Pandangan mata Fattah terhenti pada pintu basement yang terbuka lebar. Lampu-lampu kecil menghiasi dinding lorong, menerangi jalan menuju bawah tanah.
“Basement-nya…”
“Oh, itu... sekarang jadi ruang santai. Kamu nggak dikasih tau Clara? Liat aja kalau penasaran.”
“Ra, temenin…”
“Yeee, pengecut.” ledek Clara, lalu menuruni tangga. Fattah langsung membuntut di belakangnya.
Dulu, basement rumah ini identik dengan ruang gelap dan penuh debu, dipenuhi alat-alat ritual warisan nenek mereka. Sekarang? Berbeda seratus delapan puluh derajat. Ruangannya hangat, cerah, dan bersih. Sesuai apa kata Om Gatra, basement bertransformasi menjadi ruang santai.
“Gimana?” tanya Clara, menjatuhkan diri ke sofa, “Keren, kan?”
Fattah terdiam. Pangling. Tak menyangka ruangan seseram itu bisa berubah total.
“Gue dikacangin... Woy! Lo tuh suka nge-freeze tiba-tiba,” gerutu Clara. “Yaudah, gue ke atas dulu, mau cuci muka.”
“Eh, Ra,” Fattah mencengkeram pundaknya. “Sekalian ambilin mie sayur sama minuman dingin, ya.”
“Rese.” ucap Clara. Tapi bisa dipastikan Clara akan tetap menjalankan apa pun yang Fattah suruh walaupun responnya jutek.
Fattah berselonjor santai di atas karpet dan memejamkan mata. Sayangnya, dunia tampaknya tidak rela membiarkannya beristirahat barang sedetik. Seekor kucing tiba-tiba nyelonong masuk dan tanpa basa-basi menginjak wajah Fattah yang sedang menikmati waktu tenangnya.
“Anjir!” teriak Fattah kaget.
Kucing mana yang berani berlaku sebar-bar itu? pikir Fattah. Bahkan, kucing-kucing di kosan pun seenggaknya ngeong dulu sebelum lewat di depan gue.
Setengah kesal, Fattah mencoba menyingkirkan si kucing biadab itu, tapi kucing tersebut malah duduk melingkar nyaman di atas wajahnya, seolah-olah wajah Fattah adalah basecamp pribadi. Berat pula badannya.
Lima menit lamanya Fattah membatu dalam posisi tidak elit, berharap pertolongan segera datang. Untungnya, datanglah Clara… sayangnya bukan untuk menolong, tapi untuk menertawakan.
“Yahahaha! Instant karma!” tawa Clara pecah, memenuhi ruangan.
“Bantuin...” suara Fattah terdengar lemah, teredam oleh badan berbulu yang menindih wajahnya.
“Hmm... bantuin?” sahut Clara sambil menyesap minuman, “Gue makan mie dulu deh, sama es cappuccino. Enak banget loh, Kak.”
“Clara... bantuin…”
Jpret!
Tiba-tiba Clara mengabadikan momen itu dengan ponselnya.
Ini nih ciri-ciri orang yang pengen dikubur hidup-hidup, pikir Fattah kesal. Clara bahkan jadi seksi dokumentasi dadakan di saat yang paling tidak tepat.
“Pffttt... ngakak, aduh... cocok banget ini buat jadi stiker WhatsApp,” komentar Clara sambil terkekeh. “Sip, udah puas gue. Mpus, sini, miaw…”
Si kucing pun mulai bergerak setelah dipanggil, turun dari wajah Fattah dengan santai. Fattah bangkit perlahan, menatap Clara yang kini menggendong kucing seperti memeluk gumpalan kapas hidup, dengan tatapan sengit. “Lo training dong tuh kucing, biar sopan dikit.” gerutunya.
“Lah, ini bukan kucing gue. Emang suka masuk dari jendela atas. Namanya juga kucing, maklumin aja napa,” bela Clara, santai, sambil mengelus kucing itu. “Ngomong-ngomong, tuh mie dimakan.”
YOU ARE READING
To be With You
Mystery / ThrillerSeason 2 dari Try to Feel You. "Tak ada yang namanya kebetulan, yang ada hanyalah takdir yang menyamar." A REMAKE STORY This story is originally created by Kak @yakubaka Started: Kamis, 28 Agustus 2025 End: Senin, 13 Oktober 2025
Chapter 17: File 9
Start from the beginning
