15

281 11 0
                                    

Nomor telepon yang sudah aku hapal di luar kepala, Gerry Utomo tidak mungkin sudah tidur. Ini masih pukul 7 malam, aku butuh bercerita saat ini. Aku lelah terisak sendirian di kamar. Aku belum pernah berada di situasi seperti ini, merasakan pacaran, pun aku baru merasakannya dengan kak Harry. Itu malah berakhir tragis.

Aku hanya ingin merasakan indahnya jatuh cinta, tidak dengan rasa sakit seperti ini. Rasanya baru sebentar aku merasa bahagia selalu bersama Ali.

"Halo? Put? Ada apa kau menelfonku?"

"Ali...hiks...hiks... Tadi dia datang ke rumahku, saat Alfian masih merawatku,"

"Ali? Buat apa dia ke rumahmu? Lagipula Ali memang mengetahui soal Alfian yang akan merawatmu setelah tabrakan itu, kan?"

"Aku belum selesai bercerita...hiks...hiks... Dengarkan cerita ku terlebih dahulu..."

"Oh. Oke, silahkan."

"Jadi, tadi sore setelah aku mengatakan kalau sepertinya sudah cukup Alfian merawatku, tiba-tiba Alfian malah menyatakan perasaannya padaku. Dan saat itulah Ali datang...hiks...hiks...aku tidak ingin Alfian yang menyatakan perasaannya, aku hanya ingin Ali...hiks...hiks..."

"APA?! Oke, saat ini kau harus menjauhi dua-duanya, Put. Kau tak akan menerima cinta Alfian, kan? Kau tahu mereka berdua bersahabat, bila kau menerima Alfian pasti akan berdampak buruk pada Ali."

"Aku tahu itu, aku paham, jadi bagaimana? Apa aku harus menyatakan perasaanku terlebih dahulu pada Ali?"

"JANGAN. JANGAN. Kalau memang Ali benar-benar mencintaimu dia pasti akan melakukan sesuatu. Atau mungkin dia akan mengalah pada Alfian?"

"TIDAK MAU.." Aku membalas berteriak saat menelfon, memang dia pikir enak teriak-teriak seenaknya saat orang sedang bersedih.

"Duh suaramu membuat gendang telingaku pecah. Sudah, 3minggu lagi kita Ujian Nasional lebih baik kita fokus untuk itu. Oke?"

"Apa kau tidak berkaca? Teriakanmu lebih keras daritadi...hiks...hiks. Kau benar aku lebih baik fokus. Besok aku akan mengatakan itu pada Alfian. Terimakasih Gerry sahabatku sayang."

Gerry hanya membalasnya dengan "hmmm" sudah bosan sepertinya aku hanya bersikap manis didepan Gerry hanya saat bersedih seperti ini. Tapi, memang itu kegunaan sahabat, kan?

--------------

Laki-laki dengan seragam yang sedikit keluar, sepatu hitam, sedang berdiri di depan kelasku. Itu Alfian. Rencanaku berbicara padanya saat istirahat, bukannya sepagi ini, huh.

Andai Dia TahuWhere stories live. Discover now