19. Invented

Mulai dari awal
                                        

Pagi ini, viola sangat bersemangat, karna ia akan di jemput oleh sang pacar pertamanya. Jujur saja, viola tidak pernah berpacaran, ia hanya menyukai seseorang dalam diam, namun kali ini. Ia pertama kalinya berpacaran dengan orang yang awalnya hanya ia jadikan sebagai objek candaannya.

Viola menata rambutnya, kali ini rambutnya ia gerai dan tak lupa bando berwarna pink, dengan motif angsa. Viola melangkahkan kakinya menuruni tangga.

Jantungnya berdegup kencang, memegang erat tapi tas itu. Viola menatap Wildan yang sudah berada di sini, seperti biasa lelaki itu akan berbicara ria dengan ayah Viola.

"Udah siap?" Tanya wildan memandang viola, viola bersemu, ia mengangguk pelan.

"Yaudah om, tante, Wildan ijin bawa viola ya."

"Kami berangkat," pamit keduanya.

Mereka keluar rumah Viola, viola melirik sekitar, mana motornya? Apakah lelaki ini mengajak ia menaiki bus?! Tch! First time pacaran langsung naik bus?! Nggak astetik amat, tetapi tidak apa, bukannya bagus jika menaiki bus? Jadi rambutnya yang sudah di tata rapih ini tidak kusut terbawa angin.

Wildan berjalan ke arah garasi yang terbuka, di sana ia memarkirkan mobil berwarna hitam. Yang sebelumnya membuat viola salah paham.

Wildan mengeluarkan mobil itu, lalu turun, dan membukakan pintu untuk viola.

"Ayo masuk, princess," ucap Wildan.

Viola masuk ke dalam mobil, dan satu yang membuatnya menegang. Wangi lelaki itu memenuhi area mobil. Wangi Citrus segar dengan kayu(Cedarwood sandalwood) menciptakan kesan klasik dan elegan. Dan viola suka itu.

Wildan masuk, duduk di kursi pengemudi dan tak lupa memasangkan selt belt. Mobil melaju menembus jalanan kota yang masih asri, dan banyak pekendara yang berlalu lalang karna waktu beraktivitas.

Mobil hitam itu memasuki perkarangan sekolah. Movil itu terparkir, wildan keluar dari mobil, memutari mobil itu lalu membukakan pintu untuk viola. Keluarnya wildan dari mobil, dan membukakan pintu untuk viola membuat atensi semua murid terarah pada mereka.

Bisik-bisik mulai terdengar, dan itu tidak luput dari pendengaran viola.

"Anjir siapa tuh!"

"Cantik anjir!"

"Cocok banget sama kak wildan!"

"Lucu ih! Kak wildan tan skin gitu, terus ceweknya putihh lucu omaygat nanti anaknya gimana ya?!"

"Najis! Siapa sih?! Pick me banget segala pengen di bukain pintu sama kak wildan!"

"Najis! Caper nya keliatan banget tuh cewek!"

Banyak lagi bisikan-bisikan yang membuat telinga viola ingin putus rasanya. Dan sedari tadi ia mendengarkan bisikan-bisikan itu, ia menjadi berpikir. Ternyata... Wildan seterkenal itu ya? Sampai-sampai sedari tadi banyak orang yang mengetahui namanya, tetapi tidak dengan nama viola.

Sampai di kelas viola. Lelaki itu mengantarkan viola ke kelasnya, dengan membawa tas viola di bahunya.

"Nanti istirahat... Gu—aku ke sini ya," ucap wildan terbata.

"Nggak usah, kita ketemu di kantin aja," jawab viola, viola mengambil tasnya dari bahu wildan.

Berbalik untuk masuk ke kelas, tapi sebelum benar-benar masuk. Ia menoleh ke belakang melambaikan tangan ke wildan dan tersenyum. Lalu berjalan masuk ke kelasnya.

Wildan melihat itu tersenyum, membalas lambaian viola. Lalu pergi dari kelas itu, melangkah menuju lift untuk menuju ke kelasnya. Saat di lift ia bertemu dengan seseorang.

Wrong Script, Real Felling(rombak Alur) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang