Chapter 24: File 16

363 56 14
                                        

Inoue Shizu, Inoue Nikoru...

Keduanya adalah kakak beradik yang dirumorkan memiliki wajah mirip dan dipercaya menyebarkan kutukan di Desa Kawakami. Karena kabar yang nggak jelas kebenarannya itu, mereka pun melarikan diri bersama sang Ibu, yang tak lain adalah istri dari Inoue Hirohiko.

Fattah menuangkan air ke dalam gelas kosong, meminumnya setengah, lalu kembali menatap gambar silsilah keluarga Inoue yang terpampang di hadapannya. Setelah berpikir cukup lama, dia menambahkan cabang baru di sebelah nama Hirohiko, menuliskan nama-nama perempuan yang memiliki hubungan dengannya, termasuk Bu Awis. Dia kemudian melanjutkan dengan menuliskan nama-nama korban di sticky notes.

“Sip,” gumamnya pelan sambil menyelipkan sticky notes itu di pinggiran kertas. Namun setelahnya, Fattah hanya terdiam. Pandangannya kosong menatap tembok, ekspresinya clueless. Meski sempat beristirahat, pikirannya masih belum bisa bekerja secara optimal. Dia tak tahu harus mulai dari mana.

Semuanya tampak sama pentingnya dalam menyusun rencana serangan balik.

“Apa kita mulai dari sini...” gumam Fattah sambil menyentuhkan ujung pulpen ke permukaan kertas.

Nggak. Berpikir sendirian nggak akan membuahkan hasil.

Fattah akhirnya memutuskan untuk memfoto mind map yang memenuhi tembok kamar, lalu mengirimkannya ke grup.

terserahin

[Sent a photo]|
07:55

...sepi. Belom pada bangun.

Untuk sementara, Fattah memutuskan untuk mengesampingkan tumpukan kertas yang berserakan di meja. Fokusnya kini beralih pada pencarian informasi terbaru, siapa tahu ada petunjuk penting yang terlewatkan, terutama soal keberadaan Aisyah. Dialah orang yang saat ini berada dalam bahaya, antara hidup dan mati.

“Pembahasan kemaren cukup banyak. Padahal rasanya... gue cuma cuti sehari dari penyelidikan,” gumam Fattah sambil membuka ponselnya. “Hng? File apa, nih?”

Fattah mengeklik file kiriman Harry yang ternyata berisi data statistik hasil survei. Matanya membelalak. Harry berhasil mengumpulkan seribu respon dari mahasiswa Pradnyawidya, semua mengenai pandangan mereka tentang mitos Gerbang Iblis.

Inisiatif Harry memang tak pernah gagal membuat Fattah merinding kagum.

Oke, kembali ke topik utama. Setelah membaca lebih lanjut, Fattah mendapati bahwa hasil survei itu cukup berat sebelah. Dari 1.000 responden, sebanyak 700 orang tidak mempercayai mitos Gerbang Iblis, sedangkan sisanya sebanyak 300 orang percaya. Namun survei itu tidak berhenti sampai di situ. Tiga ratus orang yang percaya, diberikan pertanyaan khusus yang dirancang oleh Harry. Dari jawaban mereka, Harry menyimpulkan bahwa tingkat kejujuran responden hanya sekitar 20 persen.

Artinya, sebagian besar dari mereka kemungkinan besar mengarang cerita atau setidaknya mendramatisir pengalaman mereka.

Bagaimana Harry bisa menyimpulkan hal itu? Karena sebelumnya, Fattah dan Nicole telah memberikan testimoni yang dianggap akurat dan digunakan sebagai acuan pembanding. Setelah dibandingkan, keterangan para responden tidak cocok dengan apa yang dilihat langsung oleh Fattah dan Nicole. Meski begitu, ada segelintir responden yang memberikan kesaksian valid. Salah satunya adalah laporan tentang sosok hantu perempuan berwajah terbakar di kolam, deskripsi yang sangat rinci dan sesuai dengan temuan lapangan.

“Harry hebat bisa memilah-milah data sebanyak ini,” gumam Fattah, kali ini dengan nada kagum yang lebih dalam.

Selain hasil survei, ada satu informasi penting lainnya, kabar terbaru tentang Bu Awis. Setelah bencana gempa bumi, wanita itu pindah ke Jakarta dan tinggal bersama pamannya. Namun tidak sampai tiga bulan, rumah yang mereka tempati terbakar habis.

To be With YouWhere stories live. Discover now