Diary Hari Kesepuluh

8.2K 606 23
                                    

(Berupa print out komputer)
Hari Kesepuluh

Begin.

Di sini segala sesuatunya terasa ‘kuno’ bagiku. Bukankah tekhnologi telah menelurkan berbagai alat yang berguna untuk mempermudah semua aspek kehidupan manusia?

Untuk apa menulis surat biasa yang baru sampai di tempat tujuan (paling cepat) besok harinya? Bukankah ada e-mail yang bisa sampai dalam hitungan detik? Tekhnologi itu hebat. Dan hanya orang-orang bodoh yang tidak mau mempergunakannya.

Sama seperti kalian semua, menulis sesuatu di sebuah buku seperti ini. Apa kalian pernah memandang jauh ke depan bahwa pada suatu hari nanti buku ini akan rusak, entah itu dimakan rayap, robek karena basah kehujanan atau yang paling parah, hilang. Kalau ingin menulis sesuatu, tulislah di komputer. Berupa file yang bisa diperbanyak dalam jumlah tak terbatas.

Pak Richard tidaklah seburuk yang kalian sangka dan tulis. Kalau kalian mau (dan berusaha) membuka sedikit akal sehat kalian maka pasti akan menyadari potensi yang dimiliki beliau. Wajar sekali kalau beliau terlihat mendiskriminasikan beberapa orang karena menurutku orang itu memang pantas didiskriminasikan. Paham?! Kurasa tidak…

Contohnya adalah mind game yang diadakan Pak Richard hari ini. Aku berani bertaruh cuma seperempat dari kita yang bisa menebak tujuan dari permainan ini.

Game pertama adalah halma, sederhana? Tidak! Kalian mungkin hanya memainkannya saat iseng. Tapi ini lebih dari pertarungan strategi. Melatih pengaturan langkah demi langkah. Menyusun formasi lompatan terbaik yang bisa dilakukan.

Dua belas set halma dibagikan dan pasangan ditentukan oleh undian. Berikut datanya.

Fight -- Winner --- Comment
Meryl Vs Imban -- Meryl --- Ternyata Imban lebih bodoh dari perkiraanku
Cherry Vs Ajeng -- Cherry --- Tukang teriak Vs tukang gosip
Carada Vs Omega -- Omega --- Pertarungan aneh dengan Carada yang terus menerus tertawa sepanjang pertandingan
Rudy Vs Ken -- Rudy --- Hasil yang sudah bisa ditebak
Sarah Vs Frans -- Frans --- Good work, Frans
Jhan Vs Giovani -- Jhan --- Yah ujung-ujungnya si Cherry-lah yang ribut bersikeras Jhan memenangkannya karena kekuatan supranaturalnya
Gina Vs Ling -- Ling --- Pemikiran yang cukup sistematis dari Ling, akhir yang membuat Gina bete karena intimidasi Ling
Diana Vs Zeany -- Diana --- Keduanya tampak tidak peduli siapa yang menang, Diana bahkan lebih memperhatikan omongan Zeany daripada memikirkan jalannya pertandingan (faktanya dia menang secara kebetulan)
Aurora Vs Radith -- Aurora --- Jelas siapapun bisa menang kalau melawan ‘si otot tanpa otak’
Haya Vs Silvia -- Haya --- Silvia sebenarnya bisa menang kalau saja Haya bisa berhenti menutup mulutnya
Aku Vs Andy -- Aku --- Kemenangan mutlak
Micah Vs si nomor 25 -- Nomor 25 --- Micah berusaha ramah tapi kita tau dia ketakutan

Pertempuran medan perang halma pun selesai, Pak Richard membuka kotak hitam yang dibawanya. Setelah memerintahkan Radith menyusun enam meja (yang dituruti Radith dengan bersungut-sungut; Micah, Ken dan Giovani membantunya), Pak Richard meletakkan sebuah papan catur di setiap meja. Lagi-lagi pasangan ditentukan melalui undian.

Berbeda dengan sebelumnya, pertandingan kali ini diadakan secara bergantian sehingga yang lain bergerombol di sekeliling meja pertandingan untuk menonton. Menarik sekali melihat beberapa anak sepertinya buta mengenai aturan permainan ini, lalu Haya mendaulat dirinya sendiri untuk menjadi komentator (walau harus berbisik-bisik sebab Pak Richard rupanya kurang suka bila pertandingan terganggu oleh ocehannya).

Frans Vs Meryl
Frans awalnya tidak serius meladeni Meryl yang bertanding sembari terus menatap lantai. Akan tetapi saat Frans sadar kedua kudanya sudah dimakan Meryl dia mulai menyerang balik. Terlambat, Meryl menang dan bertanya pada Pak Richard, “Kata Bapak kalau saya memenangkan pertandingan ini saya akan mendapat hadiah, apa itu benar?”

Sebagai jawaban untuk pertanyaan Meryl, Pak Richard mengeluarkan sebuah kaset video dan mengulurkannya pada Meryl. Meryl membaca judul video itu dan tersenyum. Video apa itu?

Cherry Vs Nomor 25
Ha…ha…ha… Cherry yang malang. Baru tiga langkah dia sudah menangis dan memeluk Frans yang berada di dekatnya. “Cherry menyerah…” isaknya. Si nomor 25 mendapat sebuah kotak kecil dari Pak Richard, yang diintipnya perlahan, kemudian pergi ke sudut ruangan dimana matanya terus menatap isi kotak. Apa isinya?

Jhan Vs Omega
“Aku punya syarat untukmu sebelum kita memulainya,” bisik Jhan, sok misterius seperti biasa.

“Apa itu?” tantang Omega, sok jadi detektif kesiangan seperti biasa.

“Kalau kau kalah, aku ingin kau menjawab tiga pertanyaanku.”

“Baik, tapi kalau kau yang kalah aku minta kau meramal tiga hal untukku.”

“Setuju,” kata Jhan yang dibalas anggukan oleh Omega.

Jhan memalingkan wajahnya ke Pak Richard. “Saya mengundurkan diri Pak.”

Omega tersentak, “Apa-apaan kamu, kita kan belum bertanding?”

“Itu tidak penting.” Enteng sekali jawaban Jhan.

“Kau sengaja kan!” tuduh Omega. “Sengaja mencari sensasi, sejak awal kau sudah merencanakan agar aku terpancing untuk minta ramalanmu. Lalu kau mundur dari pertandingan. Kau pikir aku akan dengan senang hati minta diramal? Oh! You wish!!!”

Jhan batal membalas saat Pak Richard membentak keduanya. Kapok…

Omega tidak mendapat hadiah. Pak Richard menyebutnya ‘menang tanpa usaha’.

Rudy Vs Diana
Rudy kembali menang dengan mudah. Bintang keberuntungan bersinar terang untuknya. Lawan-lawannya selalu lemah. Selain itu kudengar dia sudah sering memainkannya dengan ayahnya yang Direktur Utama beberapa perusahaan berskala internasional.

Aurora Vs Haya
Haya menggunakan taktik yang sama seperti waktu melawan Silvia, mengecoh lawan dengan mengajaknya bicara. Kena batunya Haya! Aurora tidak termakan siasat bodoh semacam itu. Yang ada malah Haya kehilangan konsentrasi. Aurora menutup dengan indah lewat kata-kata ‘skakmat’. Anehnya Aurora menolak hadiah yang ditawarkan Pak Richard untuknya.

Aku Vs Ling
Ling anak yang penuh perhitungan. Setiap langkah dilakukannya dengan cermat. Aku jadi bosan dibuatnya. Dia terlalu lama berpikir dan sialnya…dia menang. Aurora langsung mengucek rambut cepak Ling. Hadiah kemenangan Ling adalah seikat dupa yang bungkusnya berukir naga.

Di akhir hari Pak Richard berkata, “Cukup. Pelajaran akan dilanjutkan besok.”

End.

(Parn Baddy)

25th (Oleh : Hein L. Kreuzz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang