Jian menyibak tirai jendela berwarna putih transparan lalu membuka kaca jendela dengan sedikit dorongan kuat. Sudah hampir dua tahun rumah yang sedang Jian kunjungi tidak ditempati, terpaksa kosong tak laku tersewa karena jaraknya sedikit jauh dari pusat kota—perlu waktu tempuh satu setengah jam dengan transportasi umum.
Saat Jendela sudah terbuka sempurna, bau angin pagi dengan aroma daun kering bercampur tanah masuk mengisi kamar berukuran 3x3 meter itu, sedikit menggantikan bau lembab yang sejak tadi memenuhi seisi rumah.
"Kita hanya perlu membersihkannya" Nathan meneliti setiap sisi ruangan, diiringi denyit suara langkah yang berasal dari lantai parket kayu yang mulai renggang.
"Kau hanya perlu membawa bajumu, perobotnya masih lengkap" susul Katrina yang berada di pojok kamar, tertarik membuka satu persatu laci berbahan kayu ash—berharap menemukan harta karun di sana.
Jian masih terkesima dengan pemandangan luar jendela, menampilkan halaman kecil yang dihiasi beberapa tanaman cosmos berwarna terang meskipun tak lagi terawat. Ada jalan setapak dengan bebatuan kerikil, menghubungkan taman dan jalan utama yang di penuhi pohon beech dan hazel.
Rumah milik paman Nathan yang sengaja di pinjamkan oleh Jian hanya rumah berukuran kecil yang memiliki 1 kamar tidur, ruang depan, dapur dan kamar mandi. Rumah itu bahkan berukuran paling kecil diantara rumah penduduk yang lain. Namun kondisi rumah dan seisinya masih sangat bagus dan layak untuk digunakan—bahkan lebih bagus dari rumah Nina meskipun tak lebih besar dan luas.
Bagi Jian rumah kecil adalah rumah paling nyaman untuk ditempati seorang diri.
Seorang diri.
"Aku menyukai tempat ini" Jian menghirup udara dari balik jendela kemudian membalikkan tubuhnya, bersandar pada kusen jendela yang warna catnya mulai pudar.
Pemuda itu meraih dan membuka layar ponselnya dari saku celana, mengambil foto dari sisi kamar lalu mengirimkan foto itu pada seseorang.
|Jian
11:22 [pic]
—
Gemma sibuk mengetik laporan di laptopnya sembari duduk bersandar di sebuah sofa yang berada di kamar hotel. Tak ada jadwal kunjungan di hari libur, ia hanya ingin menyelesaikan tugasnya sambil menunggu menu makan siang yang dipesankan oleh Ben diantar ke kamarnya.
Ben duduk di seberang Gemma, menyortir dokumen milik Alan yang ia pinjam semalam. Pemilik dokumen itu sedang meminta miliknya kembali sembari menunggu di balkon kamar Gemma, menyesap rokoknya yang sudah hampir habis.
"Kau memiliki pertemuan dengan salah satu klien lama sehari setelah kita pulang. Hanna akan mendampingimu" Gemma berteriak dari tempatnya tanpa melirik Alan.
Alan melepas gulungan nikotin dari mulutnya lalu menoleh ke belakang "Ben dan kau saja"
"Sudah kubilang, dia memang tidak berniat bekerja sejak awal" ucap Ben sembari memasukkan beberapa lembar kertas penting ke dalam sebuah map berwarna hitam.
Alan kemudian mengawasi Gemma dan Ben dari ambang pintu balkon "Kalau begitu kau saja yang mendampingiku" Alan menatap Gemma.
"Tidak bisa, aku ingin menggunakan hari liburku" Gemma bicara sembari melepas kaca matanya lalu meletakannya dia atas meja. Gadis itu sudah mulai lelah.
Alan mengerutkan dahinya "Aku tidak mengizinkan"
Gemma mengernyit, siap melayangkan protes "Aku punya keperluan. Temanku berencana pindah hari itu, aku ingin mengunjungi rumah barunya"
Alan membuang sisa rokoknya kemudian berjalan mendekati Gemma "Teman siapa?"
"Jian" jawab Gemma tanpa beban.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)