Ada perasaaan kecewa di hati kecil Gemma, ia sudah membayangkan bagaimana pelukan hangat bercampur derai air mata itu terjadi—namun yang ada hanya dua orang yang duduk berhadapan, saling pandang tanpa interaksi.

Hal yang Gemma harapkan sebenarnya mungkin saja bisa terjadi jika saat ini Jian tak meragukan dirinya sendiri. Karena sejak pertama kali ia melihat Alan datang, perasaannya berubah kalut. Jian khawatir apa yang ia lihat saat ini hanya halusinasi dirinya semata.

"Apa kabar, Jian?" Alan memecah keheningan, ia membuka percakapan meskipun penuh kecanggungan.

Jian mengerjapkan matanya, hati kecilnya kecewa. Kemana nama tengah miliknya yang selalu menjadi panggilan sayang selama ini? Apakah karena Gemma sedang bersama mereka? Atau karena Alan sudah melupakan kisah mereka berdua?

"Aku baik" Jian menjawab tanpa balik bertanya.

Keheningan kembali berlanjut, Gemma yang duduk bersama mereka-pun tak sanggup mencairkan suasana. Sampai akhirnya Ben datang, pemuda itu membawa angin segar untuk Gemma meskipun datang tak tepat waktu.

"Maaf aku terlambat" Ben bicara usai datang menghampiri.

"Tempat ini bahkan sudah tutup" kata Gemma, gadis itu beranjak berdiri sembari meraih tasnya. Lagi-lagi Jian menatap bingung.

"Oh, tidak apa-apa. Aku—"

"Kami akan datang lagi akhir pekan" Gemma memutus kalimat Jian lalu menatap Ben penuh arti.

"Benar, kami akan datang akhir pekan" Ben menimpali kemudian melempar pandangannya pada Alan "Alan, kami duluan"

Alan mengangguk "hati-hati"

Lalu semudah itu Ben dan Gemma pergi, sengaja meninggalkan Jian dan Alan yang masih duduk berhadapan dalam keheningan.

"Rasanya tidak berubah" tiba-tiba Alan menyeletuk.

"Hmm?" Jian menggumam sembari menatap Alan.

"Americano" Alan menunjuk gelas kopinya.

"Oh" Jian mengangguk.

Sama sepertimu, batin Jian.
Alan tidak berubah, dia masih sangat tampan dengan kulit putih, rambut tebal dan lesung pipi yang selalu terlihat dalam meskipun hanya sedikit menarik bibir.

"Maaf, tapi ada pekerjaan yang harus kulakukan besok pagi, jadi aku harus pulang" Jian tanpa ragu berucap, padahal belum ada lima belas menit Ben dan Gemma meninggalkan mereka.

Alan sempat membisu, lalu mengangguk "Aku akan mengantarmu"

"Aku tinggal bersama ibuku sekarang" Jian buru-buru menjelaskan. Kalimat yang sebenarnya terdengar miris untuk Alan.

"Aku tahu. Ganti bajumu, aku akan menunggu" Alan menarik segaris bibirnya, lesung pipi itu muncul lagi.

Jian terlihat menimbang-nimbang, lalu mengangguk sebelum pergi ke ruang belakang. Sementara Alan menunggu sembari menghabiskan sisa americano-nya, lalu termenung membiarkan isi kepalanya mengatur rencana.

Tak lama Jian kembali, sudah memakai hoodie dan celana denimnya. Usai mengunci pintu dan memastikan Orion aman, mereka berdua akhirnya pergi. Tak berbeda seperti saat mereka berdua di Orion, keheningan itu kembali terjadi.

Middle Name | JAEWOO [END]Where stories live. Discover now