penyerang yang sepertinya tidak mau berhenti sebelum melukainya.
"BEDEBAH! JADI KAU ORANGNYA!"
Vander tak mengerti apa yang pria berambut kecoklatan ini katakan, namun pukulan dan tinjunya bukanlah pukulan dan tinju orang amatir. Tubuhnya yang tinggi dan kokoh meyakinkan jika terkena satu pukulan ataupun tinju dari pria ini, sudah pasti wajah Vander tidak akan tampan lagi dalam waktu yang lama. Karena itu Vander terus menghindar.
"Tenang bung. Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan saat ini." Ujar Vander mencoba menenangkan meski didalam hati ia ingin melampiaskan kekesalannya. Satu atau dua pukulannya pasti bisa bersarang pada tubuh pria ini.
Tapi Vander perlu tahu alasan pria ini yang ingin sekali menghajarnya.
"BRENGSEK!"
Pria itu terus mengumpat karena Vander bisa menghindari serangannya dengan mudah. Terutama ketika ia melayangkan satu kakinya untuk menghantam rahang Vander.
Bukannya menghantam telak, Vander bisa menepisnya dengan lengannya hingga Oscar terhuyung.
Benar. Pria yang ingin menghajar Vander sejak tadi adalah Oscar Selberg. Mendengar Livi telah memiliki kekasih membuat Oscar kesal dan mulai mengawasi gerak-gerik wanita itu. Dan hasilnya sungguh di luar dugaan.
Oscar pikir Livi hanya menggertak saja, sampai ia melihat Vander menghampiri Livi dimana wanita itu langsung memeluk Vander tanpa sungkan. Dan mereka pun pergi menggunakan mobil Vander, menuju apartemen Livi serta tidak keluar-keluar selama hampir tiga jam.
Oscar bisa saja mendobrak masuk, tapi ia tak mau membuat Livi membencinya. Jadi ia pun menunggu Vander di luar dan tak bisa menahan diri untuk tidak menghajar Vander saat ada kesempatan. Tak mengira sama sekali jika pria pesolek seperti Vander ternyata bisa beladiri juga. Semua serangan Oscar bisa diatasinya dengan mudah.
"Heh bung aku bahkan tak mengenal...."
Ucapan Vander terputus begitu saja karena Oscar kembali menyerangnya.
Dan kali ini Vander benar-benar hilang kesabaran hingga melayangkan satu tinjunya yang berhasil membuat rahang Oscar bergeser.
Tubuh tinggi tegap itu pun ambruk seketika bersamaan dengan pintu lift yang tadi terbuka, kini hendak menutup. Tak ingin meladeni Oscar lebih lama lagi, Vander pun memilih pergi dari sana. Sebelum ia hilang akal dan menghajar tubuh pria tak dikenal itu sampai babak belur.
"Ah sial!"
"BRENGSEK! JANGAN PERGI KAU!"
Oscar mencoba mengejar, namun terlambat. Pintu lift telah tertutup dan menelan Vander di dalamnya.
"Siapa sih dia?" Gumam Vander menggerakkan otot bahunya.
🖤🖤🖤
"Dimana Joachim?"
Jose menoleh terkejut melihat langkah kaki Vander yang tidak seperti biasa. Ditambah dengan wajah tampannya yang terlihat dingin dan gusar seolah sedang menahan amarah.
"Oh Vander... Sudah lama kau tidak datang." Sapa Luna tak Vander hiraukan.
Namun keberadaan Mira yang duduk disebelah Luna dengan luka lebam diwajahnya, membuat langkah kaki Vander terhenti.
"Siapa yang memukulmu?" Tanya Vander dengan alis nyaris bertaut.
"Pelanggan mabuk." Jawab Mira terlihat biasa saja. Seolah ia tak kesakitan dengan luka itu.
"Mira berhasil memukulnya balik, jadinya ia tidak boleh bekerja di rumah pelacuran untuk sementara. Karena itu ia ada disini sekarang." Tambah Luna menjelaskan.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
SAVE
RomantizmIrene dan Vander itu seperti anjing dan kucing yang tidak bisa akur. Irene yang serius dan lurus harus berhadapan dengan Vander yang mesum dan semaunya sendiri. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Tapi ada kalanya mereka juga bisa bekerja sama dan...
Part 3
En başından başla
