Chapter 21: File 13

356 63 25
                                        

Nicole terdiam membisu saat sebuah tangan tiba-tiba meraih lengannya. Awalnya, dia hanya berniat mengambil uang receh yang tak sengaja terinjak, maka dia pun menunduk. Namun, tiba-tiba seseorang menyentuhnya. Seketika perasaan Nicole menjadi tidak enak—terlebih lagi, aura tajam yang terpancar dari orang itu membuat bulu kuduknya berdiri.

“Nikoru-chan,” bisiknya tepat di telinga. “Mitsuketa... (Akhirnya, ketemu juga).”

Nicole mendongak perlahan, bersamaan dengan rasa nyeri yang membungkam suaranya.

•••

Kenapa klinik kampus di saat-saat begini malah tutup? Fattah menggerutu dalam hati sambil membopong Nicole. Di depan pintu klinik tergantung plang bertuliskan “Sedang istirahat”. Fattah menggedor-gedor pintu dengan penuh cemas. “Woi, buka! Siapa pun, tolong dong. Ini darurat!” teriaknya.

Fattah mengintip ke dalam klinik, tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan. Dia merasa kesal, masa mereka lebih mikirin istirahat dari pada jaga klinik?

Nicole yang mulai menunjukan rasa sakit, berusaha meyakinkan Fattah, “Nggak usah, aku udah nggak terlalu ngerasa sakit. Lagian percuma, Fatt. Mereka nggak bakalan bisa nanganin hal ini...”

Namun, tubuh Nicole tiba-tiba melemah dan dia jatuh ke lantai.

“Apanya yang nggak sakit? Justru keadaan lo makin parah! Coba gue liat.” kata Fattah sambil duduk mengangkat Nicole ke kursi panjang yang tersedia di teras klinik. “Lo ngeliat orangnya, yang ngebuat lo jadi begini?”

Nicole hanya bisa berkata, “Yang pasti bukan Hirohiko...”

Fattah menahan amarahnya dan rasa ingin memburu orang yang telah menyerang Nicole. Keselamatan Nicole adalah prioritas utama. Namun, di benaknya muncul pertanyaan, kenapa harus Nicole?

Waktu penyerangannya sangat tepat. Hari ini Dharmadipa dibuka untuk umum, sehingga siapa pun bisa masuk dengan mudah. Meskipun ada banyak satpam yang berjaga, orang jahat dengan kemampuan khusus seperti Hirohiko mungkin saja bisa lolos.

Tiba-tiba, seorang mahasiswi fakultas kedokteran muncul dari balik pohon sambil mengunyah combro. Dia menunjuk Fattah dan Nicole, seolah menuduh mereka melakukan sesuatu yang tak pantas. “Kalian berdua ngapain... Kalo lagi kasmaran, tau tempat please!” katanya santai.

“Bukan! Ini temen gue tiba-tiba dadanya sakit.” jawab Fattah dengan tegas.

“Oh...” jawab si mahasiswi, lalu keheningan terjadi, hanya suara kunyahan combro yang terdengar.

“Kok oh doang! Bantuin dong!” desak Fattah.

“Oh iya, astaga... sini-sini.” setelah menelan combronya, dia segera mengeluarkan kunci dari saku dan membuka pintu klinik, “Tidur di kasur mana aja boleh.”

Fattah dan Nicole memilih kasur di pojok ruangan. Setelah mencuci tangan, si mahasiswi berjalan cepat mendekati Nicole dan mulai bertanya pada Nicole, “Bagian mana yang sakit?”

“Bagian bahu sampe dada.” jawab Nicole, merintih.

“Gue cek dulu, ya.” mahasiswi itu membuka dua kancing teratas kemeja lengan pendek Nicole dan menurunkan sedikit bagian lengan bajunya agar dapat melihat luka di tubuh Nicole. Setelah itu, dia menatap Fattah, “Lo coba jangan liat ke sini dulu.”

“Oke.” jawab Fattah sambil melirik name tag di jas putih mahasiswi tersebut.

Raya.

“Loh... ini kenapa?” ucap Raya kaget setelah mengecek keadaan Nicole. Fattah ikut menengok dengan rasa penasaran yang sama, lalu memberikan reaksi yang serupa.

To be With YouWhere stories live. Discover now