17

235 12 0
                                    

PUTRI ANDRIANA'S POV

Akhirnya hari Minggu telah tiba. Hari Minggu pasca-Ujian Nasional berlangsung.

"Putri!! Putri Andriana!! Ada kak Harry dibawah, menunggumu." Mama mengetuk pintu kamarku.

Dengan keadaan belum mandi, dan masih asyik berleha-leha di kasur, rasanya mendengar nama kak Harry semakin membuatku malas.

Aku tidak menghiraukan kak Harry yang menungguku di lantai bawah.

Mama mengetuk pintuku kembali, "Putri! Tidak sopan membuat tamu kita menunggu seperti itu. Temui kak Harry dulu."

Aku mengacak-acak rambutku. "Ma, aku belum mandi, aku malas keluar kamar."

Mama tiba-tiba membuka kamarku. Mama mengambil handuk yang tergantung di dekat pintu, lalu memberikannya padaku. "Cepat mandi, mama tunggu. Kalau tidak ditunggu, mama tau kau tak akan mandi sampai nanti siang."

Aku beranjak dari kasurku dengan malasnya, menutup kepalaku dengan handuk, dan mengenakannya seperti kerudung. Kemudian mandi sekitar 10 menit.

"Tuh, anak mama kan cantik kalau mandi pagi di hari Minggu. Cepat, temui kak Harry."

Aku menepuk keningku, aku hampir lupa kalau kak Harry ada di bawah sedang menungguku. Perlahan aku menuruni tangga, dan segera menuju ruang tamu.

"Ada apa?"

"Hei, tidak boleh bersikap seperti itu, ramah-lah sedikit. Kasian dia sudah menunggumu mandi terlalu lama. Sudah ya mama tinggal dulu, kalau kalian ingin langsung berangkat. Silahkan."

"Iya, tante. Terimakasih masih mempercayakan Putri kepada saya." Kak Harry benar-benar sudah kelewatan mencari muka di depan mama seperti ini.

"Tunggu. Pergi? Memang aku ada janji apa denganmu?" Aku berkacak pinggang dan berdiri tepat di depan kak Harry.

Kak Harry kemudian berdiri, lalu memegang kedua lenganku, "Aku hanya ingin menunjukkan rumah baruku yang tidak jauh dari sini. Lalu membawamu ke beberapa tempat, kau kan baru selesai Ujian Nasional. Aku yakin kau butuh sedikit refreshing, bukan?"

Ia kemudian menarik tanganku keluar rumah. Dengan terpaksa aku ikut dengannya hari ini.

Setelah melewati 2 perumahan, ternyata memang benar rumah kak Harry sekarang begitu dekat dengan rumahku.

Rumah yang masih terlihat baru dibandingkan rumah-rumah yang lain. Cukup nyaman perumahan yang sekarang ditempati kak Harry. Terlihat sangat rapih dan bersih tata letak rumah, pohon, dan ada beberapa taman kecil.

"Sudah sampai! Ma, ada calon menantumu!"

Aku memukul lengan kak Harry, "Jangan mimpi!"

Tante Hera terlihat begitu cerah pagi hari ini, beliau selalu seperti itu, selalu hangat menyapaku. "Apa kabar, sayang? Kenapa jarang mampir kesini? Harry baru memberi tahu sekarang ya kalau kami pindah? Memang ya anak itu selalu pelupa."

Tante Hera memelukku dengan hangatnya. Andai kak Harry tidak menyakitiku dulu, aku mungkin akan bersamanya terus seperti ini. Keluarga kami saling mendukung. Keluarga kami sudah saling mengenal juga.

Ah, tidak. Aku semakin bingung, semakin bertambahnya umur seseorang apakah harus bertambah rumit juga masalahnya?

"Putri? Kamu kenapa sayang? Mau coba kue buatan tante?" Aku dibawa ke dalam rumah oleh tante Hera, tepatnya dapur mereka.

Satu loyang kue brownies sudah tersedia, masih harum wanginya, benar-benar fresh from oven.

"Silahkan kamu coba, lalu berikan tanggapan kamu." Tante Hera sangat antusias melihatku mencicipi kue buatannya.

Andai Dia TahuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon