Diary Hari Kedua

9.5K 714 8
                                    

Hari Kedua

Hai, aku Cherry. Kalau kalian melihat cewek cantik yang duduk di baris kedua deretan sebelah kiri, nah, itulah aku, Cherry, ingetin namaku ya, soalnya Cherry yakin Cherry bakal terkenal sepopuler artis nantinya.

Aduh, Cherry seneng banget Silvia punya ide ngebuat diary kelas ini, yah jadinya kan hidup Cherry bakal ada bukti tertulisnya. Kali aja suatu hari nanti ada yang berniat ngebuat biografi Cherry.

Kalau Silvia udah ngejelasin letak semua ruang (kayak arsitek aja). Cherry bakal sedikit ngejelasin para penghuni kelas kita. Tapi Cherry belum sempat kenalan sama para cewek kecuali Silvia, kalau cowoknya pasti dong Cherry dah kenal.

Yang duduk di belakang bagian kanan ada Radith dan Micah. Radith gak cakep-cakep amat tapi tinggi dan badannya berotot. He…he… Kalau gak salah dia pemain basket. Sedang Micah rada pendiam, bapaknya orang Jerman loh, makanya mukanya bule-bule gitu. Cakep banget terus kalau tersenyum kayak malaikat, suer deh!

Di bagian kiri ada Andy dan Rudy (apa mereka mutusin duduk satu meja karena namanya sama ada ‘dy’-nya ya?). Andy penggugup banget, sepanjang hari ini dia terus menggigiti ujung pensilnya. Rudy sepertinya anak jutawan, ponselnya ada tiga belas (bukannya itu angka sial!?). Cherry kurang suka sama dia soalnya lagaknya seperti anak yang dewasa sebelum waktunya.

Di depan mereka dan tepat di belakang kursi Cherry dan Silvia adalah Jhan dan Carada. Jhan nyebelin, kemana-mana bawa kartu tarot. Trus ke setiap orang dia bilang “aku melihat kemalangan di nasibmu”. Si kurus Carada sebaliknya lucu banget! Cherry ketawa terus ngelihat kelakuan dia.

Masih di barisan ketiga, di depan Micah dan Radith, duduk Ken dan Giovani. Ken keren! Cakep, cool dan keren! Keren banget pokoknya! Cherry sudah mutusin buku ini bakal Cherry kasihkan ke Ken sebagai pengisi selanjutnya. Giovani (Cherry manggil dia Gio gendut) juga lucu. Sering nawarin Cherry coklat.

Nah di sebelah Cherry ada Frans dan Baddy. Frans ramah, senyumnya juga oke. Sedangkan Baddy selalu sibuk dengan laptopnya (apa boleh membawa laptop ke kelas?).

Dua cowok terakhir yang duduk di deretan depan dekat meja guru adalah Haya dan Imban. Haya sok, gayanya angkuh suka ngatur-ngatur. Imban tidak kalah ngeselin, kesannya suka ngejilat orang, poninya aneh kayak model rantang.

Eee… kalian jangan marah ya ngebaca pendapat Cherry ini. Cherry kan cuma mau jujur.

Hari ini juga tidak banyak yang terjadi. Wali kelas kita yang mirip robot itu, Pak Richard, datang, setelah mengabsen kelas (Cherry rasa begitu, karena cara mengabsennya aneh, dia memandang tiap orang, lalu menulis sesuatu di bukunya) kemudian dia langsung menunjuk Haya menjadi Ketua Kelas. Tentu saja muka Haya langsung merah kesenangan. Wakilnya adalah Imban.

Hueh…kacau… Setahu Cherry dari dulu yang namanya pengurus kelas itu dipilih berdasarkan pemungutan suara bukan asal tunjuk doang.

Setelah itu Pak Richard membagikan setumpuk kertas yang berisi berbagai soal sulit. Selesai satu masih ditambah tumpukan soal lainnya. Semua bidang ilmu dicampur. Bikin kepala Cherry puyeng tujuh keliling. Hancur sudah harapan Cherry untuk mendapatkan hari yang indah hari ini.

Silvia, Cherry juga gak suka sama cewek yang duduk di belakang itu.

(Cherry Soneta)

25th (Oleh : Hein L. Kreuzz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang