Sepeda itu pun melaju dengan kecepatan lebih lambat dari saat Illy yang mengayuhnya sendiri. Dari senyum lebarnya, terlihat sekali Al sengaja ingin lebih lama bersama Illy di sepeda itu.

Sampai di depan rumah Illy, Al sudah tidak melihat mobil Agra yang tadi terparkir satu rumah dari rumah Illy. "Herrgh! Dasar sobat gak bertanggung jawab!" rutuknya dalam hati. Kemudian, ia mengikuti Illy masuk ke dalam rumahnya.

"Lo duduk aja dulu, gue mau simpen ini." Illy membawa belanjaannya masuk.

Saat melihat-lihat rumah Illy, Al baru menyadari jika ia tidak pernah masuk ke dalam rumah itu. Bahkan, dulu saat mereka masih duduk di kelas satu SMA, ia hanya pernah mengantar Illy pulang sampai depan gerbang. Itu pun beramai-ramai dengan genk Eleven. Biasanya, sepulang dari rumah Rendy, dan di mobil Rendy. Genk Eleven memang sering berkumpul di rumah Rendy. Ya, karena rumah Rendy memang terbilang paling besar dan paling sepi penghuni dari rumah anggota genk Eleven lainnya.

"Eh, ini Al, kan?" Sandra turun dari tangga, tak jauh dari ruang tamu. Ia tersenyum dalam ekspresi takut yang disembunyikan.

Al segera bangkit dan menghampiri Mama Illy itu, lalu mencium tangannya. "Tante Sandra, apa kabar?”

"Baik, kamu kapan ke sini? Bukannya kamu di Bandung, ya?"

"Iya, aku udah beberapa tahun stay di Bandung, tante. Tapi, sekarang aku buka usaha di sini, jadi kayaknya bakalan sering ke Jakarta lagi.” Al tersenyum ramah. “Tadi kebetulan ketemu Illy di jalan, jadi mampir sebentar."

Untuk beberapa saat Sandra hanya menatap Al, dan teringat malam saat Illy kembali pingsan beberapa hari lalu. Perasaan cemas itu semakin menyeruak. "Oh, gitu. Ya udah, tante tinggal masuk dulu ya, Al. Kamu jangan sungkan di sini."

"Iya, tante. Makasih."

Tak lama setelah Sandra naik ke lantai dua rumah itu, Illy keluar dari dapur dengan membawa segelas orange juice. Ia masih mengenakan baju yang sama dengan saat keluar tadi, terusan cifon berwarna baby blue di bawah lutut, dan sweater senada.

"Thanks." Al mengambil minuman itu dan langsung menyeruputnya, sampai gelasnya nyaris kosong. Memata-matai orang membuatnya kehabisan banyak cairan tubuh.

"Haus?" Illy melongo.

"Hehe, iya." Untuk beberapa saat suasana terasa sangat canggung. Al mulai mencari topik berbasa-basi. "Umm… kamu lagi sibuk apa?"

"Gak sibuk apa-apa," jawab Illy singkat.

"Gak nulis?"

"Nulis, tapi gak ada deadline. Jadi gak sibuk."

"Oh...." Topik pertama habis, Al mulai bingung. "Oh ya…" Ia baru saja terpikir mengenai Rendy dan semua pengamatan Agra tentang hubungan Illy dan Rendy. “Soal-”

"Ada tamu, ya?"

“…” Belum sempat bertanya, orang yang akan Al tanyakan sudah ada di depan pintu.

"Rendy?" Illy menatap Rendy heran. Seingatnya, Rendy baru pulang dari rumahnya belum lama, saat makan siang. San setahunya juga, sore ini seharusnya Rendy bersiap untuk jadwal janji dengan pasiennya di rumah sakit.

"Aku ke sini lagi, gak papa, kan? Sebelum ke rumah sakit," Rendy menjelaskan sebelum Illy bertanya.

"Oh, gak papa." Illy mengangguk seraya tersenyum.

Rendy masuk, kemudian duduk di sebelah Al. "Wah… ada angin apa nih, tiba-tiba lo ke sini?" tanyanya tanpa berbasa-basi.

Al mendelik samar. "Gak ada apa-apa, gue kebetulan aja lewat. Ini juga udah mau pulang, kok."

"Kalau gitu kalian bareng aja," usul Illy.

"Gak usah." Al spontan menolak.

"Gak papa, Al. Kita bareng aja." Kali ini, Rendy yang menawari Al.

Karena tidak enak jika menolak, akhirnya Al mengiyakan.

Tidak berlama-lama, Al dan Rendy segera berpamitan pada Illy dan Sandra.

"Aku berangkat, yah. Kalau ada apa-apa langsung telpon aku," pesan Rendy sebelum masuk ke dalam mobilnya.

Al mengikuti Rendy dari belakang dengan wajah sedikit malas. "Aku juga pamit, tante, Ly."

“Iya, kalian hati-hati,” sahut Sandra.

Mobil Rendy sudah meninggalkan rumah Illy saat ia menoleh pada Sandra dengan tatapan menyelidik. "Mama yang suruh Rendy ke sini, kan?"

"Sayang, Mama cuma gak mau kamu kenapa-napa aja."

Illy menghela nafas pelan. "Mam, please… aku gak selemah itu."

About LOL (Losing Out Love)Where stories live. Discover now