12

410 8 0
                                    

KAHFI ALI FADHILLAH'S POV

Aku masuk ke gedung tempat bimbingan belajar bahasa Inggris dengan tergesa-gesa, waktu sudah menunjukkan pukul 5.30 sore. Sudah terlambat 30 menit, dan pasti Mr. Alex tak akan mengampuniku kali ini. Dia mungkin sudah sangat bosan dengan sikapku yang selalu terlambat seperti ini.

Tapi seperti yang kalian tau, aku ini anak pertama. Dan tanggungjawabku besar terhadap adikku. Beberapa tahun kemudian pasti tanggungjawabku lebih besar lagi untuk membantu Papa menjadi tulang punggung. Tak berniat untuk menyombongkan diri, tapi pasti tak banyak anak laki-laki sebayaku yang sudah berpikir sejauh itu.

Perempuan itu duduk dan dengan serius menulis sesuatu pada buku catatannya. Iya, dia Riana. Atau Putri. Perempuan yang akhir-akhir ini selalu aku pikirkan. Lebih tepatnya ia mengingatkanku tentang Renitha. Semuanya.

Cerianya dia, senyumnya, hingga tertawanya terlalu sama persis dengan Renitha. Aku sering menemukan kata-kata "Demi menyelamatkanmu dari orang-orang yang salah, Tuhan memutuskan untuk mematahkan hatimu terlebih dahulu."

Mungkin ini yang di maksud dari kata-kata tadi. Renitha mungkin bukan pilihan yang tepat, jadi Allah tak memberiku kesempatan untuk berbahagia bersama dia lagi.

"Aku ketinggalan apa?" Setelah mendapatkan kesempatan untuk duduk di sebelah Putri, aku memutuskan untuk memulai obrolan terlebih dahulu.

"Buanyakkkk." Ia melebarkan tangannya sambil menunjuk ke arah buku catatannya. Ah sikapnya benar-benar mirip Renitha.

Aku hanya mengangguk, dan Putri kembali serius mencatat. Aku ingat aku baru saja menemukan satu lagu dari One Direction saat aku melihat-lihat koleksi album yang ada di kamar Lita. Ya, tepat sekali Lita adalah salah satu dari Directioner atau fans dari One Direction.

"Put, dengerin deh." Aku menggantungkan earphone di telinganya.

Putri terlihat sedang menebak-nebak apa yang saat ini ia dengarkan. Walau aku tak begitu suka dengan siapa yang menyanyikan lagu itu, tapi mereka membawakannya dengan baik. Dan aku suka lagunya.

"One Direction? Little things?"

Seharusnya aku tau bahwa ini lagu yang dibawakan oleh band terkenal dan pasti Putri tau tentang judul lagu ini. Aku hanya bisa mengangguk, sebagai seorang laki-laki mengalami salah tingkah itu pasti suatu yang ya bisa kalian bayangkan sendiri.

Putri terlihat sangat menikmati lagu ini, seperti kataku tadi lagunya memang mempunyai daya tarik tersendiri. Bayangan Renitha di diri Putri kembali muncul. Aku mengingat saat ia sedang mengerjakan tugas sekolahnya di rumahku. Ia sangat serius walau ujung-ujungnya akan mengajakku mengobrol.

"Aku lapar, mau beli bubur yang di sebelah roti bakar itu tidak?" Putri berbisik ke arah Tammy, yang juga sedang mencatat.

Seperti yang aku bilang, walau Putri tidak mengajakku untuk mengobrol. Tapi sifatnya sama, tidak bisa serius untuk waktu yang lama.

"Aku tidak lapar, lagipula kau harusnya tau aku ini tidak pernah ke luar saat istirahat." Tammy menolaknya dengan hati-hati. Seharusnya Putri sudah hafal betul dengan temannya itu yang tidak pernah keluar kelas saat istirahat. Tapi Putri orang yang tak pernah bosan mengajak Tammy keluar.

Sambil melanjutkan menyalin catatan, aku berpikir. Kalau ia tidak bisa mengajak Tammy makan bersama, bagaimana jika aku saja yang mengajaknya? Benar!

"Okay guys, maybe some of you must go praying now. So, you can go praying." Mr. Alex mempersilahkan kami untuk melaksanakan shalat Maghrib.

Dan inilah kesempatanku. Tanpa menunggu waktu lama, aku menarik tangannya.

"Mau kemana?" Tanyanya heran.

"Aku tau kau ingin makan bubur, kan? Ayo denganku saja. Bagaimana?"

"Tunggu, Li. Aku belum merapihkan alat-alat tulisku yang masih berserakan." Putri menghentikkan sejenak, kemudian merapihkan mejanya.

Tapi, sebelum itu aku mengajaknya ke Masjid untuk melaksanakan shalat Maghrib. Aku menunjuk bagian wudhu wanita. Dan ia mengerti maksudku, kemudian kami berpisah.

Mengambil air wudhu, kemudian menunggu yang lain agar bisa shalat berjamaah, kemudian langsung dimulai shalat Maghrib.

----------------

"Assalamualaikum, Ma, Pa." aku mencium tangan Mamaku yang cantik ini, dan juga Papaku.

"Ali ke kamar ya, Pa, Ma. Mau menyelesaikan untuk esok hari, lalu pergi tidur. Selamat malam."

"Li, bagaimana tawaran Papa tentang melanjutkan studi ke Jepang?"

Aku tersenyum, "setelah ujian pasti aku akan memberi tau Papa. Tenang saja, Pa."

Mungkin jika kalian ditawarkan untuk melanjutkan studi ke Jepang, atau ke belahan dunia lainnya. Pasti kalian akan langsung menjawab 'Iya! Aku mau!' Lagipula itu memang impianku. Tapi apakah kalian tidak berpikir tentang perpisahan?

--------------

PUTRI ANDRIANA'S POV

Bulan Maret, bulan tersibuk bagi anak kelas 12 yang harus menyelesaikan ujian praktek, try out, ujian sekolah, sampai Ujian Nasional yang akan di adakan pada awal bulan April. Melelahkan.

Rutinitas yang tidak akan berhenti sampai Ujian Nasional nanti. Bahkan, setelah itu masih harus melewati ujian-ujian untuk seleksi di beberapa perguruan tinggi. Lelah.

Belum lagi harus memikirkan pilihan lain bila tidak diterima di perguruan tinggi negeri. Memang, memikirkan masa depan itu sangat sulit. Tidak bisa dalam keadaan banyak pikiran seperti ini.

Hari ini pulang lebih cepat karena guru-guru harus rapat mengenai Ujian Nasional mendatang. Kalau dirasakan memang begitu cepat. Rasanya, baru kemarin aku datang ke sekolahan ini untuk mendaftar.

"Ger, hari ini motorku masuk bengkel. Jadi, kau antarkan aku pulang, ya ya ya?" Aku memohon pada Gerry yang lumayan pelit untuk urusan mengantarkanku pulang, rumah kami beda arah dan dia pasti malas bila harus berpanas-panasan mengantarku pulang.

"Tidak."

Tuh, kan. Apa ku bilang. Gumamku dalam hati.

"Apa kau tak tahu diri? Rumahmu ja—"

"Stop! Aku tahu rumahku jauh, aku tahu siang ini sangat panas. Oke, kalau begitu carikan aku tumpangan!"

"Dasar manja!" Gerry kemudian tertawa merasa seperti seperti tidak berdosa setelah menolak untuk mengantarku pulang.

Aku berlari kecil menjauhi Gerry yang pelit itu. Jauh sampai hampir ke luar gerbang.

"PUTRI AWAS!!!!!!!!"

BRAK.

Andai Dia TahuWhere stories live. Discover now