Diary Hari Kesembilan

8.1K 634 25
                                    

Hari Kesembilan 

Kurasa agak keterlaluan menulis hal-hal seperti yang Omega tulis di hari sebelumnya. Masih empat hari lagi sebelum hari minggu dimana buku ini akan dibaca seluruh kelas. Dan di hari senin nanti pasti akan ada kegaduhan gara-gara tulisannya. 

Selain itu, selama ini tulisan dalam buku ini terasa tidak adil. Kalian bahkan terlalu kejam dengan memvonis Gio sebagai si ‘tukang makan’. Jhan yang diberi gelar ‘peramal maut’ dan Meryl dengan nama ‘darah setan’. Aku yakin nama-nama tadi pasti berasal dari Ajeng, ratu gosip itu (oh tidak, aku mulai ikut-ikutan). 

Sebelum aku menulis kejadian hari ini ada baiknya aku mengklarifikasi berbagai tuduhan tidak berdasar dari yang terhormat nona Omega Shya. Semoga kau berhenti bermain detektif-detektifan, karena secara tidak langsung menulis prasangka-prasangka aneh yang kau sebut sebagai ‘hasil analisa’ itu hanya akan menimbulkan rasa saling curiga. Berhenti (aku mohon). 

Sarah klepto?! Lalu kenapa. Jika kau pikir hanya Freya dan dirimu (yang pasti taunya dari Freya juga) yang tahu bahwa dia klepto, maka kau keliru. Ada empat orang lain yang tahu yaitu Diana, Ling, aku dan Baddy. Nah kenapa kami tidak berusaha dibunuh juga? Cobalah berpikir ke arah sana. 

Bukan Freya yang menyiram laptop Baddy, tapi si Imban. Kebetulan saja Freya lewat saat Baddy sadar laptopnya berasap. Namun Baddy sudah tahu kok yang salah Imban. Imban selalu kabur saat dimintai pertanggungjawaban. 

Rudy nggak mungkin sakit hati oleh kata-kata Freya. Sebab Freya mengatakannya dengan lembut dan penuh perhatian. Zeany yang mendengarnya pun malah langsung berkata pada Rudy, “Yang tabah ya Rud, saya yakin ayahmu tidak bersalah.” 

Terus Carada, apa kalian pikir dia sanggup mendorong Freya, membunuh seekor semut saja dia tidak tega. 

Terakhir aku… terserah bagaimana kalian menilainya tapi aku tak mau berkomentar tentang adegan ciumanku dan Ken. Yang pasti kenyataannya tidak seekstrim yang Omega tulis. 

Sekarang mengenai keadaan kelas. Rabu ini tidak terlalu buruk. Kita digiring ke luar sekolah menuju perpustakaan yang memiliki gedung sendiri. Setelah semua anak masuk, aku ingat sekali yang terakhir masuk adalah Aurora yang didorong Pak Richard dengan kasar. 

“Ambil satu buku atau literature apapun, resume, kumpulkan di akhir hari.” Dan dibantingnya pintu itu. Pak Richard mengurung kita di perpustakaan berdebu tersebut. 

Semuanya mulai berpencar menjelajahi setiap rak-rak buku yang menjulang tinggi. Akan membosankan kalau kuceritakan secara rinci bagaimana setiap anak berhasil menemukan buku masing-masing, duduk di kursi yang berjauhan, menulis tanpa gairah di buku catatan masing-masing, sesekali menguap, kadang-kadang melirik jam. Kita tahu pasti hari ini tak akan ada jam istirahat, otomatis tak ada makan siang pula. Hari yang menjemukan, yah masih lebih baik dibandingkan harus mendengarkan permainan biola si nomor 25 lagi. 

Aku akan membuat daftar buku yang kita pilih. 

• Baddy : Linux di tahun 2007 
• Omega : Kasus-kasus tak terpecahkan dan misteri yang belum terungkap dalam kepolisian USA 
• Jhan : Kartu tarot Major Arcana 
• Cherry : Pementasan balet Rusia 
• Sarah : (dia meresum 10 buku, jadi kurasa tak usah kutulis saja) 
• Ling : Deret bilangan trigonometri 
• Aurora : Goose (novel berbahasa Inggris) 
• Haya : Molekul larutan asam basa 
• Imban : Ferrari Vs BMW 
• Zeany : Trik memilih kain berkualitas 
• Gio : Pasta dan sphagetti 
• Radith : Sejarah baseball 
• Micah : Anatomi hewan 
• Ken : Membentuk pribadi model 
• Meryl : Hal-hal yang seharusnya bisa semua orang lihat 
• Diana : Komposisi falseto dalam sebuah tarikan suara 
• Silvia : Ragam perspektif dalam sketsa 
• Carada : Skrip drama Hamlet 
• Rudy : Perbankan dan lembaga keuangan lainnya 
• Andy : Angkasa raya 
• Gina : Metode mengajar berbagai usia 
• Ajeng : (dia meresum setumpuk tabloid gosip) 
• Aku : Bagaimana cara memperbanyak teman 

Kalian tahu judul buku yang dipilih si nomor 25. ‘Mutilasi’. Hiii…makin hari makin mengerikan saja cewek ini. 

Pengisi selanjutnya diary ini adalah Baddy, sayang dia malas menulis makanya dia lebih memilih menulis di laptopnya, dia cetak, selanjutnya ditempel di buku ini. 

Bye… 

(Frans Lephard) 

25th (Oleh : Hein L. Kreuzz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang