Diary Hari Pertama

10.8K 783 23
                                    

Hari Pertama 

Halo semuanya, namaku Silvia Araya, panggilanku Silvia. Senang sekali kan akhirnya kita duduk di bangku SMA? Karena kata mami-ku masa SMA itu adalah masa yang tak terlupakan makanya aku memutuskan membuat diary kelas ini. Jadi diary ini rencananya akan diisi oleh kita secara bergiliran setiap harinya. Menjadi catatan atas apa yang kita alami, kita rasakan, kita pikirkan atau kita ketahui selama tiga tahun ke depan. Giliran pertama tentu saja aku! 

Oke aku mulai saja ya. 

Kalian ngerasa nggak kelas kita itu rada spesial? Dimana kelas lain jumlah muridnya hampir 40-an, kelas kita malah cuma 25 orang. Aku beruntung di hari pertama ini sudah bertemu anak perempuan yang (sangat) enerjik bernama Cherry. Aku duduk di sebelahnya dan dia (amat) antusias dengan ide diary kelas ini (tentu saja pengisi berikutnya diary ini adalah dia). 

Kalian semua kayaknya asik-asik ya. Kecuali satu orang, anak perempuan berambut pendek yang duduk sendirian di ujung kiri belakang. Benar-benar suram. Mata kami pernah sekali bertemu dan itu saja sudah membuatku merinding. Matanya seolah memancarkan penderitaan dan kesedihan yang melebur jadi satu. Rasanya tidak mungkin aku jadi temannya. Lebih tepatnya aku tidak begitu yakin bisa berteman dengannya. Dan aku juga masih tidak yakin memintanya turut mengisi buku ini. 

Oke ganti topik. 

Apa kalian sudah mutusin mau ikut ekstrakurikuler apa? 

Karena hari pertama ini bebas, aku dan Cherry sudah jalan-jalan ke setiap sudut sekolah. Makan waktu juga loh untuk mengamati semua ruangan yang ada. Kebanyakan masih dikunci dan kami hanya bisa melongok dari balik jendela. 

Baiklah ini hasilnya. 

Kalian tau kan sekolah kita terdiri dari empat lantai? Kalau dilihat dari luar memang seperti terdiri dari lima lantai, aneh kan? Pasti kalian juga merasa begitu. Aku sudah membandingkan tinggi setiap lantai dan ternyata lantai 2 dan 4 lebih tinggi sekitar 3 meter dibandingkan lantai lain. Selain itu sepertinya arsitek yang merancang bangunan ini melakukan kekeliruan dalam pengaturan letak jendela di lantai 4. 

Lantai pertama diisi sembilan ruangan kelas 1. Lantai dua diisi kantor Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan ruang rapat guru ditambah enam ruang kelas 2. Lantai tiga berisi tiga kelas tiga, berbagai ruang ekstrakurikuler dan lab praktek. Sedangkan di lantai empat ada ruang guru, kolam renang tertutup, lapangan basket (indoor) dan aula. 

Kelas kita terletak di ujung lantai satu. Agak-agak suram ya? Mengapa sama sekali tidak ada jendela satupun di ruang kelas kita? Lampu neonnya telah menghitam, perlu segera diganti. Apa kalian juga mendengar musik menyayat hati yang terus menerus diputar sepanjang hari? Dan aku cuma menemui hal tersebut di kelas kita! 

Walaupun begitu kurasa aku akan betah di kelas ini. 

Cherry dan aku juga sudah berkunjung ke kelas 1 yang lain. Kami agak bingung dengan cara anak-anak kelas lain memandang kami. Saat melihat kami mereka berbisik-bisik dan sewaktu kami mendekat mereka malah diam dan tersenyum salah tingkah. 

Guru-guru lebih parah lagi, mereka cenderung bersikap hati-hati, bahkan mendekati takut (kalau bisa dibilang malah menjauhi). Ah mungkin cuma perasaanku. 

Jadi semuanya, kuharap kita bisa berteman. Semoga buku ini menjadi penghubung untuk kita saling mengenal dalam menjalani tahun-tahun terbaik kita nanti. Dan biarkan buku ini menjadi saksi atas setiap kejadian di kelas kita. 

Ha…ha… 

Malam ini pasti aku bermimpi indah. 

Bertemu orang-orang baru selalu membuatku begitu. Kalian juga harus bermimpi indah. Oh ya, ceritain juga ya tentang mimpi kalian. 

Saat ini mungkin aku baru mengenal Cherry, karena seharian aku bersama dengannya. Tapi aku ingin sekali mengenal kalian semua. 

(Silvia Araya) 

25th (Oleh : Hein L. Kreuzz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang