Nine

879 86 20
                                        

Jian membuka apron-nya setelah tiba di ruang ganti kemudian mengganti baju seragamnya dengan t-shirt putih, hoodie kelabu dan celana denim berwarna gelap miliknya. Tiga puluh menit yang lalu Katrina sudah pulang lebih dulu, meninggalkan Jian dan Nathan yang masih berada di Orion.

"Aku sudah bicara pada pamanku. Dia bilang kau tidak perlu tinggal di sini. Dia punya tempat tinggal kosong yang layak dan bisa kau tempati. Jaraknya memang jauh tapi setidaknya kau bisa tidur dengan nyaman di sana" Nathan langsung membuka pembicaraan usai menutup pintu locker dan menguncinya.

"Aku cuma butuh tempat untuk sementara jadi tidak perlu tempat tinggal yang bagus" kata Jian, ada perasaan lega sekaligus tak enak yang ia rasakan.

"Kau hanya perlu berangkat lebih pagi, itu saja. Aku tidak akan membiarkanmu tinggal di sini" ucap Nathan, sembari bersiap-siap untuk pulang.

Bahu Jian meluruh, merasa beruntung banyak orang baik di sekelilingnya "aku benar-benar berhutang budi padamu" kata Jian, kemudian sengaja mematikan ponselnya sebelum menyusul langkah Nathan keluar dari ruang ganti.

"Kapan kau pindah? Aku akan membantumu" tanya Nathan.

Jian menggumam, nampak berpikir "Aku akan bicara dulu pada pemilik tempat yang kutinggali sekarang" ucapnya. Jian sudah menceritakan garis besar masalahnya. Tapi tidak memberitahu bahwa si pemeran utama dalama ceritanya adalah Alan.

"Oke" Nathan mengangguk.

"Sekali lagi terima kasih. Aku juga akan menghubungi pamanmu untuk berterima kasih" Jian bicara sebelum dia dan Nathan akhirnya berpisah.

Jian punya janji bertemu Gemma.

Hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit, Jian sudah menghabiskan sepiring pasta buatan Gemma. Jian menjadi orang yang beruntung bisa menikmati salah satu menu makanan yang dibuat langsung oleh pemilik restoran yang sedang ia kunjungi saat ini.

Restoran milik keluarga Gemma sudah tutup 20 menit yang lalu, namun Jian tidak sendiri. Gemma saat ini duduk di seberangnya berdampingan Ben yang sejak tadi sedang menikmati dessert kentang ditemani teh kamomil yang masih panas.

"Sebenarnya aku ingin bertemu denganmu kemarin, tapi aku harus mendampingi Alan sampai malam" Gemma bicara sembari menyodorkan sepiring potongan buah untuk Jian. Tidak ada di dalam menu restorannya, Gemma hanya sengaja menyiapkan untuk dua temannya.

Jian hanya menggumam sambil menatap sahabatnya.

"Besok aku dan Ben harus ke luar kota, mungkin sekitar tiga minggu—ada pekerjaan yang harus kami kerjakan disana" Gemma melanjutkan percakapan setelah Jian menenggak habis air mineral di gelasnya.

Jian mengerutkan dahinya, seolah-olah baru saja mendengar pengumuman tanggal resepsi pernikahan sahabatnya.

"Jadi ini tujuanmu menyuruhku datang?" Tanya Jian. Gemma mengangguk.

"Hanya kalian berdua?" Jian bertanya lagi sembari memandang Gemma dan Ben bergantian.

"Awalnya hanya kami dan dua staff lain. Namun pagi ini direktur meminta Alan juga untuk pergi" Ben menyambar usai menyesap teh miliknya.

"Semoga perjalanan kalian lancar" ucap Jian. Pikirannya langsung tertuju pada seseorang, namun ia berusaha mengabaikannya.

Tidak sekarang.

"Orion pasti sudah sangat ramai, kan? Marketingnya boleh juga" Gemma bicara pada Jian yang tengah memakan potongan buah di piring kecilnya.

"Marketing yang seperti apa?" Sambar Ben.

Middle Name | JAEWOO [END]Where stories live. Discover now