Apa yang Vander katakan membuat Livi tersipu.

"Aku hanya manusia biasa Vander. Kedua kakak ku lah yang seorang putri. Begitu juga dengan adikku."

"Kau tidak terlihat sedih ketika membicarakan mereka?"

"Kenapa aku harus sedih?" Balas Livi heran.

"Karena mendapat gelar kebangsawanan tapi kau tidak."

Livi kembali tertawa. "Aku tak peduli dengan itu semua. Seandainya aku mendapat gelar kebangsawanan itu, belum tentu aku bisa bertemu dengan mu kan."

Vander Bloodstone adalah pemilik senyum paling manis sedunia dimata Livia. Dan tiap kali pria ini tersenyum, Livi seolah menjadi orang paling beruntung.

"Sebenarnya aku ada rencana berlibur ke Eropa. Terutama Norden. Maukah kau kesana bersama ku?"

Livi menahan nafas mendengar pertanyaan Vander. Ingin menolak, namun kapan lagi kesempatan ini datang padanya. Liburan bersama Vander Bloodstone? Bahkan Livi bisa memperkenalkan Vander pada kedua orang tuanya serta keluarganya? Siapa tahu jika nantinya ia akan berjodoh dengan pria ini bukan. Menikah dengannya.

Dan Livi mulai membayangkan semua itu, berjalan dialtar sambil menghampiri Vander yang terlihat tampan dengan setelan jas putihnya.
Brengsek. Livia tak mau melewatkannya.

"Aku mau Vander. Kapan kau mau kesana?"

"Aku lihat jadwal ku dulu." Jawab Vander tersenyum misterius.

🖤🖤🖤

"Livia!"

Livia menarik nafas terkejut melihat siapa yang datang menghampirinya siang itu ketika ia baru saja tiba di kantornya.

"Oscar?" Serunya tak percaya, menoleh kanan kiri untuk memastikan tak ada yang memperhatikannya sebelum ia menarik tangan Oscar menuju tempat yang lebih sepi. Tak ingin ada orang lain yang melihat pertemuannya dengan pria berambut kecoklatan ini.

Oscar adalah anak dari salah satu menteri kerajaan Norden. Dan ratu Suzanne berniat menjodohkan Livia dengannya. Namun Livi sudah menganggap Oscar seperti kakaknya sendiri. Meski ia tahu pria itu sangat memujanya dan sering menatap aneh padanya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Desis Livia marah ketika memojokkan Oscar pada sebuah dinding yang cukup tersembunyi.

"Menemui mu. Ratu Suzanne bilang kau tak membalas pesannya sama sekali. Sedangkan penobatan pangeran Hugo hanya tinggal beberapa Minggu lagi."

Oscar menatap Livia dengan mata berbinar senang. Merasa bahagia karena melihat wanita yang ia cintai setelah sekian lama mereka berpisah.

"Aku akan datang ke pesta penobatan itu. Jadi sekarang pergilah."

"Ratu Suzanne memintamu pulang dengan segera, untuk mengikuti upacara pengukuhan."

"Upacara apa lagi?" Desis Livia terlihat kesal dan lelah dengan segala hal yang selalu ibunya tuntut untuknya.

"Ratu Suzanne ingin mengumumkan pertunangan kita."

Jawaban Oscar membuat Livia menatap terkejut padanya.

"Pertunangan? Kita?"

Oscar mengangguk. "Menurut para menteri tidak baik bagi keturunan kerajaan berlama-lama tinggal di negara lain, bahkan bekerja disana. Lagipula kau juga sudah cukup umur untuk menikah."

"Tapi bukan berarti aku harus menikah dengan mu, Oscar. Aku akan menikah dengan pria yang ku cintai."

Oscar memiringkan kepalanya dan berkata, "Apa itu berarti kau tidak mencintai ku?"

SAVEHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin